Friday 19 February 2016

Waktu dan Kesempatan


Waktu. Itulah kesempatan yang paling mahal yang kita miliki.

Mau dipake molor, mau dipake beramal, mau dipake kerja, mau dipake piknik, mau dipake pacaran, mau dipake ngurus anak, mau dipake belajar, mau dipake berjuang, mau dipake ngerumpi, mau dipake ngobrol, mau dipake baca, mau dipake nulis, mau dipake ibadah, mau dipake olahraga, mau dipake masak, mau dipake mewarnai, mau dipake naek mobil, mau dipake naek angkot, mau dipake jalan kaki, mau dipake belanja, mau dipake berkebun, mau dipake rapat, mau dipake galau, mau dipake nongkrong, mau dipake iri, mau dipake marah-marah, mau dipake untuk bahagia, mau dipake ini itu segala macem pun bisa.

Kemarenan sempat nonton TED yang berbicara tentang rasa syukur. Menarik untuk disimak!




Video TED yang berdurasi rada panjang ini padat berisi. Banyak ungkapan bagus yang dilontarkan oleh David Steind Rast dan rasanya banyak yang bisa diambil sebagai pembelajaran. Kali ini saya akan mengutip beberapa ungkapan yang terkait dengan betapa berharganya waktu dan kesempatan.

Waktu adalah hadiah. Anda tidak perlu berjuang untuk mendapatkannya. Anda tidak menghasilkannya dengan cara apapun. Anda tidak memiliki cara untuk memastikan bahwa akan ada waktu lain yang akan diberikan untuk Anda. 

Meskipun begitu, waktu adalah hal paling bernilai yang dapat diberikan kepada kita. Saat ini, dengan segala kesempatan di dalamnya. Jika kita tidak mempunyai saat ini, kita tidak akan punya kesempatan untuk melakukan atau mengalami apapun, dan saat ini merupakan hadiah. Momen ini merupakan hadiah.

Jadi, waktu adalah fasilitas gratis yang diberikan semua orang. Tanpa terkecuali. Dan penggunaan waktu tersebut mutlak diberikan kewenangannya kepada setiap orang. KESEMPATAN! Itu kata kuncinya. Kita biasanya baru akan merasakan bahwa sesuatu itu berharga setelah kita merasakan manfaat dari hal tersebut. Bila kita bisa menggunakan waktu dan kesempatan yang diberikan tersebut untuk hal-hal bermanfaat dan bermakna, disitulah kita akan bersyukur dan disitulah kita akan bahagia.

Penderita penyakit yang sudah divonis “waktu anda tinggal sekian bulan lagi” setidaknya punya 2 pilihan. Pilihan pertama: merutuki nasib dan bersedih sembari menanggung penderitaan rasa sakit sampai akhirnya meninggal (serem amet ya pilihan kata-katanya). Atau pilihan yang mungkin lebih membahagiakan adalah mencoba menerima kenyataan yang terjadi dan kemudian memilih kesempatan untuk memanfaatkan waktu yang masih tersisa. Toh, sekian bulan ini pun terdiri dari ratusan hari, ribuan jam dan sekian menit dan sekian detik. Bahkan (kalau lihat cerita-cerita di film), dengan perasaan bahagia pasca divonis tersebut, umur seseorang malah bisa jadi lebih panjang dari yang diperkirakan dokter.





Demikian juga bila kita akan ditinggalkan atau meninggalkan suatu tempat, suatu komunitas atau orang yang bermakna bagi hidup. Bila perpisahan itu terjadi pada suatu waktu yang telah ditentukan, maka pilihan selalu ada. Tinggal pilih: mau bersedih dan mendramatisir suasana ataukah mau memanfaatkan waktu bersama yang masih tersisa (dengan semaksimal mungkin).



Follow @1mg1cerita



1 comment:

  1. Meskipun waktu telah ditentukan, kita masih punya hak untuk memikirkan waktu yg telah dilewati maupun yang akan dilewati. Dan satu hal yg penting yang harus di bold adalah KEPUTUSAN. Waktu yang telah dilewati akan menjadi tindakan pada waktu yang sekarang kita jalani. Dan waktu yang akan kita lewati kedepan adalah waktu yang akan kita rencanakan. Tapi, dimana letak KEPUTUSAN ITU??!!! Ya. Ada di waktu sekarang. So, waktu - kesempatan - adalah keputusan.
    😊

    ReplyDelete