Monday 13 May 2013

Kaleidoskop #ZeroWaste - ku

Uhuy!
Seneng banget di 2 minggu yang lalu (tepatnya 28 April 2013) bisa kumpul dengan orang-orang hebat! Mulai dari yang baru beberapa bulan kenal isu #ZeroWaste, sampai ke yang sudah bertahun-tahun menjalankan gaya hidup tersebut.

Nih dia, 1 gank #ZeroWaste Community :)



Di acara tersebut semangat konsistensi terasa kental dan energi positif itu menular :) Suka deh!

Salah satu PR dari acara tersebut adalah: setiap orang menuliskan deskripsi dari Kaleidoskop #ZeroWaste - nya. Kaleidoskop yang dimaksud berupa alur perjalanan aksi #ZeroWaste setiap orang. Bentuknya seperti kertas yang dipegang oleh setiap orang di dalam foto bersama. Dibuat dalam bentuk yang kreatif (gunting-gunting majalah dan tempel-tempel) sehingga diharapkan bisa membantu seseorang "mengangkat kembali" memorinya tentang upaya #ZeroWaste yang telah dilakukannya.

Ini dia kaleidoskop milik saya :)



Kaleidoskop ini menggambarkan perjalanan saya dalam ber #ZeroWaste dari tahun 2005 sampai sekarang. Banyak bagian yang lupa-lupa tapinya :( Itu akibat tidak menuliskan pengalaman secara rutin. Akhirnya saya baru mulai menuliskan sebagian pengalaman tersebut di sini mulai Desember 2010 dan di situ mulai awal tahun 2013.

Ya, walaupun begitu marilah kita segera menaiki mesin waktu!



2005

Gambar 1: anak-anak kecil
Gambar 2: permen

Dimulai dari proses menjadi mentor pendidikan lingkungan di YPBB. Materi yang dibawakan tentang sampah. Itu baru kenal-kenal isu aja sih sebenernya. Sadar untuk ber- #ZeroWaste? Masih jauh pisan hehehe. Bahkan pada masa itu, saya masih suka beli-beli ini itu yang bersampah tapi kalau mau pergi ke YPBB, barang-barang tersebut "diamankan" terlebih dahulu. Permen menjadi salah satu contoh dari barang yang "diamankan".

Gambar 3: tas
Interaksi saya dengan para staf YPBB yang edun (entah kenapa saya dari awal berpikir bahwa "menjadi staf YPBB itu hebat!"), membawa saya kepada keseharian mereka. Dan bahkan mau beli telur pun, mereka bawa tas kain. Sekarang sih saya menganggap itu sebagai hal biasa saja. Tapi duluuuu, itu tindakan yang membukakan mata saya bahwa: gaya hidup #ZeroWaste adanya di keseharian dan tidak hanya berhenti di pelatihan atau teori-teori dan mereka membuktikannya!

Tahun 2006 awal

Gambar 4: Handphone
Gambar 5: Anak-anak muda
Saya kemudian mulai masuk jadi staf YPBB. Tujuannya gak idealis ato gimana-gimana banget juga. Saya merasa ber-YPBB itu asyik dan pengen coba dulu berkegiatan lebih intens sebelum akhirnya bakal jadi guru. Salah satu aktifitas yang sering saya lakukan adalah berteman dan mengelola kegiatan yang dilakukan oleh para relawan YPBB yang kebanyakan masih muda-muda dan juga dulu bentuk komunikasi yang paling pas diterapkan adalah via sms. Banyak pengalaman seru bersama mereka dan itulah saat saya mulai membiasakan diri ber#ZeroWaste dan menularkan + ditularkan semangat dari para relawan. Yeah!

Gambar 6: Tumpukan karung goni
Aktivitas lain ketika berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan kampanye #ZeroWaste adalah ungkat-angkut. Pastinya saya bukan angkut karung hehhe. Saat jadi panitia kegiatan bagian operasional saya repot angkut berbagai peralatan. Memang panitianya hanya sedikit. Alasan lain yang bikin jadi repot adalah karena setting kegiatan ingin #ZeroWaste. Dan itu dikerjakan juga sendiri. Pagi-pagi bawa misting besar berisi snack, siang mistingnya beralih fungsi untuk beli makan siang. Yah begitulah. Tapi cukup puas karena bisa meminimalkan sampah dan menjadi contoh penyajian makanan ala #ZeroWaste bagi peserta kegiatan. Dan juga peralatan jadi bisa di#reuse bolak-balik. Angkut sana, angkut sini. Seru deh pokoknya :)

Tahun 2007

Gambar 7: Makanan
Tahun 2007 saya bersama teman-teman YPBB dan keusukupan Bandung sama-sama mengikuti materi dari teman-teman Pusdakota. Tentang takakura, MOL dkk. Yang cukup berkesan dari pelatihan tersebut adalah: ternyata bukan hanya takakuranya yang menjadi teknologi yang dikenalkan untuk mengelola sampah, tetapi semangat mengelola sampah itu memang perlu jadi kebiasaan sehari-hari. Contoh yang diberikan oleh suster dan masih saya ingat sampai sekarang adalah: mereka setelah makan, misalnya makan jeruk, sesudah makan dan sambil ngobrol, tangan akan otomatis untuk mensuwir-suwir jeruk tersebut sehingga bentuknya lebih kecil. Jeruk yang sudah kecil-kecil tersebut kemudian tinggal dimasukkan ke dalam takakura.

Gambar 8: Pembicara
Agak lupa mulai kapan, tapi akhirnya saya menyalurkan hobi cuap-cuap saya melalui aktivitas terkait pertraineran di bidang #ZeroWaste dengan mencoba beberapa kali jadi cofas dan kemudian bolak-balik dievaluasi saat bawain materi sebagai trainer. Proses saat sering membawakan materi ini membuat semacam "keyakinan" untuk dari ke hari berusaha naik level #ZeroWaste. Gampangnya gini: "Masa bawain materi terus-terusan tapi gak #ZeroWaste?"

Gambar 9: Event di panggung
Tahun 2007 ini juga saat program #ZeroWaste Event "berjaya". Pada tahun tersebut paling tidak ada 3 event besar yang berusaha di-nol-sampah-kan. Event yang paling #ZeroWaste adalah: 3/4 abad Keuskupan Bandung. Saya gak terlibat banyak di detil teknisnya, tapi ikut berperan di sisi tim edukasinya. Senang menjadi bagian dari "#ZeroWaste Event pertama di kota Bandung"!
Yang gak kalah serunya adalah: membuat acara tahunan UPLINK yang diadakan selama 1 minggu menjadi Nol Sampah! Nge-camp di Tuprok selama seminggu, ahey! Kegiatan ini sempat dilakukan 2 kali. Edun lah itu, meningkatkan skil untuk pengelolaan sampah, komunikasi, dan juga ketahanan mental. Oya, satu lagi di Bali, tapi saya gak ikut hehehe. Kapan-kapan diceritain deh detil keseruannya :)

Gambar 10: Misting
Tau misting kan? Kotak makanan! Yah, saya dulu gak punya misting dan mau beli pun uang rasanya gak cukup terus. Dan kemudian tiap kali jajan, misalnya gorengan, pasti muncul rasa bersalah. Tapi tetep pengen jajan. Ya gitu lah. Akhirnya mulai nabung buat maksain beli misting. Fix, akhirnya di dalam tas selalu ada misting (kosong). Kenapa kosong? Yakan memang untuk menangkal sampah plastik/kertas yang diperoleh dari proses jajan impulsif.

Gambar 11: Orang ngobrol
Salah satu yang mengasah kemampuan komunikasi saya adalah: entah kenapa, secara otomatis saya seneng banget "meracun" dan menebarkan "virus" #ZeroWaste ini! Dan obrolan informal dan juga mempelihatkan contoh langsung rasanya merupakan cara jitu untuk berkampanye. Selain lewat jalur resmi seperti pelatihan tentunya.

Gambar 12: Anak, ibu dan gelas susu
Gambar 13: Sampo
Ada beberapa aksi #ZeroWaste yang sempat dilakukan untuk mulai mengurangi sampah dari awal. Dan idenya biasanya berasal dari teman-teman di YPBB ataupun tiba-tiba terlintas sebagai ide keren. 2 contoh yang bisa diceritakan adalah:
1) sedotan. Dongeng lengkap tentang upaya pengurangan sedotan ini bahkan sempat dituliskan oleh Samsul (teman kuliah saya) dan bahkan jadi tulisan yang menang lomba Kum-Kum.
2) sampo. Nah! pernah diajak sama ibu Tini untuk beli sampo dan sabun secara literan. Agak apeu sih samponya. Maksudnya baunya aneh dan rasanya agak keras dibanding produk botolan. Tapi, minimal saya sudah pernah coba untuk beli sampo dan sabun yang diambil dari galon-galon gede dan wadahnya pakai yang ada di rumah. Keren idenya! Pernah juga liat sistem sejenis di PVJ (ada galon juga), tapi maaaaak harga handbody aja bisa sampai 100 ribu lebih. Belum kuat deh harganya.
Dan segudang cerita seru ber#ZeroWaste yang kebanyakan masih ada di dalam ingatan saja dan sebagian kecil sudah saya tulis di blog. Silakan mampir ke sini dan situ  .

Gambar 14: Lap handuk
Gambar 15: Sendok, garpu, pisau
Kebiasaan saling menulari semangat #ZeroWaste terasa kental bersama teman-teman di YPBB. Contoh pertama: saya pernah diberi lap handuk oleh Rima. Tujuannya bisa kita bisa bareng-bareng ngurangi penggunaan tissu. Setelah diberi hadiah tersebut, saya mulai merutinkan bawa di dalam tas dan menambah stok koleksi lap handuk lucu-lucu. Dan di ultah tahun 2011, Jessis kasi kado yang imut-imut yaitu sumpit reuse yang pake cepuk (wadah kecil). Wow!
Ah, senangnya punya teman-teman yang bisa saling support terus ber#ZeroWaste :)

Gambar 16: PC
Akhirnya, dengan berbagai macam dorongan dan (tentunya) hidayah: saya mulai menulis berbagai kisah #ZeroWaste. Bermula dari kisah kertas nasi yang terinspirasi oleh Tian sampai muncul beberapa cerita lainnya yang kemudian mewarnai riuh rendah hastag #TwitZW di akun @ypbbbdg. Dan rasanya menjadi cukup praktis untuk tinggal kasi link bila ada yang tanya dan cari info tentang ini itu terkait penerapan prinsip #ZeroWaste. Belum konsisten sih. *mau rutin lagi ngeblog ah :)

Gambar 17: Kacamata
Perjalanan panjang ber#ZeroWaste kami (saya sebut kami karena sebenarnya Anilawati Nurwakhidin hanyalah sebuah nama yang dimunculkan di garis depan) mendapat penghargaan: Wanita Inspiratif dari Ibu Netty Ahmad Heryawan. Sampai sekarang saya tidak tahu siapa yang mengajukan nama tsb (melihat dilambangkan dengan kacamata), tapi lumayan, bisa nambah predikat untuk meyakinkan kebanyakan orang. Buat saya sendiri, award tidak terlalu penting, tapi untuk kebanyakan orang, award tsb bisa menjadi salah satu cara untuk mulai dikenal secara baik. Yeah, award ini sebetulnya bukti konsistensi YPBB di isu #ZeroWaste selama sekitar 5 tahun!

Sekarang
Gambar 18: Kumpulan orang yang "terbang"
Dari dulu sampai sekarang, saya masih seneng bareng dengan orang-orang hebat yang menjalani gaya hidup #ZeroWaste dan bahkan dengan semangatnya menyebar juga semangat tersebut melalu berbagai "media", skill dan waktu yang dimilikinya. Senangnya pernah berkenalan dengan kaliannnnn :) Mari terus bersama membangun dan memperkuat modal sosial kita!




Wednesday 20 March 2013

#BeungeutJawa

Pada suatu pagi, saya berangkat kerja. Kostum standar, kaos, kerudung jeblus dan celana panjang. Bawa tas ransel. Naik kereta dari stasiun kereta Cimahi dan berhenti di stasiun Bandung. Dari situ saya lanjut naik angkot.

Naaah, kemudian saya ditanya sama mamang angkot, kira-kira petikannya seperti ini:
"Baru pulang dari Jawa ya?" 

O ow!
Langsung kepikir, ini kenapa si mamang tanya gitu ya? Dugaan saya adalah: karena saya turun kereta bersamaan dengan datangnya kereta malam yang dari Jawa (Jogja dan sekitarnya). Dan kemudian saya disangka orang Jawa juga. Tapi entah kenapa ya, di otak saya kepikirnya, kayanya si mamang nyangkanya saya orang Jawa yang bukan di kota (alias orang kampungnya heheheeh) dan kerja jadi pembantu ato profesi sejenisnya.

Sebelum dan sesudahnya saya pun pernah ditanya dengan pertanyaan serupa. Ya memang sih, saya ada keturunan Jawa sebagian, tapi sampai orang bertanya seperti itu beberapa kali, rasanya risih juga. Resiko #BeungeutJawa (beungeut = wajah/tampang) ya begitulah.

Tapi ya, ternyata yang suka disangka orang Jawa tuh, bukan saya saja.

Lihat baik-baik foto di bawah ini


Nah, ini teman saya yang namanya Aip. Ini orang asli sunda tulen. Tapi dia juga katanya suka disangka orang Jawa. Saya aja pas pertama ketemu nyangkanya dia mas mas Jawa hehehe.


Ada satu kisah menarik lagi tentang #BeungeutJawa yang lebih seru!
Coba lihat foto yang di bawah ini


Teman saya ini namanya: Indarta Kuncoro Aji. Dilihat dari nama lengkapnya itu, tidak diragukan lagi kalau dia memang mas-mas Jawa. Penampilan dia di foto tersebut juga cukup keren. Pakai jas dan dasi. Bahkan pada hari tersebut dia sedang menceritakan profesinya sebagai pengusaha dan peneliti.

Tapi yaah, pada beberapa waktu sebelumnya, saat dia sedang berobat di Lebak (tempat dia mengkontribusikan waktunya sebagai pengajar muda selama setahun), dia ditanya begini oleh dokternya (kurang lebih, saya lupa persisnya):
Sudah selesai ngebangunnya, Mas?

Ini dia mas-mas Jawa yang memang disangka orang Jawa. Tapi sekalinya sangkaan orang memang benar, disangkanya malah sebagai tukang bangunan.

Dari ketiga cerita tersebut, saya sih kembali diingatkan bahwa:
Kita bisa mendapatkan kesan secara umum dari penampilan orang. Bahkan saat pertemuan pertama dengannya. Tapi, kadangkala penampilan juga bisa "mengecoh" kita.

atau kalau bahasa kerennya:  Don't judge a book by its cover

Pada adegan lain, dan tidak saya ceritakan di tulisan ini, penampilan juga bisa secara sengaja dipakai untuk memanipulasi orang. Kapan-kapan saya bahas deh tentang itu.

Jadi, apa kisah menarikmu tentang #BeungeutJawa ?



Monday 11 March 2013

Kelas Inspirasi: We are Happy Family :)


Di kelompok Coblong ini, rasanya saya seperti bertemu dengan 1 keluarga baru. Kita hanya bertemu muka hanya sekitar 1 jam di pertemuan briefing, 5 jam saat survey dan sekitar 9 jam di hari H (total 15 jam tatap muka ditambah dengan komunikasi-komunikasi tidak langsung (sms/whatsapp/twiter/email dll), tapi sekarang saya merasa memiliki keluarga baru!


Inisiasi awal komunikasi di luar pertemuan tatap muka dimulai dari pa ketuanya duluan. Kita dibuatkan grup di whatsapp sehingga bisa komunikasi dengan lebih efisien. Dari grup itulah semuanya bermula. Ada kontak lewat email juga sih untuk hal yang lebih formal, tapi sebenarnya yang benar-benar mendekatkan kita adalah si grup itu (ditambah dengan kombinasi mention-mention di twiter dan sejenisnya). 

Mulai dari kata sapaan yang formal banget yaitu anda untuk mengajak segrup untuk cek emailnya terkait kiriman database kelompok, kemudian juga ada koordinasi karena sebenarnya di SD coblong dilebur jadi satu tim, tapi sampai H-1, itu panitia keukeuh masih menyangka kita 2 tim terpisah, kmudian juga terkait aktifitas survey. Survey awal dimulai oleh Aji (sendirian) karena memang di hari kerja. Kemudian dari situ lahirlah jadwal survey berjamaah, kemudian koordinasi tentang hal-hal penting apa saja yang akan difoto oleh relawan foto, kemudian ada juga perubahan mendadak dari panitia yang menyatakan bahwa jadwal briefing dipindah pada hari yang sama dan juga tentang kabar inspirator yang batal ikut karena satu dan lain hal (yang mana itu berarti jadwal ngajar perlu disusun ulang lagi).

Kemudian dilanjut dengan kumpul perdana. Yang mana itu lokasinya di Mc D simpang. Dipilih tempat itu (mungkin) karena dianggap tempat yang cukup nyaman dan strategis (dan bisa sarapan dulu juga). Jreng jrengggg. Waktu kumpul di saung angklung udjo, sebenarnya belum terlihat gambaran umum dari setiap anggota tim. Jadi inilah saat perdana kita mulai membentuk tim kecil dan (nanti akhirnya) kita jadi seperti keluarga baru yang bahagia.

Balik lagi ke dongeng briefing. Saat itulah, saat saling menunggu, menjadi saat orang saling men-scaning satu sama lain. Dan mencoba mencari bentuk komunikasi yang paling pas. Diskusi pun berjalan mengalir begitu saja tapi tetap tercapai tujuan dalam pembuatan kesepakatan-kesepakatan. Saat survey berjalan pun, sebenarnya saya merasa belum benar-benar mengenal lokasi mengajar nanti. Selain karena kelasnya pun tidak berjudul (tidak ada tulisan kelasnya loh), dan kita juga lupa-lupa ingat kebagian kelas apa sebenarnya heheeh. Ya begitulah, tapi paling tidak, masing-masing dari kita mulai merasakan kesan dari tempat tersebut dan itu cukup berguna untuk membantu dalam memikirkan strategi di hari H. Acara survey secara resmi ditutup dengan makan siang bersama di tempat makan yang cukup sederhana. Obrolan demi obrolan kami lewati. Secara umum, dalam pandangan saya, selain konten diskusi dan survey, rasanya mulai membangun chemistry diantara anggota tim menjadi hal yang cukup (kalau buat saya sangat sih eheh) penting saat pertemuan pertama tersebut.

Kedekatan itu mulai dirasakan ketika akhirnya beberapa “anak nakal” akhirnya dibujuk rayu untuk ikut ke Goethe institut. Bukan hal serius yang kami lakukan dan juga bukan hal yang terkait persiapan kelas inspirasi. Tapi..jreng jreng jreng..kami main aneka permainan meja. Nah, marketingnya satu orang yang mana provokatornya hehehe yaitu Aji. Terjebaklah (tapi bahagia) 3 orang anggota tim ke TKP. Letaknya dekat starbak alias skolah taruna bakti. Proses main-main yang seru itu, mulailah proses pamer-memamer terjadi. Beberapa proses bermain dan juga media permainan diupload untuk ngabibita anggota tim lainnya. Dan rupanya strategi pamer itulah yang juga menjadi pemicu keakraban si keluarga baru ini. Bahkan anggota tim yang jauh disana alias pa Hafzal yang notabene sudah cukup senior umurnya, masih ikut memantau aktifitas “gak penting tapi seru” tersebut.

Setelah itu yang terjadi adalaaaaahh, masih aktifitas saling pamer media persiapan ngajar. Tujuannya sih supaya saling menyemangati. Dan kehangatan dan keakraban mulai terasa saat itu. Anggota tim yang belum mulai menyiapkan properti mulai panik dan aktivitas saling pamer rupanya mulai meningkatkan energi positif seluruh anggota tim.  Bahkan kita kirimkan wuzzz juga untuk anggota tim yang mulai terserang sakit. Harapannya supaya hari H bisa sehat dan ikut berbagi juga.

Kehadiran Christy yang baru muncul dan langsung jadi ice breaker, itu juga merupakan salah satu kejutan. Bayangkan, tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi tiba-tiba dia bisa mengisi celah yang kosong di dalam tim. Luar biasa kan? Bahkan diapun pulang duluan karena perlu balik lagi ke pekerjaannya (di luar kota bahkah di luar pulau jawa).  Selama proses mengajar tersebut ada koordinasi-koordinasi yang dilakukan. Memang sebetulnya kurang bagus manajemen timnya karena memang tidak ada 1 orang yang khusus bertugas menjadi time keeper dan juga khusus memikirkan strategi kelas yang kosong (karena ada yang tidak datang, karena ada inspirator yang ngajar 2x di tempat yang sama dll). Tapi secara umum proses koordinasi berjalan lancar. Bahkan dengan teman-teman fotografer juga. Padahal tidak ada koordinasi yang terlalu detail di awal.  Alhamdulillah. Rupanya kekuatan tujuan yang samalah yang bisa membantu terlaksananya proses pada hari H.

Saat proses kepulangan pun keluarga baru ini mulai saling membantu. Ada yang mau bersedia memberi tebengan, ada juga yang siap nebeng :) Ada yang bawa motor dan ketemu langsung di TKP, ada juga yang memang perlu pulang dulu dan ketemu di TKP, ada yang langsung ngampus dan kerja lagi. Demikianlah kekompakan mulai terjalin. Kemudian akhirnya proses makan siang bersama dan istirahat (termasuk ada yang main ayun-ayunan bareng) rupanya kembali menambah deretan panjang keeratan tim. Ngobrol dan bercakap-cakap menjadi sarana kami untuk saling mengenal satu sama lain. Pastinya belum dalam, tapi ini modal penting untuk proses komunikasi di kemudian hari. Kami (atau paling tidak saya sendiri) ingin supaya ini bukan merupakan perjumpaan pertama. Dan ada perjumpaan selanjut dan selanjutnya lagi untuk proses kolaboratif selanjutnya.

Singkat kata, menujulah kami ke tempat debriefing. Nah, inilah saatnya kita “pamer lagi” Tiba-tiba tim ini memiliki yel-yel yang cukup heboh dan kita teriakkan dengan bangga: Coblong, Coblong, Coblong Yessss! Itu muncul begitu saja heheh. Ada proses pembagian kelompok baru di proses debriefing itu, tapi rupanya itu tidak menghalangi tim ini untuk saling mencari saat akan berpisah. Proses foto bersama memang paket kegiatan dari panitia, tapi setelah itu ada proses foto-foto kreatif yang tim bikin sebelum pulang. Saat itu mulai terasa berat untuk berpisah dan itu ditandai dengan inginnya kita kumpul lagi di acara selanjutnya. Mungkin ada rasa yang sama yang dirasakan. Entahlah apa itu namanya. Akhirnya kami membubarkan diri dan kembali ke aktivitas masing-masing. Semoga bisa lahir kolaborasi-kolaborasi baru setelahnya di dalam keluarga baru ini.

Eits, ceritanya belum usai (dan memang jangan usai sampai di sini)

Sepertinya beberapa orang memiliki relasi lanjutan dari proses 15 jam ini. Saya sendiri bisa mencapai salah satu (dan tujuan terbesar) mengikuti program ini yaitu: mendapatkan teman dan jejaring baru. Saya merasa punya keluarga baru :) Ini terasa (mungkin) karena masih ada proses kontak-kontak selanjutnya dan beberapa ikatan emosional yang telah terjadi. Moga kita menjadi keluarga baru yang bahagia dan bisa saling bersinergi. We are Happy Family :) 


*tulisan ini dulu ditulis sebagai PR untuk bahan e-book. Foto kolase seluruhnya didapat dari jepretan tim foto Coblong. 



Sunday 10 March 2013

Nama Alay: Berkembang Sesuai Potensi?



Pernah gak nerima sms pakai bahasa alay?
Misalnya begini (nyontek dari kamus alay):
Aku = akku
Buat = Wat, Wad
Deh = Dech
Kok = KoQ

Heheh, geli banget kan ya? Belum lagi kalau tulisannya beribet antara huruf dan angka. Fiuuuuh.

Dan tadi pas iseng googling, sampai ada tools untuk ubah tulisan asli menjadi gaya alay.
Misalnya gini:
Versi asli: nama saya anil
Hanya tinggal klak-klik maka keluarlah beberapa alternatif terjemahannya dalam bahasa alay:
- naMA sAya AniL
- n4m4 saya an1l
- nm say anl

Tapi ya, kalau inget-inget masa SMP dulu, sama juga ternyata alaynya. Hanya beda versi aja sama anak SMP jaman sekarang. Ini sebagian rahasia ke-alay-an si anil heheheh. Lucu pas nginget-ngingetnya. Dan norak abis ya ternyataaaa.. 

Ceritanya begini:
Waktu SMP dulu, kan lagi musimnya gank-gank-an. Sebagaimana layaknya anak-anak SMP yang lagi cari jati diri, saya pun punya temen-teman 1 gank. Isinya sekumpulan anak-anak cewe. Nah, setiap anak punya nama alay. Dulu bukan nama alay sih sebutannya. Pokonya nama setiap anak ditulis berbeda supaya tampak keren. 

Contohnya ini:
Nama saya kan Anilawati Nurwakhidin. Ketika jaman SD dipanggilnya ani. Tapi kemudian pas SMP dipanggilnya Anil. Nama gaulnya ditulis: ANIEL. Waduh parah! Nah, nama setiap anak ditulis versi “keren”nya dan pakai huruf aneh-aneh. Dan kita berasa keren aja satu gank itu.

Apa sih yang dikerjakan anak-anak satu gank tersebut? Ya teman main aja. Dan kita suka main dari rumah ke rumah diantara anggota gank tersebut. Salah satu modusnya adalah kerja kelompok. (gak setiap kerja kelompok = main juga sih hehehe).

Nah balik lagi ke nama alay. Nama-nama tersebut, ditulis di beberapa tas anggotanya. Berhubung saya pengen jaim (antara jaim dan takut sama orang rumah kayanya), nama anggota gank tersebut ditulis di tas saya juga. Tapi di bagian dalam. Besar-besar tulisannya pun gak papa kan jadinya. Ya ampun, norak banget kan ya? Gak cukup sampai di situ, nama-nama kita kan ditulis di tas. Ditulisnya lengkap dengan nama kecengan kita. Yang tentunya nama-nama kecengan pun ditulis pake nama “keren”. Astaga parah!

Ya tapi itulah salah satu tahap yang pernah terlewati pada masa abg. Masa dimana teman memang menjadi lingkar pusat perhatian. Norak, kampring dan menggelikan aja membayangkannya. Tapi itulah bukti bahwa orang berkembang terus dari waktu ke waktu. Dan ternyata KEREN itu suatu ukuran yang relatif. Dan, bila di masa sekarang mau ngritik anak-anak alay, langsung keinget bahwa dulu pun saya pernah berada pada masa-masa tersebut. Tapi walaupun saya dulu "alay", akhirnya bisa juga menemukan jati diri (semoga benar begitu adanya) dan juga berkembang sesuai dengan potensi yang ada (aamiin)  

Semoga akhirnya anak-anak alay itu menemukan juga jalannya dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing :) 


Sunday 3 February 2013

Hari ke 25: Zip Lock atau Kemasan Zipper

Pernah denger istilah Zip Lock atau Zipper? 

Mungkin istilah tersebut terasa asing, tapi gampangnya adalah:
Kalau kita diberi obat kapsul oleh dokter, biasanya dikemas pakai plastik kan?

gambar dari sini

Si plastiknya itu bisa dibuka tutup. Nah kurang lebih idenya si Zip Lock seperti itu. Zip Lock itu merk. Lengkapnya googling sendiri atau cek di wikipedia.

Hari ini tiba-tiba dapat kemasan Zipper dari sepupu. Katanya bisa dipakai lagi. Bekas snack rasa ubi. Lah, kenapa gak kepikiran buat dipakai sendiri ya? hehehe.

Tampilannya seperti ini. Kelihatankah tulisannya? RESEALABLE ZIP LOCK



Dan kemudian 2 minggu yang lalu baru dapat juga kemasan bekas kacang. Lagi-lagi bukan saya yang beli, tapi kemudian si bungkusnya saya minta untuk dipakai ulang


Baca deh tulisannya: INOVASI BARU!! menjaga kerenyahan produk lebih lama.
Di belakangnya ada tulisan juga: Untuk menjaga kerenyahan produk tutup kembali zipper ini setelah dibuka.

Rupanya misi penting dari kedua produsen makan tersebut adalah menambah kenyamanan bagi si konsumen. Supaya makanannya bisa gak sekali habis tapi gak usah repot-repot mewadahi dalam toples ataupun mencari-cari karet untuk memastikan kantung plastik cukup kedap.

Tapi sama sekali tidak disebutkan dan dianjurkan untuk ME-REUSE atau menggunakan kemasan tersebut untuk kepentingan lainya (sebelum akhirnya dibuang). Yang tertera di kemasan tetaplah sejenis logo (kecil) gambar orang yang sedang membuang sampah.

Padahal kemasan tersebut tebal dan masih asyik untuk dipakai ulang untuk membeli snack kiloan :) *Saya udah coba sebelumnya. Bisa dicuci ulang beberapa kali.

#Reuse #Reuse #Reuse
Bila memang telah ada, pakailah suatu benda selama mungkin - sebelum akhirnya dia jadi sampah.

Tapi yang terbaik adalah
#Reduce #Reduce #Reduce  
Dari awal memang kita tidak beli produk-produk dengan kemasan yang tidak bisa didaur ulang ataupun tidak bisa hancur di alam :)








Hari ke 24: Infografik

Pernah denger istilah infografik? 
Saya baru belakangan ini baca dan lihat contoh-contoh infografik. 

Jadi ceritanya begini. 
YPBB kan dulu punya acara rutin tahunan yang dikasi judul Festival Taman Kota. Jebot lah itu kegiatannya. Terakhir diadakan tahun 2005. Tepat saat saya mulai melek sama isu lingkungan dan kenal YPBB. 

Ini beberapa poster kegiatannya: 




Keliatan jadul kan poster-posternya? Harap maklum, itu kan periode sebelum 2005 :) 

Jadi si festival taman kota ini diadakan di taman Cilaki (taman Lansia). Konsepnya, tim festival taman kota menghampiri pusat keramaian. Di taman itu kan selalu banyak orang yang lewat setelah beres berolahraga di Gasibu. Tapi beberapa tahun belakangan ini, tema besar orang-orang yang berkeliaran di taman lansia adalaaaah BELANJA. Ya, makin banyak orang yang dagang dan belanja di area Gasibu + taman Cilaki. 

Media yang digunakan tim YPBB bermacam-macam. Mulai dari meja info (meja yang dilengkapi dengan poster tentang YPBB dan programnya + info-info lingkungan - factlist), permainan lingkungan yang edukatif untuk anak-anak dan poster bertema lingkungan! Di setiap site ada relawan-relawan yang siap membantu. Termasuk di area poster. Para relawan dengan senang hati berbagi dan berdiskusi dengan para pengunjung. 

Proses pembuatan posternya unik! 
Jadi ada relawan yang bertugas untuk riset materinya, kemudian staf YPBB membuatkan konsep dari posternya, dan kemudian ada relawan yang bergotong-royong untuk membuat posternya. 

Berikut beberapa contoh posternya:


anak dan racun? jadi inget madu dan racun (2005, YPBB)


tentang air (kayanya tahun 2004: YPBB)
ini bukan tema lingkungan, tapi tentang program YPBB.
 ihiy! dulu ikutan bikin pas jaman 2005 :) 


salah satu poster dari serial tema sampah (2006: YPBB)

Mulai tahun 2006 festival taman kota ditiadakan. Sayang sekali ya :( 

Tapiiii, akhirnya muncul dalam kemasan baru! Jadinya lebih sering tampil (bukan hanya setaun sekali doang), juga dalam tema yang relatif sama sehingga hampir setiap bulan bisa dilakukan dengan mengurangi aneka persiapan yang ribet (tetap riweuh ngangkut-ngangkutnya sih. Tapi paling tidak semua medianya sudah tersedia dan siap dipakai ulang). 

Materi gacoan dari acara Kereta Kota (itu nama kemasan barunya) adalah serial kampanye Zero Waste. Semua bertema Zero Waste, mulai dari meja info, permainan anak-anak (dan bahkan belakangan ada permainan untuk usia dewasa sebagai media untuk mulai ngobrol tentang lingkungan), peragaan model pemisahan sampah dan pengomposan. Ya pokoknya semua dibuat 1 tema. 

Sedjak 2005 sampai sekitar 2011 semua media bolak-balik digunakan. Yang paling babak belur adalah posternya. Mulai sobek-sobek plastik pembungkusnya. Sempat diganti, tapi si YPBB rasa berbagai kontennya perlu juga segera diperbaiki. 

Jreng jreng jreng, 
Akhirnya si YPBB punya program perbaikan poster. Baik dari sisi konten maupun dari sisi tampilan fisik dan juga ke-ergonomisannya (maksudnya biar gampang dibawa-bawa, dipasang dan diberesinnya). 

Nah, dari situ prosesnya cukup panjang. Salah satu diskusi serunya adalah tentang istilah POSTER. la la la la panjang ceritanya ya (gak perlu diceritain di sini). Tapi akhirnya ditemukanlah satu istilah yang sesuai dengan konsep poster yang diinginkan oleh si YPBB. Ternyata yang dimaksud adalah Infografis. Nih pengertiannya menurut si wikipedia: 

Grafis informasi atau infografis adalah representasi visual informasi, data atau ilmu pengetahuan secara grafis. Grafis ini memperlihatkan informasi rumit dengan singkat dan jelas,[1] seperti pada papan, peta, jurnalisme, penulisan teknis, dan pendidikan.

Istilah dan contoh-contoh infografis didapat dari hasil ngobrak-ngabrik Pinterest. Keren-keren ternyata cara orang mengemas info yang kompleks menjadi lebih mudah dipahami. 

MARKIPOS! Alias MARi KIta ngomPOS adalah salah satu contoh infografis yang berisi ajakan untuk mengkompos dari http://www.treehugger.com.


dari http://www.treehugger.com


Masih banyak yang lain-lain dan keren-keren. Salah satunya bisa intip di sini




Jadi, 
Marilah kita bikin poster 
eh salah
Marilah kita bikin infografik :P


keterangan: semua foto koleksi YPBB (kecuali poster MARKIPOS) 



Saturday 2 February 2013

Hari ke 23: Hands of Volunteer

Pernah denger sepak terjang para relawan? 
Pernah baca pengalaman seru berelawan? 
Punya temen relawan? 
Punya kecengan/pacar yang relawan? 
Pernah ngerasain asiknya jadi relawan? 
Ketagihan jadi relawan? 

Malam ini saya tiba-tiba teringat sama 1 proyek terkait relawanan. Tepatnya proyek untuk merecognisi peranan para relawan. 

Dari satu sisi, para relawan direcognisi atas peranannya. Di sisi yang lain, (harapannya) dengan semakin banyak orang yang mengetahui cerita peranan para relawan tersebut maka: 

  • peranan relawan makin banyak dipahami (asumsinya sekarang belum segitu dipahami dan dihayati peranan para relawan tersebut) 
  • peranan para relawan lebih bisa diapresiasi  
  • pembacanya bisa terispirasi dengan kisah yang ada
  • hasil akhirnya makin banyak orang yang tergerak untuk berelawan ria. 


Nama proyeknya: Hands of Volunteer

Proses kreatif untuk menghasilkan ide proyek ini cukup unik!

Bermula dari ajakan kumpul-kumpul dari @domzsaja . Agak gak jelas, kumpulnya mau ngapain. Seperti biasa, itulah kebiasaannya. Seru, gak jelas tapi seru! 

Rupanya dia sudah ngobrol-ngobrol sama @dollyisnawan tentang ide untuk bikin aktivitas terkait relawanan. 

Ide awalnya muncul dari sini cenah --> http://balloonsofbhutan.org/ . Ini sebuah proyek fotografi untuk menggambarkan tingkat kebahagian orang-orang Bhutan, yang mana katanya Bhutan ini: 
Based on a global survey, Business Week rated Bhutan the happiest country in Asia and the eighth-happiest in the world (2006)

Teknis penggambaran kebahagiaannya unik! Jonathan Harris, mewawancara 117 orang tentang tingkat kebahagiannya. Dan itu digambarkan dengan jumlah balon yang mereka pilih (10 untuk tingkat kebahagiannya yang paling poll). Lengkapnya tengok deh web tersebut. Keren!

Nah di sisi yang lain, proyek ini juga terinspirasi dari manfaat berelawan yang pernah Dolly dengar (atau baca ya? lupa lagi tepatnya) dari @ReneCC. 

Singkatnya kalau yang punya ide-ide dan kokonsepan si Dolly itu, dan kemudian kita berempat (Dom, saya, Dolly dan Jessis) yang kemudian mengolah idenya sehingga bisa menjadi sebuah platform yang bisa digunakan dan bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. 

Eksperimen mulai dilakukan selama beberapa jam. Mulai dari mikirin bentuk alat yang menggantikan peranan balon, kemudian bikin dummy tangan-tangan sebagai perlambang kebahagiaan relawan, beli kertas warnawarni (yang mana Ade Dom ternyata baru tau kalo ada kertas warna-warni dalam 1 pak kemasan wkwkwk. TK Sore*ang maklum), kokoreh kardus bekas, rempong tempel-menempel, bikin dummy foto-foto (pastinya bintangnya adalah kita-kita sendiri), gak terasa udah malam dan lapar, dilanjut makan nasi kucing (bersampah kertas nasi!), dan akhirnya beres-beres sampah bekas proses kreatif hari ini!

Seru dan ide serasa meletup-letup!

Kemudian dilakukanlah uji coba pertama di acara workshop pengelolaan relawan bersama @YuliaNadya dkk. Tukang fotonya Ade Dom. 
(tentang workshopnya belum pernah ditulis euy, tapi bisa lah intip keseruannya di album foto ini)

Dari aneka proses kreatif tersebut, akhirnya terlahir sebuah blog untuk media ber-Hands of Volunteer. 
Dolly yang bagian mamantes blog. Ini blognyaaaaaa: http://handsofvolunteer.wordpress.com/

Taglinenya: Menjadi relawan merupakan salah satu cara yang kami pilih untuk menjadi bahagia!

Copas deskripsinya ah 

Blog ini berisi cerita kebahagiaan teman-teman relawan lintas bidang dan lintas komunitas. Setiap relawan akan diwakili oleh foto saat dirinya sedang memegang sejumlah “tangan” yang menandakan tingkat kebahagiaannya sebagai relawan. Deskripsi dalam bentuk tulisan pendek tersedia pula untuk menggambarkan kebahagiaan tersebut. HANDS OF VOLUNTEER - demikian judul yang kami berikan untuk blog ini.
Semoga perjalanan anda dalam mengintip blog ini dapat mengantarkan anda untuk mencicipi kebahagiaan sebagai relawan.
Sudah pernah menjadi relawan? Berarti andapun dapat menambah jejeran panjang profil bahagia ala HANDS OF VOLUNTEER!

Gimana caranya supaya bisa jadi kontributor di blog ini? Caranya gampang, karena di blog tersebut sudah tersedia langkah-langkah detil yang bisa diterapkan langsung! Cek di sini.
*kita sesi foto-foto (lagi) untuk bikin tutorial tangannya :) 

Rencana awalnya: Kita mau bikin beberapa dummy, biar ada contoh untuk yang mau ikutan jadi kontributor. Tapi sampai sekarang belum juga dipegang lagi proyek ini. Padahal sampai-sampai om @FictorFerdinand udah turun tangan untuk ntranskrip hasil wawancaranya.

Oya, akun twitter, email, page pun sudah pernah dibuat. Sampai lupa namanya saking kelamaan.
Twitter : @Hands_Volunteer
Page facebook: Hands of Volunteer
http://handsofvolunteer.wordpress.com 

Penutupnya foto narsis saya. Nuhun foto dan kamera kerennya Ade Dom!

6 tangan melambangkan tingkat kebahagiaan yang paling poll dalam berelawan!


*Bulan Februari 2013 ini, mau mulai lagi garap proyek ini ah :) 
Yang mau ikutan volunteeran dalam pengelolaannya dan atau jadi kontributor, kabari-kabari ya :) Kontaknya sementara mention @anil_nw dulu (kalo-kalo aneka akun di atas belum sempat dicek secara rutin)

Hari ke 22: 10 Menit Produktif

Tadi siang tiba-tiba kesurupan mau cuci sepatu sendal crocs-crocs-an. 
Gosok-gosok bentar pakai sikat kamar mandi + sabun cuci batangan + bantuan air dari bak (yang mana semua bahannya tersedia siap pakai di kamar mandi) akhirnya terciptalah ini!

Jreng-jreng-jreng!



Jadi ceritanya, 
Sepatu sendal ini dari jaman awal dibeli (mungkin sekitar 1 tahunan yang lalu) sama sekali belum pernah dicuci. Ya paling dilap basah doang lah. Dan 10 menit berhasil mengubah warnanya kecoklatan menjadi biru muda. Semuda warna aslinya. 

Nah loh!
Padahal cuma diperlukan sekitar 10 menit untuk mencucinya. Tapi dasar weh gak pernah disempetin. Ckckckck. 

Nyuci spatu sendal sih seperti hal cemen. Tapi aktivitas tersebut memberikan pembelajaran AHA buat saya untuk selalu bisa memanfaatkan setiap detik yang dilalui dengan hal-hal berguna :) 

Ayo bagikan juga "10 menit produktif ala kamu"! 


Jangan biarkan waktu mu sia-sia. Jangan sampai waktumu sia-sia 10 menit pun!
@dinadellyana Homogenic di @akberbdg 
ngopi dari sini


Monday 21 January 2013

Hari ke 21: Memilih Jeruk

Pernah beli jeruk kan?
Biasanya langkah apa yang dilakukan?

gambar dari sini


Kalau di supermaket, langkah yang biasa dilakukan adalah:
1) milih mau beli jeruk apa. Ada yang jeruk-jeruk impor dan biasanya cuma ada 1 jeruk lokal yaitu jeruk medan. Pertimbangan yang dipakai biasanya terkait harga, selera, jejak ekologis (hanya akan dipikirkan oleh yang sudah ikut pelatihan keberlanjutan hehehe) dan juga kemenarikan tampak luar si jeruk.
2) kemudian ambil plastik (langkah 1 dan 2 biasanya bisa dituker-tuker)
3) konsentrasi di depan tumpukan jeruk untuk pilih-pilih jeruk yang paling bagus diantara yang ada. Kalopun sama-sama mulus, pasti aja reflek untuk cari yang paling bagus.
4) pergi ke tempat penimbangan
5) belanja-belaja yang lain atau langsung ke kassa.

Coba baca ulang langkah yang ke 3.

3) konsentrasi di depan tumpukan jeruk untuk pilih-pilih jeruk yang paling bagus diantara yang ada. Kalopun sama-sama mulus, pasti aja reflek untuk cari yang paling bagus. 

Ada proses memilih di situ. Padahal sama-sama jeruk. Dan juga kalau di supermarket sih, kualitasnya cenderung standar. Gak beda-beda amat. Yah sama-sama warna oranye, sama-sama mengandung vitamin C, sama-sama asem-asem seger. Tapi kita teteeeeeepppp aja milih-milih. 

Nah, kehidupan pun seperti itu. Ada proses dipilih dalam setiap langkah. Sama halnya dengan nasib si jeruk yang ada di supermarket.
Mau masuk SD pun ada tes dulu sekarang (di beberapa SD begitu)
Mau masuk SMP SMA juga sama. paling tidak orang dipilih berdasarkan NEM (sekarang apa ya istilahnya). 
Di kelas unggulan, orang pun akan dipilih, Pakai tes psikologi dkk
Mau masuk universitas jg samaaaaa. Sampai bela-belain aneka les supaya lulus tes di perguruan tinggi dan jurusan yang favorit
Mau kerja juga sama. Udah jangan ditanya lagi untuk bisa masuk PNS. Peluangnya kecil apalagi ditambah ada yang sogok menyogok
Kalau udah dewasa pun, ada proses dipilih lagi untuk jadi istri/suami orang
..........

dan lain-lain dan sebagainya. Proses dipilih itu akan selalu berjalan terus sampai jatah waktu hidup kita habis 

Tapi kan kita juga bisa memilih duluan? 
Mungkin ada yang bilang begitu. 

Tapiiiii berbeda dengan jeruk. Dalam kehidupan nyata, hal yang kita pilih tidak pasif. Dia atau suatu aturan main pun berhak memilih kita. Jadi untuk bisa dipilih dalam segala hal, kita perlu benar-benar pilih yang paling baik dan juga memantaskan diri kita untuk dipilih. 






Hari ke 20: Bukan Sekedar Nostagia!

Momen apakah yang biasanya mempertemukan kita dengan teman-teman lama? 

Makan bareng? Buka puasa bersama? 
Acara reuni angkatan? 
Outbond bareng? 
Tanpa sengaja bertemu di event salah satu teman? (misalnya nikahan)
Sama-sama ikut seminar terkait profesi?

Macam-macam momen yang bisa mempertemukan. Tapi kegiatan yang paling khas dari semua itu adalah ngobrol. Biasanya berisi tukar kabar tentang si ini dan si itu sambil mengingat masa lalu. Bercerita tentang kejadian-kejadian yang dulu sempat berkesan. Seputar itulah. 

Bila yang dikenang adalah saat-saat yang menyenangkan, rasa senangnya itu langsung kerasa. Kalau yang dibicarakan saat-saat yang ngebetein, yang langsung kerasa juga betenya. Ada juga yang lama gak ktemuan dan mengalami CLBK *cieee. Ada juga yang "pamer" (ini nih bagian yang paling bikin males). Ada juga yang kemudian jadi nemu celah kerja sama. 

Buat saya, acara reuni bisa juga jadi tempat pamer yang positif! Pamer gaya hidup yang ramah lingkungan tea heheeheh. Mulai dari melakukan aksi-aksi pribadi pengurangan sampah (bawa misting, tempat minum dan juga sampai di kondangan ketika bersama teman pun menggunakan peralatan-peralahan tersebut! Lihat ceritanya di sini). Sampai akhirnya di suatu acara buka puasa bersama 2011, dicoba diterapkan konsep Zero Waste Event. Karena kalau acara reuninya di luar, adaaaaaa aja sampahnya! Mulai dari tissu, sedotan, kadang juga gelas plastik jus, kadang juga kalau di foodcourt ada kemasan makanan yang dari plastik (seperti wadah sambel dari plastik sekali pakai dkk). 

Yeah, pada intinya tujuan dari konsep Zero Waste Event adalah berusaha supaya acara reunian gak nyampah. 

Penerapan konsep ZWE ini bukan hanya pada hari H saja. Temen-temen saya itu sudah disms konfirmasi supaya gak lupa untuk datang ke acara dan juga gak bawa tissu (tapi diganti sapu tangan). Pengadaan makanan dan minuman dikelola oleh saya dan 1 teman. Aktivitasnya mulai dari memesan makanan (termasuk brief ke produsen timbelnya), pinjam perabot zero waste (gelas, piring lidi dan sendok). Tapi tetap dibuka peluang juga untuk bawa makan sendiri. Asalkan tetap mendukung tema acara: sebisa mungkin gak bawa makanan dari luar yang nyampah. Saya buka kesempatan "konsultasi" kalau-kalau ada yang bingung: apakah jenis makanan yang akan dibawa nyampah atau enggak. 

Ketika hari H, memang ada sedikit kecolongan-kecolongan. Tapi tak apa lah, kan memang baru model perdana. Walaupun ada yang tetap bawa tissu, tapi teman saya itu sempat bilang: "Aduh maaf ya Anil, saya pakai tissu". Paling tidak, mulai ngeuh bahwa sebenarnya tissu itu adalah sesuatu yang perlu mulai dikurangi. 

Dan di hari H pada happy juga karena ada beberapa doorprize yang dibagikan (padahal dibeli dari uang iuran makanan juga heheeh) Tau kan, apa isinya? Pastinya perabot pendukung gaya hidup zero waste dong! Lupa lagi hadiah detilnya, kalau gak salah ada sapu tangan dkk. Yang murah-murah, tapi dicoba dimaknai dengan disisipi "surat cinta" yang menjelaskan penyebab doorprize itu diberikan. Misalnya begini:  
Sapu tangan ini bisa dipakai berulang kali (asal dicuci tentunya) untuk menggantikan beberapa peranan tissu. Misalnya untuk mengelap mulut. Kalau tissu kan sekali pakai, dan akhirnya nyampah deh. Kalau sapu tangan ini, paling tidak bisa dipakai 50 kali.  
Kemudian surat cinta itu dibacakan ke semua. Nyelip-nyelipin unsur kampanye-nya dimana-mana lah heheeh 

Acara buka puasa tersebut tetap berjalan standar. Mengenalkan cerita kehidupan masing-masing dan aktivitas ngobrol-ngobrol lainnya. Tapi mudah-mudahan (paling tidak) dalam seumur hidupnya, temen-temen saya pernah merasakan berada di acara reunian yang Zero Waste!

Sayangnya saya tidak mendokumentasikan pernakpernik di acara tersebut. Tapi cuma menemukan 1 foto barbuk nih! Lihat deh lingkaran hitam di pojok kiri. Berhubung tempat reuniannya kantor yang tidak punya banyak gelas, akhirnya dipakai gelas plastik yang bisa dipakai ulang. Pinjam dari YPBB. Sendok-sendoknya kalau gak salah pinjem dari rumah. 

koleksi Ati Kurniasih

Mungkin masih ada beberapa orang yang mengatakan, berpikiran atau tanpa sadar berpikiran: ngapain juga reunian kalau yang diomongin kebanyakan masa lalu? 

Hmm, kalau saya sih yakin bahwa hubungan silaturahmi perlu dijaga terus dengan siapapun. Termasuk dengan teman-teman yang jarang bertemu. Kalau bahasa agamanya sih, silaturahmi akan mendatangkan rizki. Modal sosial itu perlu terus dikembangkan. Itu menurut bahasa yang lebih umum. 

Dan yang pasti, dari contoh di atas, saya bisa menyusupkan kampanye gaya hidup zero waste di acara reunian tersebut :) 



Sunday 20 January 2013

Hari ke 19: Rek Kitu Wae Hirup teh?

Untuk yang bukan orang Sunda, saya bantu terjemahkan judul tulisan kali ini dalam bahasa Indonesia ya :) 
Terjemahan bebas dari Rek Kitu Wae Hirup teh? = memang hidup lo mau gitu-gitu aja?

Kata-kata ini belakangan lagi trend diucapkan (di lingkungan temen-temen kantor) dalam obrolan dan becandaan. Dalam konteks tertentu, kata-kata tersebut memang cocok sekali menjadi pertanyaan serius yang bisa ditujukan pada diri sendiri maupun pada orang lain. 

PERUBAHAN merupakan kata kunci dalam proses kehidupan manusia. 
Manusia itu akan selalu berproses ke arah diinginkan. Dan cara berproses untuk masing-masing orang akan unik dan spesifik. 

gambar dari sini


Tinggal perkara: 
selama apakah seseorang berproses? 
sebesar apa energi dan sumber daya (waktu, tenaga, uang dll) yang dialokasikan untuk berproses? 
apakah cara yang dipilih untuk berproses memang sudah tepat dan strategis? 
seterampil apa orang tersebut berefleksi?
apakah orang tersebut cukup paham akan kondisi dirinya sendiri (tipe kepribadian, cara belajar, potensi diri dll) 
semendukung apa lingkungan sekitarnya? (teman/komunitas yang bisa mensupport)
dan salah satu yang saya baru ketahui belakangan adalah: sebanyak apa dan life trap apa saja yang diidap oleh seseorang. Life trap dalam bahasa sederhana ala saya adalah aneka jeratan di masa kecil yang kadang kita sendiripun tidak menyadarinya dan itu cukup besar pengaruhnya di kehidupan kita sekarang. 


Semua faktor itu berperan penting dalam proses perubahan. Bila proses perubahan tersebut ingin berjalan dengan maksimal, tentunya banyak hal yang perlu dipelajari sehingga (akhirnya) perubahan diri ke arah yang ingin kita capai bisa terwujud!

Dan harapan lainnya sih: moga-moga lama-lama pertanyaan Rek Kitu Wae Hirup teh? tidak akan muncul lagi :) 
*kecuali sebagai bahan becandaan hehehe

Hari ke 18: Lama Menuju Sore

Pernahkah merasa: gak betah dan gak nyaman ketika sedang berada di suatu kondisi atau di suatu tempat?
Yang ujung-ujungnya bikin "pengen pulaaaaannnng" ataupun rasanya lamaaaaa banget berada di tempat itu?

Saya pernah!
Tapi kejadian itu biasanya baru bener-bener kerasa mengganggu kalo kondisinya ekstrim banget. Kalau masih dalam batas wajar sih, sebenernya saya cenderung cukup adaptif.


Lama Menuju Sore

Istilah tersebut dulu tanpa sadar saya ucapkan dalam suatu obrolan dengan  temen
(hey, dimana dia sekarang ya? lama gak kontak *langsung cek dulu profilenya di Facebook)

Waktu itu saya bercerita tentang ketidaknyamanan yang dirasakan ketika berkesempatan tinggal sekitar seminggu di kawasan kumuh ibukota. Kawasan di mana kita bisa melihat sisi lain dari Jakarta. Kalau saya bukan hanya melihat tapi juga merasakan!

Panjang kalau didongengin detilnya, tapi salah satu yang saya ceritakan ke teman tersebut adalah bahwa saya  merasakan hari yang panjang di tempat tersebut. Mati gaya. Itulah yang saya rasakan selama kurun waktu tersebut. Juga sebenarnya cukup shock dan yang anehnya lagi adalah mendadak saya ingin pulang ke rumah. Dan mendadak merasa bahwa rumah saya ngangenin banget bangetttt dan mendadak saya ingin bertemu dengan orang-orang rumah dan teman-teman dan perangkat kehidupan saya lainnya. Kondisi seperti itu cukup jarang terjadi karena sebenarnya saya cenderung asik-asik aja bila bermalam di luar rumah.


Lama Menuju Sore

Itulah kata yang pas (dan emang real dirasakan) untuk menggambarkan aneka perasaan yang saya rasakan saat itu.  
Rasanya hari itu panjanggggg dan lambaaaat sekali ritmenya.

Setelah dipikir-pikir sekarang, rupanya perasaan lama menuju sore itu  muncul bukan karena peristiwa yang terjadi dan dialami. Tapi lebih ke: bagaimana saya memaknai peranan yang saya jalankan saat itu.



dicomot dari sini





Friday 18 January 2013

Hari ke 17: Poster Jleb & Kreatif

Hal apa yang langsung kepikiran ketika melihat gambar di bawah ini?? 

gambar dari sini

Saya tambahin taglinenya nih sekalian.
Save the Orangutan. Let the Orangutan smile like a banana.

Apa yang sekarang kepikiran? 


Pas pertama saya lihat poster ini, langsung kepikir: Edan ini yang bikin poster kreatif banget!
Idenya keren pisan! Fungsi poster sebagai penarik perhatian dan juga penyampaian isu kena banget.

Mungkin ada temen-temen yang tanya: Emangnya kalau banyak orang yang lihat poster ini, apakah kemudian  si orangutan tiba-tiba terselamatkan?

Ya enggak seinstan itu dong! Tapi kalau tujuan dari poster tersebut untuk bikin orang mulai kenal isu, saya pikir memang sudah memenuhi fungsinya. Asalkan poster itu merupakan kepingan kecil dari satu gerakan kampanye yang komprehensif.


Ayo sekarang lihat lagi poster yang ini :) Apa yang langsung terpikir? 


Gambar dari sini

Kalau saya sih, langsung mikir: ini poster sederhana banget dan #jleb. Walaupun mungkin bisa dimaknai macem-macem juga berdasarkan paradigma si pembaca poster.

Kalau saya memaknainya begini:
Beda banget makna kata need dan want alias butuh dan ingin
Terus, yang diinginkan belum tentu yang kita dibutuhkan
Dan yang dibutuhkan sebenernya gak sebanyak yang diinginkan.

Dan, si poster yang sederhana dan kena banget ini, ternyata bisa dishare oleh banyak 524 orang di Facebook. Itu bukan jumlah yang sedikit!

*dan langsung deh kepikir: Apa kabar dengan aneka poster kampanye yang pernah saya buat?  Selalu "sirik" deh sama orang-orang kreatif yang bisa menyampaikan pesan dengan gaya yang asyik dan menarik melalui poster.