Friday 8 June 2018

Kebersamaan dalam #7hariKonsistenZW

Untuk tetap konsisten ber #ZeroWaste tentunya banyak tantangan dong ya! Melakukan hal yang sangat berbeda dengan kebiasaan mainstream tentu tak mudah. Namun, di dalam tantangan #7hariKonsistenZW yang diadakan oleh YPBB, ditemukan banyak teman-teman yang juga ternyata sedang menantang dirinya untuk melakukan upaya lebih. Motivasinya mungkin beragam, tapi ya bebaskeun weh masalah motivasi mah.

Boleh intip-intip postingannya di instagram. Tinggal ketik ajeee #7hariKonsistenZW. Banyak yang keren-keren dan semangatnya berkobar-kobar semangatnya.

Saya juga ikutan posting walaupunnn, hanya menceritakan hal-hal kecil yang biasa dijalani (belum sampai ke tahap yang edun macem pake-menstrual-cup) dan itu ge ga sampai 7 hari dengan ada sempat dobel posting di hari ke sekian.

Di hari pertama, saya masak sayur asem. Dan rasanya kalau cerita aspek mengkompos, udah terlalu biasa. Sehingga di postingan pertama itu saya cerita tentang pentingnya mengukur porsi bahan yang akan dimasak. Masaklah seiprit, kalau hanya untuk berdua walaupunnn rasanya kaya anjang-anjangan~



Buat saya yang dari kicil tinggal di rumah yg macem asrama (alias banyak penghuninya) rasanya ga afdol kalo masak seiprit. Tapi sejak ngerasain ngekos sebentar dan juga sekarang cuma tinggal berdua, mau gamau pola itu perlu diubah. Sayang weh kalo ahirnya sisa makanan lobaaa. Nyampah dan bkin takakura eror. Tentunya ini tak seindah teori. Perlu try and error tea (errorna lumayan loba ogesih, nu penting usaha kwwkkw)

Pada postingan kedua, saya menceritakan "kehebatan"timbangan digital.


Sepanjang ada timbangan digital dan sepanjang mamangnya "terampil" mengoperasikannya dan sepanjang ga hoream bawa misting makaaaa sesungguhnya ada beberapa plastik pembungkus yg dapat kita kurangi dari awal~ Waktu itu saya mau masak cumi-cumi pedas dan belanja di pasar di mamang langganan.

Selanjutnya saya menceritakan tragedi abisnya-gas-saat-sahur. Apa hubungannya dengan upaya pengurangan sampah? Tentunya adadong. Jadi, Ketika tunduh melanda, aya wae tantangan pas nyiapin saur teh. Ujug-ujug gas abis zzzz. Padahal udah beres motong-motong sayur dan ngulek bumbuwww.


Sehingga masih setengah merem lalu ke warteg (untung cuma tinggal jalan dikit ke depan) sambil bawa tas kain, 2 misting dan 1 tumbler. Bawa tumbler soalnya biar bisa minta air anget sekalian. Bisa aja sih pake mejikom masak airnya, tapi rempong bo! Harus mindahin nasi dulu dan rada lama kan mendidihnya.

Walaupun berupaya mengurangi sampah, tapi kadang yang rada hese dibendung adalah keinginan untuk jajan.



Ini garagara kabita sama ibu-ibu yg nawarin pas ke luar kota (luar kota padahal Ngamprah hahahha). Untung ga dikemas-kemas plastik. Ngan dikaretan hungkuls (karet biasanya dikumpul dan dipake ulang sampai pegat). Seperti biasa nu dagang mah bageur, otomatis nyodorin kresek tea. "Ah teu kedah atuh ibuuuu, nganggo ieu weh", sambil saya sodorin tas kain.

Potensi masalah sampah bisa datang dari barang-barang kiriman. Di postingan selanjutnya saya cerita tentang kiriman dari tetangga yang justru tanpa sampah. Pada suatu sore, pas lagi kukumbah, ada yang ketok-ketok panto. Ternyata teteh tetangga ngirim baso tahu bikinannya sendiri.



Alhamdulillah, itu salah satu makanan favorit dan Alhamdulillahnya lagi, si teteh ga kirim pakai kemasan yang hanya sekali pakai tapi menggunakan piring.

Terakhir, saya posting tentang persiapan buka puasa bersama di YPBB. Makanan dan minumannya pada bawa dan nanti tuker-tukeran.


Supaya praktis dan rasanya puguh, ahirnya beli aja kering kentang di ibu pasar. Dia dagang macem-macem makanan jadi. Cocok buat yg males masak atau kalau masak rasanya ga keruan (urang eta hahaahha). Di si ibu bisa banget ga nyampah belinya. Asal bawa misting.

Semuanya ko tentang makanan ya? Padahal pengurangan sampah bisa dilakukan di luar sektor makan-memakan. Yuk simak postingan lainnya di #7hariKonsistenZW sebagai inspirasi untuk memulai juga konsisten melakukan upaya pengurangan sampah.





No comments:

Post a Comment