Yang paling sering disebut-sebut adalah terkait peraturan pemerintah. Kalau sampai ke bagian itu, biasanya kata-kata yang muncul adalah: sulitnya penegakan aturan. Sebenarnya undang-undang terkait persampahan sudah bagus (kalau yang penasaran bisa digoogling UU no 18 tahun 2008). Yang masih belum bener-bener beres adalah penjabarannya menjadi peraturan yang lebih detil dan juga bagaimana itu bisa derrrrr dijalankan di dalam keseharian di seluruh daerah di Indonesia. Maka hal-hal tersebutlah yang sedang terus diperjuangkan.
Hal lain yang sering disebut-sebut juga adalah: karena memang sumber sampah itu memang diproduksi terus-menerus. "Makanya tutup aja pabrik-pabrik plasik dan makanan berkemasan", itu salah satu ungkapan yang beberapa kali saya dengar. Apakah sesederhana itu? Nyatanya pelik juga masalahnya dan tak sesederhana menutup pabrik. (walaupun, penutupan pabrik bisya wae sih dilakukan hehehe)
Ditambah dengan masih sedikitnya (atau kurang pengetahuan kita) akan tempat-tempat yang bisa menjadi solusi dari masalah persampahan. Itu yang sedang coba dipetakan secara partisipatif dalam bebassampah.id
Yatapikak, gakan ada selesainya kalau terus-menerus membicarakan faktor tantangan perubahan gaya hidup. Kabar gembiranya adalah: kita sebagai manusia diberikan kemampuan untuk berpikir dan memilih! Dalam kondisi seburuk apapun, kita bisa memilih untuk mengurangi sampah dari awal.
1 paket bekal saat #piknikImpulsip |
Gambar di atas adalah salah satu contoh "keriweuhan" perubahan gaya hidup untuk pengurangan sampah tersebut. Perlu waktu untuk balanjanya, perlu waktu untuk masaknya, perlu skil untuk masaknya, perlu peralatan masak yang memadai, perlu perabot penunjang (misting, tas kain, tumbler), dan nu paling penting adalah perlu KADAEK. Riweuh, tapi saya sadar betul bahwa itu perlu dilakukan. Tah yang paling mahal mah si KADAEK! Tapi itulah energi terbesar yang bisa menggerakkan kita-kita dari tingkatan individu maupun untuk menghadang tantangan lain yang lebih besar yang saya sebut di awal.
Yuk, kurangi sampah dari awal dengan tekad dan niat yang konsisten untuk melakukannya.
Waha... bener Teh Anil, intinya Kadaek ya :) ... kadang saya juga masih susah untuk merepotkan diri... pengennya instan... tapi ya jadi belajar untuk punya niat dan dilaksanakan. Wah itu paket bekelnya bisa cukup berapa orang ? :) saya mau kalo diajak piknik...
ReplyDeletewww.galihmulya.blogspot.com
Mari atuh kitaaaaa....
DeleteKalau gak dimulai dengan "maksain diri" moal kajadian-kajadian :)
Paket bekel mah biasanya dibawa dalam jumlah berlebih hehehe.
Hayu kapan-kapan piknik bareeeng!
(Padahal siaku da yang pengen diajak piknik sama galih-yang-di-instagramnya-ka-luar-negri-wae)
kadaek ulu masih naik turun, teh anil. belon konsisten euy....
ReplyDeleteMari dikeureuyeh!
DeleteKadaek mah udah ada, tp sering kalah ku kariweuh Mba Niil xi xi, seperti membawa tas sendiri saat belanja, masih aja sering lupa alasannya pergi dari rumah cepet cepet, tp tobat deh kalo ke pasar mah udah wajib bawa kantong sendiri teh, soalnya plastik yg ke bawa pulang... Bikin satress Mba Niil
ReplyDeleteMari babarengan dikonsistenkan ibuuuu :)
Delete