Sunday, 12 June 2016

Out of the Box

Out of the Box?!?

Sebuah istilah yang saya sering dengar tentang cara berpikir yang kreatif, tidak standar, di luar kebiasaan dan sebangsanya.

Cara pandang ini, saya mulai sadari ketika ada sebuah simulasi saat pesantren kilat jaman sekolah dulu. Jadi ada satu pemateri yang meminta kita "gambarkan apel". Saat itu kebanyakan peserta menggambarkan apel satu biji saja. Gada tuh yang menggambar apel beberapa buah memakai keranjang, atau apelnya ada di sebuah supermarket, atau apelnya diberikan oleh seorang kekasih kepada gadis pujaan hatinya. Padahal bisa aja kan ya?

Lupa gimana debrief dari acara gambar-menggambar ini. Pastinya saat itu saya mulai "ngeh" bahwa ada banyak cara untuk mencapai 1 tujuan (dalam hal ini menggambar).

Sebagai gambaran, dari kecil saya cenderung nurut aja dan ga ngelawan. Manuuuuttt. Dan kepikiranya idup mah ya hanya 1 pilihan dan ya gitu weh. Di rumah cenderung diatur harus gini dan harus gitu. Kalau anak lain berontak digituin, saya malah nurut terus dan ga kepikiran untuk ngelawan ataupun ngebandel. Entah kenapa, jiwa pemberontak malah ga muncul. Mungkin ada, tapi tak muncul karena "merasa ditekan".

Saking manutnya, sampai ga sadar bahwa sebenarnya ada banyak pilihan dalam hidup ini. Jadi hidupya lurusss terus. Contohnya dalam dunia persekolahan: walapun rangking ga slalu 5 besar, tapi ga pernah jeblog prestasi. Sekolahan di sekolah favorit terus (favorit di Cimahi ya cateut). Kuliahpun ga neko-neko, yang penting bisa kuliah dan yang diperkirakan yang bisa bikin masuk UMPTN (dari namanya seleksinya aja, ketauan kan generasi tahun berapa-an). Yang cukup parahnya, bahkan jaman sekolah itu saya gak ikut ekskul sama sekali. Bahkan pramuka yang paling mainstream jaman SD sekalipun engga. Maen ke luar rumah juga konsisten: hanya seminggu sekali. Karena emang dibolehinnya hanya seminggu sekali. Kebayang ga, betapa ga berkembangnya potensi seorang ekstrovert sensing feeling perceiving sanguin ini! Hahah. ya gitu lah.

Sampai akhirnya saya tiba-tiba mendarat di YPBB yang sudah dijalani selama sekitar 10 tahun ini. Singkat kata singkat cerita, ini jadi titik selanjutnya untuk makin menyadari lagi bahwa ada banyak pilihan dalam hidup. Dunia kerja tak hanya berisi PNS belaka. Bukan berarti PNS teh buruk, tapi PNS bukan menjadi satu-satunya pilihan pekerjaan dalam hidup. Melakukan apa yang kita mau dan mengikuti kata hati, bisa juga jadi pilihan hidup.

Ada titik balik selanjutnya setelah itu. Nanti weh tapi itu mah ceritanya. Yang saya pengen bahas kali ini adalah tentang: kenapa kampanye lingkungan ko kaya gini-gini aja ya?

Itu menjadi pertanyaan besar (banget) dan banyak solusi yang sudah coba ditempuh oleh banyak pihak. Tapi kalo diliat dari grafik dan data kerusakan lingkungan, kondisi alam angger weh makin ruksak. Lihat nih Kalimantan dari tahun ke tahun. Makin dugul aja kan? Padalah segala kampanye udah dilakukan (bahkan dana dari luar negeri pun banyak dikucurkan) dan biaya untuk kakampanyean itu gak kecil.


sumber foto: http://bit.ly/25UqEeO


Okelah, itu sih di dunia antar berantah yang kita tidak langsung berinteraksi (walopun dampaknya dari segala kerusakan di muka bumi itu, ujung-ujungnya akan ngaruh juga ke kita). Contoh kecil tentang betapa buruknya kualitas lingkungan di sekitar kita adalah banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan dari rumah kita. Kaya dikit sih ya, dan kaya aman, karena ada yang ngangkut. Tapi sadddarlah wahai manusya~ bahwa ujungnya etateh numpuk di suatu tempat yang nun jauh disana. Yang potensial banget bikin orang lain aja menderita. Minimal pada demo karena baunya udah ga kuat lagi. Tapi yang maksimalnya sampai ada ratusan orang meninggal ketimpa sampah yang numpuk itu. Kurang dzolim gimana lagi kita-kita ini! Untuk yang sudah lupa, baca lagi nih salah satu berita tentang tragedi sampah di tahun 2005 di sini.

Dan kenapa sampai terjadi seperti itu, karena mana ada tempat yang cukup untuk menampung sampah segitu banyaknya dan selalu bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun seperti pada salah satu contoh berikut:

gambar dari: http://bit.ly/1UnCABP

Jadi, bukti-bukti kerusakan lingkungan udah banyak. Aksi ini itu lingkungan juga udah banyak, tapi kenapa masih ginigini aja? Salah satu yang kurang adalah (selain uang dan power ya, da itu mah udah jelas. Apalagi menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang ada di balik kekacauan ini) kreatifitas dan kemampuan berpikir out of the box yang saya bahas di atas. MUNGKIN ITU!

Kreatif bukan hanya dalam arti: lucu, keren, beda, tapi emang yang juga menuju ke solusi!

Video berikut mungkin bisa jadi salah satu inspirasi pagi tentang kreatifitas dan atau berpikir out of the box untuk kampanye lingkungan. Selamat menyimak!

(ada teks bahasa Indonesianya bila dilihat di sini. Durasinya hanyalah 4 menit untuk yang di ted.com dan 5 menit untuk yang di youtube sehingga gakan nguras kuota bagi yang internet terbatas)




Udah ditongton?

Oke, selamat mendapat dan menciptakan iklim yang lebih membuat kita bisa berpikir out of the box!


1 comment:

  1. salah satu pikiran out of the box aku adalah berusaha menerapkan slogan "less is more" duh itu gampang-gampang susah. masih perlu banyaaak banget latihan untuk gak gampang mengeluarkan uang demi sebuah barang konsumtif :(

    dan makin kesini makin menyadari.. menjadi lebih itu mudah, yang susah itu menjadi cukup.

    ReplyDelete