Yang orang Bandung, mungkin mengenal poster ini
Ya! Ini semangat yang disebar oleh Walikota Ridwan
Kamil untuk kegiatan beberes kota. Dalam rangka mau KAA. Event seharian (PP dan tanpa menginap) yang menguras banyak energi warga sekota-eun.
Di kabupaten sebelahnya, tepatnya di Kabupaten Bandung, di area
yang dikenal sebagai Kawasan Bandung Utara, tepatnya di area Sekepicung,
dilakukan juga kegiatan #kerjabakti pada tanggal 19 April 2015. Yang pasti bukan ikut-ikutan sama kang Emil.
Di daerah sini sekelompok warga yang tergabung dalam organisasi Passer sudah
terbiasa #kerjabakti dalam berbagai macam hal.
Yang unik adalah: mereka kebanyakan “mantan preman”, pake
tato-tatoan tapi kebanyakan beralih menjadi saroleh dan kemudian bermanfaat bagi
warga sekitar. Cerita tentang Passer nanti belakangan ya. Ini sebagian anggota Passer yang ikut #kerjabakti. Yang lain
tidak ada di TKP karena kebagian tugas mencari dan mengambil tunas pisang.
Kegiatan perdana mereka yang saya ikuti adalah #kerjabakti
Menanam Pisang di balik Café-Cafean KBU. Semua berasal dari sumber daya anggota
Passer. Mulai dari tenaga untuk bebersih lahan, tenaga untuk ambil dan angkut
tunas pisang, udunan biaya konsumsi dan lahan yg digarap milik keluarga kang Kunye.
Sampai saat masih gratis bisa dipergunakan.
Ini jalan menuju ke area tanamnya. Mudun dan ngos-ngos-an pas
naek.
Lahan yang bisa digarap sebenarnya cukup luas. Lahan yang katanya pengen dibuat
menjadi pertanian terpadu adalah lahan yang berumpak-umpak. Akan mulai digarap bulan
dan tahun selanjutnya. Lahan ini adalah lahan gamblung. Maksudnya, lahan yang tidak
diolah alias diantep. Sudah 15 tahun dibiarkan.
Teu bisaeun motona. Pada intinya berumpak-umpak ke bawah.
|
Dan ini lokasi yg sedang digarap untuk ditanami pisang, tepat
bersebelahan dengan rumahnya kang Kunye.
Kegiatan diawali dengan bebersihin lahan. Pake arit, pacul, golok milik masing-masing.
Setelah mulai bersih, kegiatan dilanjut dengan macul untuk bikin lubang-lubang yg akan ditanami tunas pisang.
Arif, salah satu relawan Passer, ikut sibuk ngarit. |
Setelah mulai bersih, kegiatan dilanjut dengan macul untuk bikin lubang-lubang yg akan ditanami tunas pisang.
Jarak antar lubang katanya sekitar 1 meter. Atau diukur
kira-kira pakai panjang tangan.
Saat ini, tanahnya relatif subur. Jadi pupuknya cukup ditaburi
abu bakaran daun-daun dan ranting.
Yang pembersihan lahan dan juga nyangkul bisa banyak tangan.Tapi
yg bagian nyecebkeun pohon special. Hanya dipegang 1 orang saja yang sudah
terbiasa supaya peluang jadinya besar.
Kemudian acara
dilanjutkan dengan masak di kebon. Kompor gas yang di dapur sampai ditarik supaya
masaknya rame-rame di kebon dan tak menyendiri. Rupanya acara masak di kebon,
baru kejadian pertama kali. Keluarga kang Kunye pun belum pernah. Passer juga
blm pernah
Taraaaaa! Inilah belasan tunas pisang yang sudah mulai ditanam
Sekarang saat yang dinanti-nanti! Makan liwet berjamaah.
Sebenernya saya sudah cukup sering ngaliwet dan makan pakai alas daun pisan. Yang
beda adalah kegiatan ngeliwetnya live di kebon dan juga nu ngeunah pisuuuunn dan bikin ketagihan
adalah si nasi dikasi minyak jelantah bekas goreng asin. Eta juara pisan!
*lupakan bahaya kolesterol dkk hahaahha
Ini masih pose sopan. Beberapa menit kemudian ganti pose: makan sambil jongkok. Ngikutin pose bapak-bapak yang lain. Walhasil makan banyak dan berasa gak kenyang-kenyang |
Yuk, kapan-kapan ikut #kerjabakti lagi di area Sekepicung bersama
teman-teman Passer!
No comments:
Post a Comment