foto dari sini |
Saya pernah mengalami masa itu! Lupa tepatnya, tapi itu terjadi pas jaman SD. Sebagian anak di kelas bekel minum dan pakai botol amdk bekas. Dan saya juga ikut-ikutan. Itu sebagian cerita waktu dulu dan saat pada masanya "bekel-minum" dipandang wajar.
Kebiasaan itu rasanya masih berlanjut. Bahkan sampai kuliah. Dengan botol minum yang bervariasi. Bahkan jaman kuliah pun sampai saya sempet jualan tumbler.
Dulu tujuan bekal-membekal lebih kepada menghemat uang. Karena pada waktu itu saya gak punya uang saku. Hanya punya uang dari tabungan sebagai sisa-sisa perjuangan uang lebaran. Proses jualan tumbler dan misting, itu jelas-jelas tujuannya adalah mencari uang tambahan karena uang dari masa ke masa selalu saja kurang.
Sekarang, alias 2015 ini, saya masih juga ngebekel minum. Dari penampakan luar, perilakunya masih sama seperti dulu: saya rutin bawa bekal minum dan pakai tumbler yang bervariasi. Mengapa tumblernya bervariasi? Satu masa biasanya hanya punya 1 tumbler. Gonta-ganti karena tumblernya sering ketinggalan dan akhirnya dianggap hilang.
Tumbler yang sedang dipakai saat ini (statusnya lagi ketinggalan di tukang fotocopyan) |
Perilaku dulu dan sekarang bisa tampak sama, namun mulai ada sesuatu dalam pikiran saya yang kemudian membuatnya menjadi lebih bernilai. Sekarang saya masih tetep bekal minum untuk menghemat uang. Tapi ada nilai tambahnya: saya ngebekel minum karena mendapatkan cara pandang baru dari pengetahuan dan pengalaman baru tentang pentingnya upaya pengurangan plastik sekali pakai dari awal!
Sumber cara pandang baru itu didapat dari dari aneka pelatihan di YPBB dan diskusi informal/formal terkait. Bonus lain: sekarang banyak aneka media yang didesain cukup menggugah sehingga berbagai pemikiran mulai berkeliaran di otak. Aneka hal baru tersebut akhirnya mendorong cara pandang baru saat melakukan kebiasaan lama (yang beberapa diantaranya sejalan dengan upaya pengurangan sampah dari awal).
No comments:
Post a Comment