Targetan utama dari program tersebut adalah: jumlah sampah dari wilayah tersebut di akhir program (akhir tahun 2015) sudah berkurang. Nah, untuk tahu berkurang atau tidaknya, tentunya perlu ada data awal dan dan akhir yang jelas dari jumlah sampahnya. Tujuan lain dari pengukuran adalah sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengurangi sampah yang ada. Maka dari itu dan sehingga, tim YPBB, alias tim pendamping untuk RW 9 bersama dengan warga untuk mengukur data awal jumlah sampah di wilayah tersebut. Saya gabung juga di tim pendamping tersebut.
Ada banyak diskusi panjang di balik acara pengukuran timbulan sampah tersebut. Tapi mari kita cerita hari hore-hore yang telah dilewati kemarin sajalah :)
Warga yang diajak jadi responden berjumlah 51 KK dari itung-itungan idealnya 43 KK saja. Sisanya untuk cadangan kalau ada data yang eror.
Jadi kegiatan dimulai dengan mengangkut sampah yang sudah dipisah oleh warga dari rumahnya masing-masing. Mereka menyimpan sampah di depan rumahnya masing-masing. Sampah dibawa oleh kader menuju lokasi penimbangan. Sampah-sampah yang belum terangkut karena kadernya berhalangan, dibantu diangkut oleh tim YPBB.
Contoh sampah yang sudah dipisah dari awal oleh warga |
Sampah warga diminta dalam 4 hari - HANYA 4 HARI SAJA (2 hari kerja dan 2 hari libur) - untuk memisah sampahnya dari rumah masing-masing. Idealnya sih (menurut standar SNI) pengukuran jumlah sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut. Tapi karena keterbatasan sumber daya, wayahna weh 4 hari saja. Keresek yang berlabel telah dibagikan terlebih dahulu ke warga.
Contoh label di kresek, supaya memudahkan proses pengambilan dan penimbangan |
Dilema banget nih soal keresek zzz. Karena dalam proses pengukuran timbulan sampah ini diperlukan:
51 KK x 4 hari x 4 jenis sampah = 816 lembar kresek.
Nanti kita lanjut lagi cerita tentang nasib si kresek yang jumlahnya meratus tersebut. Kita lanjut dulu cerita di awal yah.
Setelah sampah terkumpul, lalu dilakukan proses pengecekan pada setiap kresek yang terkumpul. Cerita yang terjadi aneh-aneh. Dimulai dari ada warga yang gamau simpan sampah organisnya ("nanti bau ah") sehingga akhirnya dia hanya mengumpulkan 3 kantong keresek saja. Lalu yang bikin heran, beberapa warga banyak banget sampahnya. Curiga ada proses-proses cuci gudang. Padahal melalui proses briefing satu persatu ke warga sudah diinfokan bahwa sampah yang dikumpul dan dipisah adalah sampah yang benar-benar dibuang pada hari tersebut. Info tersebut juga diperkuat oleh selebaran yang siap ditempel di rumah masing-masing. Asumsinya, kalau anggota keluarga yang dibrief tidak atau kurang dipahami penjelasannya oleh anggota keluarga lain, ada penjelasan tertulis yang bisa dibaca oleh siapapun.
Cerita yang lebih "seru" lagi adalah saat kita menemukan penempatan sampah-sampah yang bukan pada tempatnya.
Kresek kuning adalah sampah kebun. Tapi karena di kebunnya mungkin ada kemasan AMDK, akhirnya nebeng juga di kresek kuning :) |
Di tempat non organis yang berpotensi di daur ulang pada nyampur sama kemasan warna-warni padahal di lapak manapunnn, tak ada yang terima itu barang |
Yang bikin pening lainnya adalah: di banyak sampah organis dapur dan sisa makanan, biasanya bercampur dengan plastik-plastik. Dengan bermodal sarung tangan, dipisah-pisah tuh plastik demiiii data timbulan sampah yang valid untuk perjenisnya. Gak kepoto proses misahin yang jorok-jorok begitu karena boro-boro moto heheeheh.
Dan ada juga yang nemu uang!
Maksudnya uang-uangan heheheheh. 20 rebu buat anjang-anjangan :) |
Paralel dengan proses pengecekan tersebut berjalan proses penimbangan sampah untuk setiap orang perjenis sampah dan pencatatannya. Supaya hasilnya akurat, kami "menculik" timbangan ini untuk beberapa jam saja heheh.
Seluruh aktifitas ini dikerjakan dalam waktu sekitar 2 jam. Setelah penimbangan selesai, sebenarnya sampah bisa langsung disatukan saja ke roda sampah. Tapi mengingat upaya yang telah dilakukan untuk memisahnya (baik upaya warga dan upaya para pendamping), dilakukanlah pemanfaatan sampah tersebut. Setiap sampah diperlakukan berbeda.
Sampah kebun dimasukkan ke dalam lubang sehingga akhirnya bisa terkompos. Ada upaya yang ruarrrrbiasa untuk menggali lubang ini karena tanahnya berisi barangkal. Lubang tidak ditutup dulu karena masih ada 3 hari tersisa untuk proses memasukkan sampah kebun lainnya.
Proses saat menuangkan sampah kebun ke dalam lubang |
Untuk sampah organis, sebenarnya bisa saja dibuatkan lubang, namun masih bisa dimasukkan ke dalam biodigester yang ada di kantor.
Calon penghuni biodigester YPBB! |
4 karung sampah yang potensial didaurulang |
Sampah residu alias sampah yang gak bisa diapa-apain direlakan saja dibuang ke gerobag sampah. Inilah sampah yang sebenarnya, yang akhirnya masih harus memadati TPS dan TPA.
Residu hanya yang berkresek merah. Bawahnya sudah penuh dari awal |
Begitulah aktivitas 1 ronde pengukuran timbulan sampah yang telah dilakukan hari Selasa kemarin (16 Juni 2015). Masih ada 3 ronde lagi, Mudah-mudahan proses di 3 ronde selanjutnya bisa lebih mudah.
Oh iya, balik lagi ke dongeng kresek yang jumlahnya meratus tadi!
Setengahnya kami tarik lagi yaitu sampah non organis yang potensial didaur ulang dan sampah kebun. Karena kereseknya relatif cukup bersih dan tidak terlalu sulit untuk dibersihkan. Perjuangan selanjutnya adalah mencuci dan mengeringkannya sehingga siap dipakai ulang.
Kita pada nyerah dulu deh untuk kresek merah (sampah residu) dan kresek putih (sampah organis). Basah dan beberapa udah jijay pisan. Inilah selemah-lemannya iman untuk memaksimalkan penggunaan kresek yang telah ada.
Demikian cerita untuk hari ini. Berminat untuk belajar dan mencoba beberapa aktivitas dalam pengukuran timbulan sampah? Yuk gabung hari Kamis (18 Juni 2015), Sabtu (21 Juni 2015) dan Minggu (22 Juni 2015) mulai jam 9-12.
Dapet salam ceria dari tim hore pengukuran timbulan sampah ronde 1 |
No comments:
Post a Comment