Friday, 9 March 2018

Perubahan di 2018: Mau Rajin Baca Buku!

Jadi, ceritanya mulai Februari kemarin saya memantapkan niat untuk rajin baca buku melalui media @gerakan1week1book

Jaman dulu kalau ngisi diary temen jaman SD, kalau nulis hobi adalah titik dua MEMBACA. Baca apa? Yang pasti karena dilangganin Bobo dan AWD, maka itulah bacaan rutinnya + warisan 5 sekawan berikut suka diajak ke taman bacaan dan Gramedia. Jaman udah rada gede masih sama sukanya baca fiksi. Bisa anteng berjam-jam. Bacaan lain? Koran langganan PR dan Republika. jadi suka baca juga walopun sret sret banyaknya baca judul dan antengnya koran hari minggu. Jenis yg lebih "ngelmu" apalagi yg terkait matkul: TARA alias ga pernah.

Jadi ceritanya (lagi), saya ingin mulai menggeser kebiasaan kebanyakan ngintip medsos (terutama instagram yang racun dunia ituh) dengan kebiasaan yang lebih baik dan berfaedah. Apakah perubahan sudah mulai terjadi? 

TADAAAAAA!

Jawabannya adalah BELUM SEGITUNYA. Ya tapi mayan lah~
Daripada tahun kemarin kayanya ga pernah baca buku deh hahah. 

Menyadari kondisi tersebut, pilihan buku perdana untuk setoran #oneweekonebook pun yang ringan aja dulu supaya memberikan pengalaman positif! Maksudnya yang kira-kira tamat dalam seminggu.




Walau 300an halaman tapi ternyata beres 2 hari! Tapi akibatnya BAPER booo. Karena banyak bagian yg menggambarkan suasana ketidakjelasan saat akan putus dan suasana hati sesudahnya #eaaaaHihiy! Ya gitudeh~


Di minggu kedua menjalani #oneweekonebook ini, saya mulai berkenalan dengan aplikasi @ipusnas.id. Bisa wareg baca buku secara online!

Minggu kedua ini tanpa sengaja pilih buku yang terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Jadi bisa satu kali duduk beres 1 cerpen (cocok kalo lagi riweuh sama ini itu). 



Senang bisa kenal dan mendalami cerita hidup beberapa tokoh dan setting yg berbeda dalam setiap cerpennya. Walau kadang rada bolot pas ujug-ujug udah sampai ujung cerpen dan perlu balik lagi ke bagian tertentu untuk memahami lagi pesan dari si cerpen.

Minggu ketiga dan keempat kegiatan baca ini mandeg karena eh karena (mau nulis alesannya tapi gausah lah ya)

Baru di awal minggu ke 5 ini menamatkan buku ketiga di tahun 2018 yaitu buku ini nih..




Buku yang ditulis keroyokan oleh para relawan Rumah Dunia ini bisa menggambarkan pengaruh sebuah komunitas terhadap para relawannya. Pengaruhnya bahkan sampai ke level "mengubah hidup". 

Diceritakan dalam buku ini banyak relawan yang berasal dari keluarga menengah ke bawah yang bahkan tak terbayang akan berkiprah di seputar dunia baca dan tulis. Adapun yang memiliki hasrat di bidang tersebut biasanya Adapun yang memiliki hasrat di bidang tersebut biasanya terbentur pada tidak adanya akses dan lingkungan yang mendukung.

Beberapa orang yang "beruntung" tersebut lewat jalurnya masing-masing mendapatkan kesempatan emas untuk belajar langsung bersana Gol A Gong dalam berbagai aktifitas di Rumah Dunia.

Proses belajar tersebut tentunya tak mudah. Namun dapat menempa para relawan untuk berani bermimpi dan meraih impiannya tersebut.

Buku ini menginspirasi saya bahwa perubahan itu MUNGKIN. Namun tentunya bukan keajaiban dan kebetulan yang terjadi begitu saja. Terkandung proses intens dan strategi yang tepat untuk mendukung proses tersebut. Dan kemudian perlu kemampuan bercerita atas dampak-dampak yang telah terjadi sehingga dapat menginspirasi lebih banyak orang dan membuka pintu-pintu kerjasama untuk meluaskan lagi dampaknya.

Minggu kelima ini, baca buku apa lagi ya??



Sunday, 18 February 2018

Emang Kalau Cina Kenapa?

Katanya sekarang ga boleh lagi sebut Cina tapi lebih baik Tionghoa. Buat saya sih, urusan istilah yaaa mungkin penting tapi yang lebih penting lagi memperbaiki sudut pandang dalam pikiran kita tentang hal tersebut.






Dari kecil saya disekolahkan di sekolah negeri dan lebih sering jadi golongan mayoritas. Dari aspek agama maupun suku. Minoritas? Apaan tuh? Tak terbayangkan rasanya seperti apa apa. Termasuk dulu belum musim ada sekian kursi bagi anak-anak yang "berbeda". Berbeda dalam arti ada cacat dibanding temen-temennya. Disabilitas kalau istilah yang sekarang sering digunakan. Jadi ya ga kebayang aja gimana sebaiknya memperlakukan perbedaan-perbedaan yang ada. 

Seinget saya, dulu begitu ada sesuatu yang beda aja dikit, biasanya malah suka jadi bahan bulan-bulanan dan ejekan. Dulu kayanya belum jaman juga istilah bully. Ya ledekan aja kita kenalnya. Masa guru yg pincang aja dikatain. Kalau ga suka sama satu aspek di seorang guru, harusnya bukan pincangnya dong yang dibawa-bawa. 

Nahhh, berkaitan dengan imlek-imlekan kemarin, jadi kepikir pengen nonton film dengan tema perbedaan tersebut khususnya ras yang beda yaitu Cina. 

Maka nontonlah film Cek Toko Sebelah dan Ngenest. Di film Cek Toko Sebelah muncul isu tersebut. Mulai dari anggapan mainstream bahwa anak-anak dari orang Cina perlu nerusin usaha orang tuanya sampai ketidaksetujuan orangtua kalau anaknya nikah dengan orang Melayu. Bukan ga setuju sih, tapi ya masi keuheul weh jadi tak merestui walaupun udah bertahun-tahun menikah. Sedikit catatan, saya sedikit terganggu dengan beberapa bodoran di film ini yang rada garing. Sisanya ya enjoy ajeee! Namanya juga hiburan.

Nah tapi ga semua orang Cina begitu sih. Beberapa tahun ini mengenal temen-temen yg Cina malah gada yg nerusin usaha orangtuanya hehee. Mungkin temen-temenku ini emang pencilan kanan dan kiri dan lebih memilih jadi "aktivis" dan mencoba memaknai hidup. Atau ada juga yang orangtuanya bukan berprofesi sebagai pedagang. Makanya masih penasaran pengen nonton film lainnya. 

Maka di film yang satunya yaitu Ngenest, rupanya pesannya lebih kuat. Trauma karena sering jadi bahan bully-an temen-temennya sampai-sampai bikin niat pisan pengen punya anak yang lebih blotot. Kenapa? Biar ga jadi sasaran bully temen-temennya kelak. Mulia sih cita-citanya tapi ironis. Karena justru menggambarkan bahwa masih ada tuh proses gencet-gencetan di dunia nyata. Film biasanya diangkat dari kehidupan nyata kan? Saya aja baru nyadar bahwa perbedaan itu tak masalah dan orang yang berbeda itu tetap bisa hidup normal berdampingan, baru pas masa kuliah. Kamana wae nilll? 

Dan makin merasa bahwa berbagai stereotipe itu justru bikin masalah setelah ahirnya mulai berkegiatan bersama dan temenan dengan segala lintas. Mulai dari lintas agama, lintas kudu dan ras, bahkan lintas pemahaman dan gaya hidup. Termasuk berteman dengan beberapa orang yang ber-ras Cina.

Semua perlu disikapi biasa ajasehhhhh. Biar damai, carilah hal-hal yang seru buat dilakukan bersama. Hal-hal lain yang beda, bisa dianggap bumbu atau biarlah jadi urusan masing-masing. Hal ini bukan hanya berlaku untuk orang-orang yg jelas-jelas kelihatan berbeda sama kita. Tapi dalam lingkup yang homogen pun, kayanya cara pandang ini cukup seru untuk diterapkan. Biar apa? Ya biar produktif, hidup bermanfaat, seru dan damai weh~

Sunday, 11 February 2018

Donor Darah Yuk!

Betapa nikmatnya sehat! Tapi seringkali kita ga sadar akan itu.

Kita? Elu kaleeee~

Ketika badan sedang sehat, kadang kita lupa bersyukur atas nikmat tersebut. Sehat baru kerasa nikmatnya (biasanya) setelah dihantem sakit dulu. Mudah-mudahan kita selalu bisa mensyukuri nikmat sehat ini. Mensyukuri tentunya teu cekap ku amin, tapi yang terpenting memanfaatkan waktu sehat kita buat kegiatan produktif. Syukur-syukur bisa bermanfaat buat orang lain.

Salah satu kegiatan alternatif saat badan lagi dalam kondisi prima adalah donor darah. Syarat bisa jadi pendonor tentunya badan ga boleh dalam keadaan sakit. Berat badan, tekanan darah dan hb semuanya ada di rentang normal. Kalau lolos semua tes tersebut, 1 labu darah bisa disedot dari tubuh kita dan akan disalurkan pada yang membutuhkan.

Siapa tau darah kita ternyata bisa menolong korban kecelakaan atau orang-orang yang sangat membutuhkannya kan?

Saya jaman kuliah dulu tak asing dengan kegiatan donor darah karena bersahabat dengan Wida yang mengikuti ekskul KDD. Tapi lempeng weh ga pengen ikutan donor darah. Juga ketika mulai aktif di YPBB berteman dengan Ardi, relawan yang juga dulunya aktif di KDD. Tapi tetep juga lempeng.

Sampai pada suatu hari (di tahun lalu, 2017) di grup  Darma Wanita kantor Akang diposting akan ada kegiatan donor darah. Udah males banyangin "ini itu" kalo berkegiatan Darma Wanita. Tapi kegiatan kali ini sungguh terasa bermanfaat. Tapi niat tersebut ternyata belum terwujud. Pas hari H-nya ujug-ujug ga sehat. Ya mau ngapain kalo ga sehat, nanti cuma kebagian arisannya doang tanpa bisa donor darah.

Akhirnya cuma mantau grup menyaksikan keseruan kegiatan hari itu. Dari sekian orang yang ikut, hanya 3 orang yang lolos untuk donor darah. WUHU, makin tertantang untuk: besok-besok aku harus donor! Can pernah seumur hidup! Dan dari kegiatan darma wanita tersebut sampai ke realisasi rencana, ternyata lama lagi. Berjarak beberapa bulan. Oh sungguh hidup yang loba kahayang dan wacana.

Kegiatan dimulai dengan daftar dan nanya-nanya dulu ke petugas.

Informasi dan dan Pendaftaran PMI Kota Bandung

Lalu isi kuesioner. Pakai komputer di bilik-bilik. Lalu hasilnya diprint dan diberi kartu dan nomer antri.

Bentuk bilik beserta petugas yang siap membantu bila ada calon pendonor yang bertanya

Jamannya apa-apa pakai touchscreen

Lalu diperiksa dokter terkait tekanan darah dan berat badan. Pemeriksaan berada di ruang periksa. Ada 2 atau 3 kamar, jadi ngatrinya ga kelamaan. Dilanjut duduk cantik lagi untuk dipanggil periksa Hb dan golongan darah.


Sambil nunggu lalu sambil ngobrol. Angger dimana-mana teh ngobrol wae. Ngobrol sama bapak-bapak yang udah rutin untuk donor. Ngaler-ngidul sampai si bapak masuk ruang donor. Sejujurnya khawatir juga takut ga lolos syarat mendonor karena denger cerita beberapa temen,katanya suka ga lolos. Ditambah pernah kena darah tinggi sampai 140 pas lagi stres. Sampai akhirnya ternyata dipanggil masuk ke ruang donor. CIHUY LOLOS!

Dan rupanya sensasi donor darah tuh kaya gini ya. Nya kituweh~ Ditusuk dulu trus dimasukin selangnya dan lalu dipompa supaya darahnya kesedot. Dan banyak juga hasilnya! Ga moto karena dicarek gerak-gerak wae heheh.

Layar kontrol (berapa menit lagi proses berlangsung dll)

Lemes ga sesudah donor? Engga. Tapi walopun ga lemes, udah tersaji 1 paket makanan dan minuman supaya badan tetap bugar sesudah donor. Makanan bergizi, mulai dari bubur kacang, roti, telor dan susu. Tinggal kurang buahnya (ngelunjak kwkwkw). Oiya, ada kue mari juga di keler-keler dan tak lupa ditambah obat penambah darah.

Nyam~

Suasana tempat istirahat sambil makan-makan konsumsi yang tersaji dari dapur~

Begitulah dongeng berbagi yang bisa dilakukan saat badan dalam keadaan fit. Yuk bareng-bareng donor secara rutin!


Monday, 29 January 2018

Cemilan dan Puasa Medsos

Sekilas cemilan ini mirip parab ucing 🐱. Tapi yang ini parab manusia yg enak dicemil sambil nongton~





Kue bawang bikinan sendiriii. Bahannya sederhana dan tinggal ngikutin resep dari sini . Ikuti sampai sedetil "sekian sendok teh garem" dll, niscaya ga akan gagal. Dulu soalnya pernah bikin kue bawang, entah pake resep yang mana dan gagal. Bayangkan, nu kitu wae gagal. Payah pisan sianil.

Jadi milih resep pun perlu yg cukup detil terutama buat orang sejenis saya yang cuma mengenal rasa makanan tuh enak atau enak banget! Besok-besok kalau udah makin jago boleh kali ya improv-improv resep. Sejauh ini masih nyaman bolakbalik liat petunjuk dari resep.


Bikin cemilan sendiri ternyata bisa jadi kegiatan yang positif dan "mengalihkan" perhatian kita daripada mantengin timeline medsosan terus-menerus atau kepo akun hartes apalagi akun hosip. Mengapa demikian? 




Bikin peyek kacang ijo kaya gitu pun bisa abis waktu 3 jam 🐰🐰 .

Selain bikin cemilan, bisa juga kita ciptakan aktivitas di dunia nyata lainnya yang bisa bikin konsentrasi dalam jangka waktu yang relatif panjang sehingga kita cenderung anteng sehingga ga segitunya pengen bolak-balik buka hp.

Beberapa hari yg lalu ada member yang nulis artikel tentang puasa instagram di @1minggu1cerita . Yang pada intinya, dia sudah merasa dalam tahap kuharus-berhenti-instagram. Alasannya kurleb biar lebih fokus dan waktunya bisa dipakai untuk melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Pilihan tersebut pernah saya lihat juga pada beberapa akun instagram. Dan beberapa balik lagi nginstagram. Bisa pakai akun yang sama maupun bikin akun baru.

Kalau buat saya sih, daripada maen puasa-puasa-an, lebih baik kita bikin atau lakukan aktivitas di dunia nyata. Atau coba metode pengaturan waktu macem pomodoro (saya ketuker mulu sama podomoro haha). .

Kadang, menenggelamkan diri dalam kesia-sia-an instagram gpp juga kayanya. Kita bisa dapetin hal menarik dan tak terduga. Diasikin aja asal ga setiap waktu~

Punya pengalaman seru terkait bikin cemilan, atau aktifitas alternatif lainnya dibanding puasa instagram? 

Sunday, 21 January 2018

Pagi, Kucing dan Bubur

Suatu pagi pukul 6:00,

SATU





2 ucing (budug) ini sarapan pindang dengan segutnya. Kebahagiaan mereka ternyata menjadi kebahagiaan seorang bapak pensiunan yang rajin olahraga di alun-alun Ujungberung.

Si bapak rutin marab ucing di lapang tersebut saat berolahraga. "Istri saya suka marah kalau pelihara kucing di rumah", begitu ujarnya. Dan menurutnya, memberi makan kucing itu seperti panggilan jiwa. Ada rasa bahagia di dalamnya.

Selain berolahraga dan kumpul dengan teman-teman sesama aki-aki tiap pagi, mengasihi kucing menambah kebahagiaan warga Bandung timur ini.



DUA




  • Teteh SPG: Mang, buburnya komplit ya. Mau coba minuman baru ini?
  • Tukang bubur: Mangga, disambelan teu neng?
  • Teteh SPG: Iya mang. Tapi ada kursi ga?
  • Tukang bubur: Duduk aja atuh di bangku. Gamau duduk di situ?
  • Teteh SPG: Pake kursi atuh mang, saya ga boleh keliatan makan. Kan lagi kerja. 
  • Tukang bubur: Mang, cik nambut korsi. Karunya ieu si eteh. Sina bari rada nyumput weh di jero daharna. 


Dan pagi itu hati terasa hangat. 

Wednesday, 10 January 2018

Berteman dengan Stres

Berteman dengan stres? Kaya gada temen lagi deh~
Tapi selain teman yang biasa ditemui, kita sehari-hari biasanya akan menjumpai stres. Sehingga mau tak mau kita perlu memahami stres.




Memahami dengan cara mulai mengenalnya sehingga bisa memposisikan stres dengan tepat. Bila kita sudah berteman dengan stres, bisa jadi kita bukan merugi tapi justru mendapatkan keberuntungan.

Wah, emang bisa?!? Jadi gini, menurut Kelly McGonigal   mengubah cara berpikir kita tentang stres membuat kita Anda dapat mengubah reaksi tubuh terhadap stres. Mengapa bisa begitu? Saat stres biasanya kita deg-deg-an dan bernafas lebih cepet kan? Deg-deg-an artinya tubuh mempersiapkan kita untuk beraksi sedangkan bernafas lebih cepat akan mengirim lebih banyak oksigen ke otak.

Bila kita memahami peran adegan-adegan reaksi tubuh tersebut, kita bisa memahami bahwa bahwa saat itu tubuh sedang bekerja keras untuk memberi kita kekuatan dan energi menghadapi tantangan.

Dan ini satu fakta yang menarik lagi tentang stres: stres ternyata bisa mengantarkan kita untuk lebih dekat dan berelasi dengan orang lain. Pernah ngalamin kondisi stres dan pengen dikelilingi teman/orang yang peduli pada kita kan? Itu memang reaksi alamiah tubuh. Tingkat stres pun akan berkurang drastis saat kita memanfaatkan waktu untuk membantu orang lain atau mendukung suatu gerakan. KEPEDULIAN itu kata kuncinya.

Etapi kita gausah minta banyak-banyak stres dalam hidup mentang-mentang udah mulai mengenalnya 👻👻. Tapi dengan 2 hasil penelitian tersebut, semoga kita bisa makin berteman akrab dengan stres menuju bahagia 😉😉

Lebih detilnya, mentemen bisa simak video tednya di bit.ly/bertemanStres




*pas udah diposting baru nyadar bahwa foto yang dipilih ko horor amet*

Saturday, 6 January 2018

Baru ke Museum Lagi!

Di tahun 2017 kemarin asalnya mau ikutan proyek #1bulan1museum. Lalu di akhir tahun dengan semangatnya pergi ke salah satu museum di Jakarta. Itupun ga sengaja. Sedang ada kegiatan fasilitasi dan di jalan yang sama ada museum. Menyelinap pas jam istirahat maksi dan di sananya juga rusuh, jeprat-jepret foto sana-sini karena untuk kepentingan liputan. Pas sampai lokasi pelatihan dan intip foto-fotonya ternyata WAKWAWWWW abu-abu semua. Ternyata memori abis boooo~ Udah, gagal bikin liputan dan sampai bulan Desember gak pernah ke museum lagi.

Bulan Desember kemarin akhirnya menyempatkan diri ameng ke museum. Dalam 1 siang bahkan 2 tempat sekalian. Ahahaha, mumpung ada kesempatan langsung ke 2 tempat kekinian yang orang-orang banyak foto di instagram yaitu Bandung Planning Gallery dan Museum Gedung Sate. Biar apa ke museum? Ya biar ameng weh ka kota dan penasaran aja macem apa tempatnya.

Info lebih lanjut tentang kedua tempat itu, kepoin aja langsung instagramnya dan di postingan kali ini tak banyak foto yang disertakan karena di acara ulin kemarin ga banyak foto-foto dan menikmati suasana aja.

Bandung Planning Gallery

Salah satu tempat foto yang instagramable di Bandung Planning adalah di tempat ini!

Bu Atalia aja sampai ada sesi foto kheuseus di area ini (Instagram @ataliapr)


Sebuah kubah yang setiap orang boleh nulis harapannya terhadap Bandung dengan media post it. Post it mah merk ketang. Nama generiknya apa ya? Selembar kertas yang di bagian belakangnya ada lem segaris sehingga mudah ditempel, dilepas dan dipindah-pindah.

Mengapa perlu bisa dipindah-pindah? Karena biasanya kertas-kertas tersebut memerlukan pengolahan lebih lanjut. Apakah segala harapan yang ditempel oleh pengunjung museum itu akan diolah lebih lanjut? Tanya aja sama pengelolanya 😉

Terkait post-it. Saya dulu kenalnya metaplan. Selembar kertas bekas (biasanya udah dipakai 1 sisinya) yang dipotong-potong. Biar apa? Biar ga ngambil kertas baru banget. Lalu ditempel pakai isolasi kertas biar bisa dipindah-pindah. Pada fasilitasi yang lebih "mewah" metaplannya terbuat dr karton berwarna. Pada era fasilitasi sebelumnya (berdasarkan dongeng) juga digunakan lem khusus yang disemprotkan pada kain sehingga kita bisa nulis-nulis di metaplan dan lalu langsung tempel di kain.

Kamu biasanya pake metaplan model apa? Dan mengapa?


Museum Gedung Sate

Gimana kesannya setelah mengunjungi Museum Gedung Sate? Yang langsung keinget tuh, adem karena ber-AC dan ada beberapa wahana yang interaktif. Etapi masih lebih banyak interaksi di Bandung Gallery Planning. Di sana layarnya kebanyakan touchscreen. Pas ke museum Gedung Sate, tiap ketemu layar, bawaannya langsung coba pencet-pencet, dikirain layarnya pada touchscreen juga 👻👻 .

Tempat yang sepertinya buat spot foto-foto (foto koleksi pribadi) 


2 tempat yang saya sebut barusan adalah contoh museum kekinian yang nyaman untuk dikunjungi. Tapi kenapa ya, walaupun udah didesain kekinian, rasanya tetep pengen aja didongengin sama pemandu. Kalo kaya di Museum Asia Afrika, kan emang ada pegawai khusus yang peranannya memandu pengunjung. Kamu ngerasain hal yang sama ga?