Friday, 27 February 2015

Beli Saos tapi #ZeroWaste

Saos sambel dan saos tomat adalah beberapa benda yang wajib hadir di dapur sebagai perangkat masak-memasak. Di rumah suka dipakai jadi coelan bakwan ataupun jadi bumbu masak untuk nasi goreng, tumis dan sebagainya. Peranannya kurang lebih seperti kecap,

Kemasan saos sambel ini bermacam-macam. Yang lazim ditemui di warung-warung biasanya berupa sachet (ini paling banyak dibeli juga kayanya oleh orang-orang Indonesia yang pada ketagihan kemasan kecil) dan botol plastik.


bukan iklan, seketemunya gugling (sumber dari sini)
 

Kemasan lainnya seperti kemasan refil berbahan plastik dan botol kaca biasanya jarang tersedia di warung dan hanya bisa ditemui di super/minimarket. 

Karena saos sambel ini merupakan kebutuhan yang rutin dipakai, mau tidak mau perlu mulai dipikirkan kemasan terbaik yang tidak merusak lingkungan. 

Kalau sachet sih, alhamdulillah sudah tidak pernah pakai. Walaupun saya dulu pengedar sachet saos sambel. Jaman baheula itu mah, pas jaman dagang roti isi sosis. Jadi tiap orang yang beli roti sosis dapat bonus saos sachet. Layanan lah pokonya itu mah, biar konsumen bahagia. Teu kapikiran bahwa itu teh artinya saya ikut berkontribusi menambah jumlah sampah kota. Padahal rotinya sudah tanpa kemasan karena saya bawa dalam misting-misting besar. Sambal dalam botol plastik dulu digunakan di rumah. Tapi itu dulu. 

Terahir saya rutin beli saos sambel dalam botol kaca. Perlu punya uang lebih banyak karena (rasanya) lebih mahal dibanding beli botolan plastik atau sachet. Gak pernah ngitung bener-bener, cuma yang kepikir saat saos mulai sedikit di dapur adalah: saya perlu keluar uang rada banyak (gak bisa cuma punya maratus atau seribu) dan perlu pergi ke mini/supermarket untuk membelinya. 

Rasanya udah gagah deh kalau pakai botol kaca. Karena botol tersebut bisa dipakai ulang untuk kepentingan lain. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, saya menemukan metode baru yang tidak menghasilkan jajaran botol kaca baru di rumah. Punya botol banyak-banyak teuing juga da buat apa.

Saya mencoba membeli saos sambel di pasar. Sebagian pedagang di pasar menyediakan saos sambel dalam kemasan jerigen.


Foto dari sini
  

Gak langsung berhasil. Pertama kali coba, secara pede saya membawa botol kaca bekas saos sambel ke pasar.




Ternyataaaaaa, karena pedagang yang saya temui tidak menyediakan corong untuk memasukkan saos ke dalam botol. Padahal timbangannya sudah timbangan elektrik yang bisa lebih presisi (bisa me-nol-kan wadah).

Kali itu, berhubung stok saos di rumah abis, akhirnya di kesempatan pertama tersebut, saya "terpaksa"  beli saos pakai plastik bening. (Saya beri tanda petik pada kata terpaksa karena sebenernya saya gak gitu-gitu amat butuh sambel. Cuma males weh bolakbalik deui ke pasar. Di situ saya kadang saya merasa hoream heheheh) 

Di kesempatan selanjutnya, barulah saya sukses! Dari rumah akhirnya bawa misting. Sebenernya bisa juga ya bawa corong (baru kepikir saat ngetik tulisan ini). 

Ini beberapa gambar kesuksesan tersebut :) 

misting yang sudah berisi saos sambel


lalu saos dituangkan ke dalam botol menggunakan corong

dari 1 misting hasilkan 2 botol saos dan sisa sedikit di botol jam

Tapi kisah sukses harusnya gak berhenti di situ. Karena saya harus naik kelas. Katanya saos sambel mengandung bahan-bahan aditif yang kurang baik untuk kesehatan, misalnya pengawetnya, pewarnanya dkk. Begitulah isi sebagian konten dari pelatihan bahaya zat aditif YPBB. 

Sehingga saya juga mulai nyetok sambel terasi juga. Bikin sendiri, jadi yakin pisan gak pake pengawet dan pewarna yang berbahaya. Walaupun terasinya sih entah heheeh. 


sambel rumahan

Stok saos sambel tetap tersedia dan namun sekarang mulai dihadirkan juga alternatif lain yaitu sambel rumahan. Yuk makan bareng :) 


lalab sambel, nyam-nyam!









3 comments:

  1. mbak dari gambar blog ini anda menggunakan produk ABC ya.... tapi dari segi tulisan blog ini kesimpulannya apa ya? apakah Produk ABC itu mengandung bahan-bahan aditif yang kurang baik untuk kesehatan, misalnya pengawetnya, pewarnanya dkk. Begitulah isi sebagian konten dari pelatihan bahaya zat aditif YPBB. sebaiknya di review kembali deh mbak karena kami ingredient Saos ABC sudah memenuhi standart batas ambang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah kita. sertifikat BPOM & Halal sudah ada dan direview audit tiap tahunnya oleh mereka. setahu saya HeinzABC, Indofood, Wingsfood, Unilever adalah perusahaan multinational yang sangat memperhatikan sekali GMP in Food Baverage. jadi gak asal-asalan buat produk. tapi kalo skala rumahan atau industri kecil dan menengah mungkin perlu di waspadai oleh konsumen.

    ReplyDelete
    Replies
    1. IMHO, isi dari blog ini lebih menyoroti bagaimana mengurangi kemasan pada produk makanan yang lebih minim sampah, atau bahkan tidak ada sampah sama sekali. Terkait komposisi produk, meski sesuai standar kan perlu juga dikurangi, apalagi ada bahan pengawet, pewarna, dan lain-lain yang mayoritas sifatnya sintetik. Mungkin akan lain halnya jika pewarna atau pengawet diekstrak dari bahan-bahan alami. Saya lihat penulis adalah aktivis lingkungan yang mau ga mau harus memperhatikan detil produk yang dia gunakan dan berusaha berbagi kepada konsumen lain untuk menjadi konsumen yang kritis.

      Delete