Saturday 9 August 2014

Kalau Rapuh & Mudah Retak, Gimana Mau Di-REUSE?!?

Beberapa waktu belakangan ini, dalam kurun waktu tak lebih dari 2 minggu, saya menemukan beberapa fakta yang pikasebeleun yang mungkin juga jadi penghambat aktivitas reuse (pakai ulang) bagi sebagian orang yang sudah niat.  

SATU. Rapuhnya kresek yang dipakai untuk bungkus loyang kue. Padahal tujuan dari pemakaian kresek ini, supaya pas loyang disimpan gak kena debu (karena tempat penyimpanannya terbuka). Begitu diangkat: weeeeek weh soek. Rapuh pisan kaya hati. Gimana mau direuse?



Kayanya kresek ini termasuk kresek yang katanya "ramah lingkungan" (padahal enggak). Jelasnya tentang jenis kresek oxium (yang diduga sebagai bahan kresek yang soek tersebut) sebagai inovasi yang absurd karena justru memperkecil untuk pemakaian ulang, intip di postingan Rima.

DUA. Ketika acara buka puasa bersama temen-teman kuliah ada yang meninggalkan beberapa biji korma dan keler plastic sebagai wadahnya. Karena si anil jadi panitia maka kebagian untuk ngampihan. Gatau juga punya siapa. Begitu dibawa ke rumah, kormanya dipindah dan tiba-tiba: kraaaakk weh retak. Yaelah, kirain kelernya masih bisa lah dipake ulang buat wawadahan. Kalo gampang retak kaya gitu, gimana mau direuse?



TIGA. Yang terakhir yang kacau mah. Selain kesel sama kualitas plastic yang butut, kesel juga sama desain tutup keler yang gampang ngebuka sendiri. Singkat cerita, waktu itu bawa kue buat icip-icip dan gak abis. Sisa beberapa buah. Awalnya ketika pergi dan masih penuh diberi isolasi. Aman. Pas pulang gak persiapan bawa isolasi. Dan terjadilah kue + bubuknya bertebaran di tas. 

Si keler plastic yang berbentuk apel ini juga (yang dulunya bekas beli coklat caca) retak. Mungkin karena ke-teken saat perjalanan. Kalo serapuh itu + desain tutupnya gak stabil (gampang buka), gimana mau direuse?



Oke, mungkin temen-teman ada yang bilang: ketiga barang tersebut bisa didaur ulang ko.
Eits, jangan dulu bahagia! Proses mendaur ulang tuh gak segitunya aman bagi kesehatan dan lingkungan. Intip di film yang ini deh.




Jadi pilihan yang agak mending adalah me-reuse si bahan plastic itu sebelum didaurulang atau akhirnya dibuang (plastic bukan bahan yang bisa terus-terusan didaur ulang)

Tapi kalo plastiknya yang terlanjur ada malahan rapuh dan gampang retak begini, kumaha ieuuuuu?

Kesimpulan yang didapet dari 3 fenomena ini adalah: sebisa mungkin tong kabita sama wadah-wadah yang kayanya bisa dipake ulang. Produsen sekarang banyak mengiming-imingi pembeli dengan bonus dan wadah-wadah plastik sebagai salah satu bonusnya). Teliti sebelum membeli. Bonus memang gratisan. Tapi kalau kualitasnya buruk dan akhirnya berpotensi cepet nyampah lagi, janganlah tergoda wahai kawan dengan bonus-bonus.

Ketika membeli wadah plastic yang diniatkan untuk dipakai ulang (di-reuse) pilih yang kualitasnya lebih baik sehingga beneran bisa dipakai selama mungkin. Gak selamanya yang kualitas bagus itu harus mahal. Misting saya ada yang merk standar, harganya relatif murah, gak bocor dan masih dipakai sampai sekarang.

Yuk, tetap memakai ulang segala benda selama mungkin sebelum mereka didaur ulang ataupun dibuang.  

1 comment:

  1. Jadi inget film story of stuff tentang barang murah. Selain lingkungan yg dikorbankan, isu kemanusiaan jg lho. Pekerja pabrik dituntut bekerja keras dg bayaran murah supaya bs bikin produk dg harga murah untuk memuaskan keinginan KONSUMEN.

    ReplyDelete