Thursday 29 June 2017

Menepi dan Ambillah Jeda

Di kala perasaan makin tak nyaman, macam-macam reaksi orang. Ada yang tau-tau ngamuk, protes dengan cara keras ataupun halus. Bisa juga bereaksi dalam bentuk jenis tindakan lainnya yang pada intinya menyatakan bahwa "saya tidak nyaman dan tak setuju akan hal itu".

Ada juga yang kemudian diam. Diam pun macam-macam. Ada yang diam tapi di baliknya menyimpan energi buat melampiaskan ketidaksukaannya terhadap sesuatu, bisa dengan mengeluhkan kondisi ketidaknyamanan tersebut pada orang terdekat, mencurahkannya dalam tulisan fiksi atau karya seni lainnya. Reaksi lainnya, bisa juga diam tapi diam-diam mengajak orang lain untuk mendukung pendapat dirinya dan akhirnya memperkuat kondisi ketidaknyamanan tersebut.

Diam yang lain bisa juga berarti "tak nyaman tapi tak peduli". Setelah tidak nyaman, ya sudah tetap dijalani. Bisa karena orangnya pasrahan, gamau ribut, atau memang dia tak punya pilihan lain lagi. Akhirnya memilih untuk diam di tempat karena tak bisa keluar dari kondisi tersebut. Atau bahkan tak tau bahwa dia sebenarnya bisa atau boleh memillih untuk keluar dari kondisi yang tidak nyaman.

Ada lagi orang yang tipenya justru penasaran ingin mengubah kondisi ketidaknyamanan tersebut melalui pengaruh yang dimilikinya. Bisa oleh perkataan, tindakan atau kekuasaannya. Tentunya ini salah satu tindakan yang asyik dan solutif. Ketidaknyamanan justru jadi tantangan yang seru buatnya!

Masih banyak lagi tingkah polah orang-orang saat menghadapi kondisi yang tak nyaman buatnya. Sangat tergantung dari tingkat keparahan ketidaknyamanannya, juga tergantung kondisi mental dan fisik orang tersebut pada saat serangan ketidaknyamanan melanda. Dan sedikit banyak dipengaruhi oleh latar belakangnya. Pendidikan formal, informal dan pengalaman semasa hidupnya tentunya sangat berpengaruh.

Namun, ada satu pilihan lagi sebelum akhirnya mengambil tindakan akan ketidaknyamanan yang mulai dirasakan yaitu: menepi dan ambillah jeda.

Foto dari: bit.ly/menepi



Kamu biasanya melakukan jeda dengan cara apa?

Sunday 11 June 2017

Hanya untuk Kepantasan

Sehari sebelum mulai puasa, saya belanja ke sebuah supermarket. Hanya 2 item sesuai dengan kebutuhan. Makanya gausah nenteng keranjang. Saya dan suami seringkali beli ini itu di toko tsb. selain dekat, juga sekalian jalan-jalan.

Yang berbeda dari biasanya, antrian malam itu super panjang. sampai ke lorong-lorong. Nah karena panjang, ya bosen nunggu, ya gatau mau ngapain. Kalo gasalah, malam itu saya ga bawa hape. Mati gayalah. Tapi justru jadi nemu hal yang "menarik".





Pas antri, akhirnya terjadi pembicaraan sama seorang ibu-ibu yg antri depan saya. bla bla bla dan ujungnya dia tanya saya: "Kok belanjanya hanya 2 barang?" Ya saya jawab, memang butuhnya hanya ini aja. Pas saya amati lebih detil lagi, malam itu memang yang belanja banyaaakkk, isicbelanjaannya juga banyak. Makanya, orang semodel saya yang hanya nenteng 2 item barang, jadi terlihat seperti alien.

Si ibu ngerasa watir apa gimana ya, sampe nanya kaya gitu.

Pas pulang, saya cerita sama suami tentang obrolan sama si ibu itu. Saya nanya kan: "Emang aku segitu mengkhawatirkannya ya, beli barang 2 biji dan sampai ditanya sama si ibu?"  Dan swami menjawab dengan enteng: "Emang iya."

Hahaha, lalu saya makin merasa seperti alien. Ya abis gimana, kalo butuhnya 2 biji yamasa perlu beli banyak-banyak hanya untuk kepantasan depan orang lain.