Tuesday, 19 December 2017

Kesan dari Partisipan Urban Social Forum

Ceritanya, hari sabtu kemarin saya datang ke acara Urban Social Forum. Bermula dari info kegiatan Forum BJBS yang dipublikasikan di grup whatsapp, saya lalu penasaran, sebenarnya acara apakah Urban Social Forum ini? Lalu buka instagram dan web-nya. Web-nya berbahasa Inggris. Jadi kepikir: ini kegiatan sebenarnya buat siapa? Diadakan di Bandung tapi kok web-nya berbahasa Inggris? (ternyata di hari H ketauan banyak bule dan orang negeri yang dateng dan ini acaranya hasil kerjasama jaringan internasional)

Lalu nengok-nengok instagramnya dan melihat: BANYAK PISAN panel dan pembicara yang ada di acara USF! Oke, mulailah gairah pengen meng-event tumbuh. Ini kebayangnya semacem reuni besar para aktivis angkatan lama dan pengenalan isu-isu aktivisme perkotaan ke aktivis atau orang-orang yang tertarik pada isu perkotaan. Dan saya menjadwal supaya di hari itu bisa pergi ke acara tersebut.

Di hari H,saya sengaja gak ikut isu yang biasa digeluti sehari-hari yaitu pengelolaan sampah. Tapi belok-belok ke bidang lain sehingga berharap mendapatkan wawasan baru. Panel 3 dan 10 adalah panel yang saya ikuti selain forum utama pembuka yang dihadiri oleh semua peserta. 





Sepulang ber-Urban Social Forum, saya jadi kepikiran. Orang yang dateng segitu banyak. Kira-kira apa saja motivasinya ya? Dan apakah harapan di awal terpenuhi dengan mengikuti acara akbar tersebut? Atau malah dapet banyak bonus ekstra berlipat ganda? 

Karena penasaran (gitu weh anaknya teh kepo) lalu saya cari di instagram, orang-orang di hari H USF posting dengan hastag #urbansocialforum dan #urbansocialforum2017 . Sengaja ga tanya ke orang yang kenal. Kan biar sekalian punya kenalan baru (angger wkkwkw) dan juga mendapatkan cara pandang baru. Dan berharap banget bisa dapet jawaban yang ajaib. 

Dengan metode nanya secara acak itu, bener deh nemu responnya cukup beragam dan posisi di kegiatan juga beragam. Asalnya hanya kepikir untuk tanya ke peserta aja, eh taunya nemu yang juga jadi moderator, relawan kegiatan dan juga pembicara. Kaya gimana kesan mereka terhadap acara USF? Ini dia ceritanyaaaa~


MUHAMMAD SOFIANDI  (kanan)



Sofian  datang bersama ibu dan kawannya ke acara Urban Social Forum. Informasi kegiatan ini didapatkan dari ibunya yang tergabung dalam grup whatsapp Komunitas KBS Bandung. 

Kegiatan ini dirasa mengesankan bagi Sofian yang baru pertama kali mengikuti kegiatan diskusi bertema persampahan. Kegiatan diskusi dirasa dapat mendukung apa yang sedang Sofyan lakukan sekarang bersama warga Kopo RW 7 yang ingin mewujudkan lingkungan yang sehat, bersih dan tanpa sampah.Setelah mengikuti panel bertema persampahan, Sofyan lalu mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi santai bersama 2 pembicara yang dengan hangat memberikan masukan-masukan terhadap kegiatan pengelolaan sampah yang akan dijalankan di RW-nya.




ALMIRA YASMINE (tengah)
Almira cukup sering menjadi relawan untuk kegiatan di bidang seni dan desain. Kali ini, motivasi awal Almira gabung jadi relawan bagian acara untuk kegiatan USF adalah untuk mengisi waktu senggang ketika libur. 

Almira menyangka bahwa ini cuma forum diskusi atau seminar biasa, tapi ternyata dia menemukan banyak hal yang mencengangkan ketika masuk ke panel-panel! Satu yang membuatnya semakin mengenali realita kehidupan perkotaan dengan mengikuti kegiatan diskusi di panel 22. Panel tersebut membukakan mata bahwa ada sisi lain yang selama ini terabaikan yaitu rakyat miskin sebagai pemangku kepentingan yang ada di suatu daerah. Almira selama ini lebih menangkap tentang keberhasilan pemkot untuk membersikan sungai atau melakukan pembangunan keberlanjutan kota. Di balik itu semua ada kurangnya proses komunikasi 2 arah antara pemerintah dan rakyat. Yang rakyat miskin rasakan, pemerintah main gusur aja tanpa tahu kondisi masyarakat bahwa penggusuran memutuskan mata pencaharian dan tempat tinggal sebagai tempat berlindungnya.


SALAHADIN


Tujuan Adin datang ke Urban Social Forum adalah karena ikut penjadi salah satu pembicara di panel 15. Di USF ini, Adin bertemu dengan kawan-kawan lama, jaringan dan teman baru sesama pegiat kota. Arus informasi di dalam pertemuan formal dan informal terasa mengalir di acara tersebut. 

Harapan Adin terhadap USF selanjutnya adalah cukup seperti yang telah ada sekarang saja karena ini seperti ajang reuni diantara para pegiat. Pengembangan USF ke depan mungkin bisa berupa replikasi event ini di kota yang pernah disinggahinya, tentunya lebih berkonteks lokal dan punya kekuatan rekomendasi atas fenomena kekinian.



RAMAH HANDOKO (Kiri)

Diantara beberapa orang yang ditanya-tanya  terselip ada 1 orang pemerintahan ternyata!
Dia adalah Ramah Handoko alias Kokow salah satu pegawai di Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK RI. Hadir di acara USF atas tugas negara karena para pegiat SPAK tahun depan akan banyak berkegiatan dengan KPK. 

Yang diamati oleh Kokow di acara ini adalah sebenarnya acara ini bisa banget jadi ajang semua aktivis untuk "unjuk gigi" tapi sayangnya di acara kemarin, para aktivitis tersebar di masing-masing panel sehingga kemungkinan malah pada ga saling lihat paparan yang disampaikan. 


Menurut Kokow, pada event USF ini terlihat bahwa isu antikorupsi masih belum banyak di buy-in oleh pegiat urban. Terlebih lagi dengan sistem panel paralel tersebut lebih mengkotakkan isu antikorupsi ke wilayah yang lebih asing lagi. Terbukti dengan dengan sedikitnya orang yang hadir di panel 13. 

Terlepas dari itu semua, menurut Kokow, USF adalah acara yang memiliki potensi besar dan akan lebih seru bila dihadiri oleh lebih banyak anak zaman now. Dan bonus dari kegiatan USF ini adalah Kokow mendapatkan ide untuk mengembangkan kegiatan komunitas dan jaringan antikorupsi di tahun 2018. 


ROZAK 

Dan saya baru sadar bahwa USF 2017 ternyata USF ke 5. Ngaku sebagai "aktivis" tapi bahkan gatau ada event gedenya para pegiat perkotaan. Saya mulai nyadar bahwa ini adalah USF ke 5 karena saya "nemu" alumni USF 1-4 yang bernama Rozak. Rozak sangat menikmati aktivitas setiap diskusi untuk menumbuhkan kepekaan dan mengutarakan ide-ide. Tapi sayangnya tahun ini dia batal ikut. Di tahun sebelumnya, Rozak menjadi pemateri untuk isu pemanfaatan ruang publik.

Sebagai alumni USF 1-4 tentunya Rozak dapat membandingkan format kegiatan dari tahun ke tahun. USF 1 ternyata bentuknya diskusi melingkar di bawah pohon. Semua ikut diskusi dan tidak ada pembicara, hanya ada pemantik di awal diskusi. Sehingga semua punya kesempatan diskusi dan menyampaikan ide dan pengalaman. Rozak berharap USF selanjutnya bisa lebih banyak lagi tema diskusinya, juga diskusi berjalanlebih aktif dan kreatif.   

No comments:

Post a Comment