Waktu. Itulah
kesempatan yang paling mahal yang kita miliki.
Mau dipake molor, mau
dipake beramal, mau dipake kerja, mau dipake piknik, mau dipake pacaran, mau
dipake ngurus anak, mau dipake belajar, mau dipake berjuang, mau dipake
ngerumpi, mau dipake ngobrol, mau dipake baca, mau dipake nulis, mau dipake
ibadah, mau dipake olahraga, mau dipake masak, mau dipake mewarnai, mau dipake
naek mobil, mau dipake naek angkot, mau dipake jalan kaki, mau dipake belanja,
mau dipake berkebun, mau dipake rapat, mau dipake galau, mau dipake nongkrong,
mau dipake iri, mau dipake marah-marah, mau dipake untuk bahagia, mau dipake
ini itu segala macem pun bisa.
Kemarenan sempat
nonton TED yang berbicara tentang rasa syukur. Menarik untuk disimak!
Video TED yang
berdurasi rada panjang ini padat berisi. Banyak ungkapan bagus yang dilontarkan
oleh David Steind Rast dan rasanya banyak yang bisa diambil sebagai pembelajaran. Kali ini saya
akan mengutip beberapa ungkapan yang terkait dengan betapa berharganya waktu
dan kesempatan.
Waktu adalah hadiah. Anda tidak perlu berjuang untuk
mendapatkannya. Anda tidak menghasilkannya dengan cara apapun. Anda tidak
memiliki cara untuk memastikan bahwa akan ada waktu lain yang akan diberikan
untuk Anda.
Meskipun begitu, waktu adalah hal paling bernilai yang dapat
diberikan kepada kita. Saat ini, dengan segala kesempatan di dalamnya. Jika
kita tidak mempunyai saat ini, kita tidak akan punya kesempatan untuk melakukan
atau mengalami apapun, dan saat ini merupakan hadiah. Momen ini merupakan
hadiah.
Jadi, waktu adalah fasilitas gratis yang diberikan semua orang. Tanpa
terkecuali. Dan penggunaan waktu tersebut mutlak diberikan kewenangannya kepada
setiap orang. KESEMPATAN! Itu kata kuncinya. Kita biasanya baru akan merasakan
bahwa sesuatu itu berharga setelah kita merasakan manfaat dari hal tersebut.
Bila kita bisa menggunakan waktu dan kesempatan yang diberikan tersebut untuk
hal-hal bermanfaat dan bermakna, disitulah kita akan bersyukur dan disitulah
kita akan bahagia.
Penderita penyakit
yang sudah divonis “waktu anda tinggal sekian bulan lagi” setidaknya punya 2
pilihan. Pilihan pertama: merutuki nasib dan bersedih sembari menanggung
penderitaan rasa sakit sampai akhirnya meninggal (serem amet ya pilihan
kata-katanya). Atau pilihan yang mungkin lebih membahagiakan adalah mencoba
menerima kenyataan yang terjadi dan kemudian memilih kesempatan untuk
memanfaatkan waktu yang masih tersisa. Toh, sekian bulan ini pun terdiri dari
ratusan hari, ribuan jam dan sekian menit dan sekian detik. Bahkan (kalau lihat
cerita-cerita di film), dengan perasaan bahagia pasca divonis tersebut, umur
seseorang malah bisa jadi lebih panjang dari yang diperkirakan dokter.
Demikian juga bila
kita akan ditinggalkan atau meninggalkan suatu tempat, suatu komunitas atau
orang yang bermakna bagi hidup. Bila perpisahan itu terjadi pada suatu waktu
yang telah ditentukan, maka pilihan selalu ada. Tinggal pilih: mau bersedih dan mendramatisir suasana ataukah mau memanfaatkan waktu bersama yang masih tersisa (dengan semaksimal
mungkin).
Follow @1mg1cerita |
Meskipun waktu telah ditentukan, kita masih punya hak untuk memikirkan waktu yg telah dilewati maupun yang akan dilewati. Dan satu hal yg penting yang harus di bold adalah KEPUTUSAN. Waktu yang telah dilewati akan menjadi tindakan pada waktu yang sekarang kita jalani. Dan waktu yang akan kita lewati kedepan adalah waktu yang akan kita rencanakan. Tapi, dimana letak KEPUTUSAN ITU??!!! Ya. Ada di waktu sekarang. So, waktu - kesempatan - adalah keputusan.
ReplyDelete😊