Tuesday, 12 March 2019

Sumbu Pendek

Pernahkah mengalami kondisi diri dalam keadaan sumbu pendek? Jarak waktu dari sebuah pemicu menuju ke kondisi "ledakan" sangat dekat?

Gambar dari sini


Saya? SERING wkkwkw.
Cenderung emosian dan pas emosi ga mikir. Tau-tau meledak. Kalau udah gitu biasanya grasak-grusuk dan cenderung kacau. Setelah peristiwa "ledakan" berlalu baru mikir. Kadang nyesel, kadang ga habis pikir dan biasanya berkata, "Tadi tuh ngapain sih sebenernya?".

Dalam satu kasus, kadang saya ga sampai meledak sih. Tapi kemudian kesel aja karena mengalami peristiwa pemicu yang berulang-ulang alias polanya sama. Pas udah ga kesel lagi, baru deh mikir alasan mengapa sampai rasa kesal dan gak nyaman itu muncul. Kadang yang bikin kesel bukan konten peristiwanya, tapi ya emang kurang suka aja sama orangnya. Pada peristiwa lain, keselnya ternyata karena si orang itu menyatakan hal tertentu berulang-ulang, tapi sebenernya hanya di permukaan aja. Bukan tentang pembelajaran apa yang penting kita tau akan hal tersebut. Atau kali lain, ya lagi bete aja sama masalah sendiri, jadi denger apa-apa juga rasanya kesel. Aneh dan misterius juga kadang orang-orang yang lebih mendahulukan perasaan dibanding logika seperti saya ini. Kadang suka heran sendiri sesudah kejadian. Pas kejadian, boro-boro mikir wkkwkw.

Pada kasus tertentu kadang kita marah, tapi sesudahnya mencoba mikir dalem, tetep ga nyadar kenapa bisa sampai marah dan emosian seperti itu. Pada kondisi yang agak parah, memang diperlukan bantuan orang lain untuk memfasilitasi kita sehingga penyebab kemeledakan tersebut diketahui. Orang seperti apa? Kalau curhat-curhat ke temen sih bisa sebagai pelepas ketegangan dan kemarahan yang ada. Tapi pada kondisi yang agak parah tersebut, apalagi saat dampak kemarahan mulai menyerang kondisi fisik, maka berkonsultasilah ke psikolog. Mereka sudah punya ilmu tersendiri untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada kita dan metode untuk mendiagnosanya. Imej konsul ke psikolog rupanya cenderung dianggap negatif saat ini biasanya ya. Padahal ya ga usah takut dan malu untuk pergi ke psikolog. Namanya juga usaha. Psikolog bisa dipilih dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Yang paling murah tentunya yang di Puskesmas. Puskesmas tertentu saja sih memang dan tidak praktek setiap hari.

Cara lain untuk mengetahui penyebab kemarahan itu dengan belajar. Iya betul belajar! Baca banyak buku yang terkait dengan kondisi kita. Atau cari video-video presentasi yang terkait dengan itu. Bahkan bisa sampai bikin causal loop diagram untuk menganalisis masalah yang sedang dialami. Emang kamu pernah nil bikin CLD untuk masalahmu sendiri? ENGGA SIH wkwkw. Tapi intinya, kadang kita marah dan kesel karena kurang elmu juga. Jadi kurang wawasan dan saat ada masalah mentokkk karena kurang belajar.

Apakah anda termasuk golongan bersumbu pendek juga? Yuk berbagi cerita untuk mengurangi dampak buruk dari sumbu pendek ini!

Wednesday, 6 March 2019

"Romantisme" dalam Tim Kerja

Pernahkah menjalani masa "romantis" dengan teman kerja? Kata romantis sengaja saya beri tanda petik karena kata tersebut bukan dalam artian yang negatif. Tapi lebih kepada relasi antar manusia yang  asyik sehingga pas kerja kerasanya klop. Klop untuk sama-sama mencapai target-target pekerjaan.

Saling melengkapi tipe kepribadian sehingga bisa menghasilkan karya adalah sebuah kemewahan dalam bekerja. Mengapa demikian? Karena nemu rekan kerja yang klop bisa sesulit mencari jarum dalam jerami. Alias susyah pisan. Baru akan ketemu setelah mencoba kerja bareng dan beberapa kali (atau bisa sampai bertahun-tahun) sehingga lebih kenal dan lebih tau dimanakah si potongan puzzle itu ditemukan.

Kalau sudah sering bekerja bareng, lama-lama juga kita akan paham kebiasaan si A, kondisi mana saat si A butuh bantuan, dan biasanya bantuan apa yang paling efektif dari kita untuk si A. Kadang membantu kalau ga tepat bisa mengacaukan loh wkkwkw. Malah tambah masalah baru.

Proses menemukan keklopan dan "romantisme" tersebut bisa dipercepat dengan mengetahui tipe kepribadian anggota tim yang terlibat. Lalu masing-masing anggota tim jadi tahu perlu bagaimana menghadapi tipe-tipe kepribadian atau kecenderungan cara bekerja satu sama lain. Tentu prosesnya tak selalu seindah dibayangkan. Kadang berujung dengan baper atau malah konflik kalau prosesnya ga mulus.

Terkait dengan fase-fase yang terkait di dalam tim, biasanya diawali dengan masa bulan madu. Selayaknya pasangan yang baru yang baru menikah. Ngerjain apa-apa bareng kerasa enakeun. Tapi lama-lama akan ada fase konflik. Tapi bila masa konflik itu dilalui dengan baik maka secara keseluruhan tim tersebut lambat laun akan berkarya dengan maksimal. Kalau ga berhasil mengatasi konflik tersebut, bisa berakhir dengan ada anggota tim yang cabut, baper dan hal-hal negatif lainnya. Mirip-mirip kisah percintaan kan ya?

Dan berbagai fase itu sempat saya icip-icip dan saksikan selama bekerja belasan tahun ini. Anda sempat merasakan juga "romantisme" bekerja dalam tim? Ayo berbagi ceritanyaaaa~

Ditulis untuk minggu tema #1minggu1cerita