Beberapa minggu lalu, saya melihat ada pusat refilan pas mau berangkat ke kantor. Kemudian akhirnya saya baru beberapa hari lalu menyempatkan diri mampir ke Motto yang berada tepat depan Pasar Suci.
Motto itu apa? Bisa baca lengkap di sini. Pada intinya adalah, mereka menjual produk-produk pembersih curah dan mereka meng-claim produknya sebagai: Kualitas Tinggi - Harga Murah - Ramah Lingkungan . Apakah benar begitu? Pada tulisan ini, saya bahas aspek ramah lingkungannya.
Oiya, saya dulu pernah nemu juga cabang sejenis di deket rel kereta jalan Sunda.
Ini penampakan yang di sebrang pasar Suci. Agen Suci ini, sekalian juga jadi penjual gas 3 kg-an.
Dan kemudian, saya tatanya ke penjualnya. Sebutan di webnya sih, namanya agen/dealer.
Yang awal kepikir adalah pembeli pada bawa wadah sendiri dan kemudian pedagang punya literan, sehingga bisa beli pakai wadah macam apapun. Dengan cara yang saya pikirkan di awal tersebut, tentunya kita bisa menggunakan wadah-wadah yang sudah tersedia di rumah (wadah-wadah sabun atau apapun) untuk membeli produk dan akhirnya proses refill beneran terjadi.
Dan kejadiannya adalaaaaaaah: takeran literan tidak tersedia! Padahal setiap paket agen sudah mencakup beberapa gelas ukur (barusan baru ngintip di ketentuan agen). Katakanlah gelas ukurnya hilang heheh.
Pertanyaannya sekarang: bagaimana cara si agen suci ini mengemas?
Si agen mengisi banyak botol AMDK dengan aneka cairan pembersih sehingga para pembeli tinggal ambil sesuai kebutuhan. Entah apa yang melatarbelakangi pemilihan cara tersebut. Tapi yang pasti, si agen gak pernah mendapati pembeli yang inisiatif untuk membawa wadah sendiri.
Si botol-botol yang sudah siap bawa tersebut (ada yang ukuran 600 ml dan 1.5 L) , dijajarkan di rak dan masing-masing sudah dilabeli harga.
Botol-botol tersebut, sebagian didapatkan dari orang-orang yang menyetorkan botol AMDK-nya. Botol tersebut diterima oleh agen dengan harga Rp.100,00. Tapi ada juga sebagian orang yang menukarkan botol yang telah kosong bekas beli cairan pembersih pada kesempatan sebelumnya.
Yeay, reuse terjadi juga berarti! Walaupun para pembeli gak langsung bawa wadah sendiri.
Buat oleh-oleh dan juga untuk lihat kualitas produk, kemarin saya sekalian nyoba beli sabun buat ngepel, Udah disimpen di rumah. Kita tunggu reaksi dari si teteh yang babantu di rumah: apakah sabun pel itu cukup enakeun?
Kalau cocok, bisa ngelanggan lah. Semangatnya sih, di semangat mencegah kemasan dari awal, karena di rumah juga udah numpuk-numpuk sagala rupa kemasan plastik bekas cairan pembersih.
Kalau untuk sabun mandi cair dan sampo rambut, dulu pernah coba pada merk yang sama dan saya sih kurang cocok. Jadi sekarang coba-cobanya di pembersih yang tak ada hubungan langsung dengan badan.
Oiya, selain yang cairan, ada juga deterjen cuci. Nanti mau coba ah, kebetulan stok di rumah tinggal 1 bungkus lagi. Dengan membeli produk ini, minimal kemasan yang tersisa tinggal plastik bening. Plastik bening sih masih bisa didaur ulang (ditandai dengan diterimanya sidia di tukang pulung). Plastik kemasan deterjen warna-warni yang biasa dijumpai, ya boro-boro bisa didaur ulang, semua pemulung dan lapak tak ada yang mau terima.
Semoga produknya pada cocok, sehingga misi pengurangan kemasan dari awal bisa mulai dilakukan!
catatan: ini bukan tulisan ngiklan, tapi ditulis berdasarkan pengalaman dan dalam semangat berbagi untuk mulai sama-sama melakukan aksi nyata pencegahan sampah kemasan dari awal. Saya sempat dengar dari Melly bahwa di Lotte Mart Sukarno Hatta, ada juga yang jual produk-produk pembersih dalam kemasan besar. Kapan-kapan bisa kita tengok juga (biar ada alesan jalan-jalan ke mall heheh)
Friday, 19 December 2014
Friday, 12 December 2014
Di Acara Bibioporian!
Cung, siapa yang waktu kecilnya suka main di Taman Lalu Lintasssss?
Tapi kenapah, lalu lintas di Bandung begitu semrawut?
Udah, tong serius teuing bahas kesemrawutan lalu lintas kota ini. Sambil mengenang masa kecil, mending sambil saya ceritain sedikit tentang kegiatan seru yang diadakan di area tersebut.
Lengkapi Sejuta Biopori (Lestari) merupakan kegiatan pembuatan biopori secara masal di area Taman Lalu Lintas Bandung yang diselenggarakan oleh Astra First. Tim YPBB (Entis dan saya) hadir untuk memberikan materi pengantar dalam kegiatan yang telah diselenggarakan pada tanggal 29 November 2014 tersebut.
TNI, warga dan mahasiswa bersama-sama membuat LBR (lubang resapan biopori) di area Taman Lalu Lintas. Bapak tentara mah jagoan euy, kerja cepat. Maklumlah udah terbiasa beraktifitas di lapangan.
Setelah dibuat,harusnya tentunya akan diisi rutin sehingga bisa membentuk biopori yang akan menjadi lubang-lubang kecil cadangan air dan tentunya bisa mengkompos sampah organis.
Moga pengomposan di area ini bisa berjalan konsisten dengan metode Biopori. Udah wanti-wanti bawel sih, supaya mahasiswa panicia segera berkoordinasi dengan pihak Taman Lalu Lintas untuk membicarakan rencana tindak lanjut dari aktivitas pembuatan LBR ini. Kalau pinjem bahasanya teh Hani mah, perlu ada aktivitas #marabanBiopori cenah.
Selayaknya acara pada umumnya, ada sambutan dari berbagai pihak sebelum acara dimulai. Sejembreng! Mulai dari ketua panitia, camat, pihak Unpar, pihak Astra dan pihak Taman Lalu Lintas. Semoga ini menjadi penanda kolaborasi yang erat di kemudian hari.
Setelah kerja bakti membuat LBR (lubang resapan biopori), seluruh peserta disuguhi makan siang yang #ZeroWaste ! Prasmanan menggunakan gelas dan piring kaca. Sisa daun pisang dan makanan lainnya, bisa langsung masuk biopori. Asik!
Moga pengomposan di Taman Lalu Lintas bisa berjalan konsisten dengan metode Biopori.
Acara berjalan lancar dan tanpa hujan. Alhamdulillah. Begitu beres makan dan pamitan-pamitan, eta hujan meni ngagebret.
Demikianlah cerita singkat dari aktivitas di Taman Lalu Lintas beberapa hari yang lalu.
PS: Sudahkan bioporimu diparaban?
(PS = pesan sponsor heheheh)
Tapi kenapah, lalu lintas di Bandung begitu semrawut?
Udah, tong serius teuing bahas kesemrawutan lalu lintas kota ini. Sambil mengenang masa kecil, mending sambil saya ceritain sedikit tentang kegiatan seru yang diadakan di area tersebut.
Lengkapi Sejuta Biopori (Lestari) merupakan kegiatan pembuatan biopori secara masal di area Taman Lalu Lintas Bandung yang diselenggarakan oleh Astra First. Tim YPBB (Entis dan saya) hadir untuk memberikan materi pengantar dalam kegiatan yang telah diselenggarakan pada tanggal 29 November 2014 tersebut.
Foto saya gada euy zzzzz Nanti minta sama panicia ah #narsis |
TNI, warga dan mahasiswa bersama-sama membuat LBR (lubang resapan biopori) di area Taman Lalu Lintas. Bapak tentara mah jagoan euy, kerja cepat. Maklumlah udah terbiasa beraktifitas di lapangan.
Setelah dibuat,
Moga pengomposan di area ini bisa berjalan konsisten dengan metode Biopori. Udah wanti-wanti bawel sih, supaya mahasiswa panicia segera berkoordinasi dengan pihak Taman Lalu Lintas untuk membicarakan rencana tindak lanjut dari aktivitas pembuatan LBR ini. Kalau pinjem bahasanya teh Hani mah, perlu ada aktivitas #marabanBiopori cenah.
Selayaknya acara pada umumnya, ada sambutan dari berbagai pihak sebelum acara dimulai. Sejembreng! Mulai dari ketua panitia, camat, pihak Unpar, pihak Astra dan pihak Taman Lalu Lintas. Semoga ini menjadi penanda kolaborasi yang erat di kemudian hari.
Setelah kerja bakti membuat LBR (lubang resapan biopori), seluruh peserta disuguhi makan siang yang #ZeroWaste ! Prasmanan menggunakan gelas dan piring kaca. Sisa daun pisang dan makanan lainnya, bisa langsung masuk biopori. Asik!
Moga pengomposan di Taman Lalu Lintas bisa berjalan konsisten dengan metode Biopori.
Acara berjalan lancar dan tanpa hujan. Alhamdulillah. Begitu beres makan dan pamitan-pamitan, eta hujan meni ngagebret.
Demikianlah cerita singkat dari aktivitas di Taman Lalu Lintas beberapa hari yang lalu.
PS: Sudahkan bioporimu diparaban?
(PS = pesan sponsor heheheh)
Subscribe to:
Posts (Atom)