Friday 25 March 2016

Aceh dalam Kenangan :)

Tadi siang, dapet kabar dari Fara dan Rahyang bahwa mereka ketemu di Aceh!


Fara dan Rahyang (foto koleksi: Rahyang Nusantara) 

Rahyangnya dulu sempat kerja bareng 1 tim di YPBB dan Faranya adalah alumni program BLP Aceh. Bridging Leadership Program. YPBB (dan saya salah satu fasilitatornya) sempat ikut terlibat di program tersebut di rentang tahun 2007-2011.

Begitu dapet kabar tersebut, ingatan saya langsung melayang ke berbagai hal terkait Aceh! (mie dan kopi sanger salah dua hal yang saya ingat cepats heehhe)

Malem ini, mau flashback dikit tentang Aceh-acehan ah :) Ini beneran mengandalkan ingatan dan hasil bongkar-bongkar dokumen kegiatan. Dulu belum musim hape kamera kaya sekarang soalnya.

2006:
Kali pertama naik pesawat!
Bukan untuk program BLP sih, tapi kalau gak salah jadi notulen untuk kegiatan Kail. Yang diinget, ada pelatihan di rumah kayu dan sesi prakteknya (team building) berlokasi di pantai. Pantai yang dulu kehantem tsunami.

Lalu ada kesempatan selanjutnya untuk jadi tim fasilitator program BLP! Lokasi pelatihannya jauuuuhh dari kota yaitu di Takengon. Ga nemu foto-fotonya. Tapi itu tempat yang indah pisannnnn. Begitu bangun, bisa lihat danau! Di perjalanan, saya pertama kalinya lihat gajah yang ada di alam terbuka, tanpa dikandangin dan hutannya hutan yang masih asli!

Saat itu masih banyak mobil-mobil asing di area Aceh karena masih dalam masa perbaikan setelah porak-poranda tsunami.

2008:
BLP tidak ada tahun 2007. Tapi lalu BLP dilanjut lagi tahun 2008. Saat itu kepanitian dibantu oleh beberapa alumni angkatan satu. Lokasinya tetap tidak di Banda Aceh. Kali ini di Jantho.

Lihat nih kerennya pemandangan dari balik lokasi pelatihan di kala ituuu.


Pemandangan dari Bapelkes Jantho

Kondisi alam di Aceh ini masih banyak yang kereeeeeen dan alami. Saya lupa tepatnya dimana, tapi ada daerah yang selokan dan sungainya masih jernihhhh. Harap maklumi kekatroan saya dan teman-teman kala melihat kondisi yang masih alami ini. Secara, di Jawa udah mulai jarang ada sungai yang jernih. Kalaupun ada, perlu nyusruk-nyusruk jalannya.

Saat itu, fasilitator dari YPBB masih bertiga: saya, David dan Dedi. Selain berkegiatan di kelas, beberapa bagian dari pelatihan juga diadakan di luar seperti di lapangan dan juga spot-spot nongkrong. Pamer beberapa foto dulu nih ya. Seneng banget rasanya pas bongkar-bongkar arsip foto BLP!

Simulasi Kesejahteraan

Kerja kelompok sambil ngademmm

Keseruan sebagian peserta BLP 2


2009:
Melalui program BLP tersebut, mulai tahun 2008 saya minimal setahun sekali ke Aceh!
Gak nemu dimana foto-foto ketika angkatan tiga ini pelatihan. Tapi ada foto bareng angkatan mereka.

Angkatan 3 BLP versi resmi

2010-2011:
Kembali lagi ke Aceh! Tapi tahun 2011 ternyata menjadi tahun terakhir saya ke Aceh untuk BLP! Sedih :(
Tapi cukup bahagia karena selama beberapa tahun bolak-balik ke Aceh dapet banyak pengalaman dan juga teman baru. Dan mudah-mudahan rangkaian pelatihan ini menjadi salah satu peristiwa penting dalam hidup teman-teman BLP juga. Tim YPBB pun bertambah, mulai tahun 2010 ada Rima dan Piki.

Formasi terakhir tim fasilitator BLP - YPBB, kala itu kita pakai pin kenang-kenangan dari peserta!

Pelatihan 4 ini ada 2 gelombang. Gelombang 1 diadakan di Mata Ie dan gelombang 2-nya diadakan di kantor BLP. Ada bang Yeye sebagai staf Aceh di angkatan 3 dan di angkatan 4 ada bang Dayat. Selain itu ada TOT juga untuk para alumni yang mulai belajar fasilitasi di acara pelatihan angkatan 4.

Ini rumah tempat pelatihan angkatan 4! 

Warna rumah di aceh cenderung gonjreng-gonjeng. Dan rumah kayu sebagai rumah yang lebih berkelanjutan, ternyata makin lama makin berkurang.

Salah satu rumah Aceh yang ditemui saat kunjungan lapangan


Angkatan 4 yang seru!

Selain kegiatan di Aceh, ada juga kegiatan magang di pulau Jawa bagi beberapa orang peserta dan YPBB sempat menjadi salah satu organisasi tujuan magang. Selain mengenal aktivitas di lembaga tujuan, para peserta pun belajar tentang pola hidup yang baru. Itu semua menjadi pengalaman baru buat mereka.

Di angkatan 4 BLP, pasca magang mereka berpelatihan di Bandung. Sharing pengalaman dan beberapa aktivitas layaknya pelatihan. Saya dan Rima waktu itu menengok mereka dan ngajak mereka melihat kota Bandung sejenak. 

Hmmm, ada banyak kenangan berseliweran di kepala saat melihat kumpulan foto kegiatan BLP Aceh di rentang 2007-2011. Dan sebenernya banyaaaaakk banget yang saya pengen ceritain. Ini bagai menyusul puzzle ingatan dari banyak peristiwa di masa itu. 

Dan akhirnya semua menjadi kenangan indah. Sampai ketemu lagi Aceh dan teman-teman BLP :)
Biar bagaimanapun, Aceh lebih berpeluang untuk berkelanjutan dibanding pulau Jawa yang alamnya sudah hancur lebur ini!

*seluruh foto dari arsip YPBB - BLP








Follow @1mg1cerita

Wednesday 16 March 2016

Kimchi + Kimjan

Edisi cerita minggu ini berbau Korean ah. Bukan karena kemarin-kemarin banyak nonton film Korea sih, tapi karena di hari minggu kemarin, saya ikutan kegiatan ini niiiih


Poster: Kuncup Padang Ilalang

Membuat fermentasi rumahan ini sebenernya adalah tantangan yang sudah dari lama ingin saya jawab. Walaupun di Indonesia kita gak mengalami musim dingin sehingga harus nyetok makanan (sayur atau buah) fermentasi, tapi kondisinya adalah ada kalanya kita punya stok sayur atau buah berlimpah. Daripada sayur atau buah tersebut jadi food waste, mending diawetin sehingga gak terbuang. Dikulkasin bisa tentunya. Dan fermentasi adalah salah satu alternatif pengawetan lainnya. 

Jaman kuliah (sebagai anak biologi tea lah ya, maenya weh) saya sempat dapet mata kuliah yang didalamnya belajar tentang fermentasi-fermentasian. Tapi kayanya banyakan teori dan prinsip yang lupa daripada yang inget. Yang samar-samar diinget adalah dulu sering praktikum bikin ini itu yang ujungnya bisa dimakan. Bagean makan-makan aja inget wkwkwk. Jadi emang perlu belajar lagi biar semangat dan derrrrr dicoba dijalankan dalam keseharian.

Berbekal keler kaca, lap kain bersih, karet gelang dan uang 25ribu sajah, akhirnya berangkatlah saya ke Rumah Kail untuk belajar lagi tentang proses fermentasi. 25 ribu sih tanpa biaya untuk pematerinya. Justru biar bisa dapet konsumsi sehat (jagung rebus dan teman-temannya) saat berkegiatan dan pulang bisa bawa hasil olahan kimchi dan juga kombucha (tentang kombucha saya ceritain kapan-kapan ya).

Mari kita kimjan! Kimjan adalah istilah yang dipakai untuk aktivitas bikin kimchi rame-rame. Nama boleh ke-korea-korean, tapi sayurnya pasti bisa didapat di pasar lokal seperti sawi putih, wortel dan timun. Bumbu-bumbunya ada yang hanya ada di Korea jadi perlu dibeli di supermarket khusus, tapi bisa diganti sama yang lokal-lokal, contohnya bubuk cabe. Sisanya bisa banget dari bahan-bahan lokal. Resep lengkapnya bisa diintip aja di blog resep-resep ternama seperti disini.


Ini pas penjelasan awal dari Dhila


Dan saya baru tahu bahwa kimchi ternyata adalah salah satu dari 5 makanan tersehat di dunia! Wah hebaaattttt! Orang Korea katanya sehat-sehat karena biasa makan yang mentah-mentah dan juga aneka fermentasi rumahan. Ini berguna untuk daya tahan tubuh dan bikin mereka ga gampang sakit. Kenapa? Karena dari proses fermentasi tersebut akhirnya makin bertambah banyaklah bakteri-bakteri baik di dalam kimchi dan bakteri-bakteri tersebut baik untuk tubuh. Jadi, catatan penting "mengapa kita perlu makan makanan terfermentasi" selain untuk mengurangi potensi food waste, juga untuk memperbanyak pasukan bakteri yang baik untuk tubuh.

Tahap-tahap pembuatan kimchi hanya 2 saja. Setelahnya, kimchi siap disantap setelah 2 hari disimpan di wadah yang tertutup.


Foto: Jessisca Fam


Foto: Jessisca Fam

Acar adalah makanan yang gak terlalu saya minati. Kalau pesen nasi goreng dan kawan-kawannya di tempat makan, biasanya saya pesan tanpa acar. Dengan aneka pengetahuan baru saat membuat kimchi ini, paling tidak menambah semangat saya untuk mencoba menikmati enaknya acar-acaran seperti kimchi. Apalagi kimchi bukan dibuat dari cuka pabrikan, jelas lebih sehat.

Tapi rupanya lidah ini belum sepenuhnya familiar dengan kimchi. Jadi saya mencoba memasak kimchi menjadi makanan olahan. Resep yang keren-keren dari kimchi silakan digoogling sendiri lah. Misalnya seperti resep sup kimchi ini. Kemarenan, saya akhirnya masak kimchi pakai bahan seadanya di kosan dan sabisa-bisa aja da tanpa resep yang jelas. Hasilnya enakkkkk! Jadi selain sehat, si kimchi ini ternyata bikin rasa seger yang khas bagi makanan olahannya.


Nasi Goreng Kimchi

 

Bihun Kuah Kimchi

Mie Kuah Kimchi


Begitulah hasil petualangan berkimchi ria bersama teman-teman di rumah Kail :)


Friday 4 March 2016

Beli Cemilan #ZeroWaste Yuk!

Ketika ada di daerah asing dan belum sempat orientasi medan, salah satu masalah adalah: kita akan potensial nyampah pas bela-beli makanan/minuman.

Hal ini kejadian saat saya mau pulang dari Jogja. Saat itu, saya akan membeli makanan bekal karena akan melewati waktu sarapan di kereta saat perjalanan menuju Bandung. Daripada di kereta bela-beli makanan, mending nyari makanan di tempat yang lebih variatif pilihannya.  Jadi visinya adalah: mencari makanan yang minimal bisa buat ganjel-ganjel tapi ga nyampah.

Saya mulai menjalankan misi dengan mendeteksi potensi penjual makanan terdekat dari tempat nginep. Di depan tempat nginep ada toko roti, tapi ternyata sudah tutup. Akhirnya ketemu satu supermarket!

Pada dasarnya saya jarang bela-beli makanan jadi di supermarket kecuali yang keringan dan tahan lama. Rada tutup mata aja dululah dengan potensi sampahnya karena beberapa barang memang masih rada sulit cari alternatifnya walaupun dibeli di pasar tradisional.

Dengan kebutuhan cari "sarapan" mulailah mata menjelajah cari makanan yang tak bersampah. Salah satu pilihan adalah BUAH. Kepikirnya kaya apel dan sejenisnya. Tapi dipikir-pikir lagi, kan gada pisau-pisau-an. Atau bisa juga sih beli buah sejenis pisang atau jeruk yaitu buah yang bisa dimakan tanpa harus pakai pisau.

Sebelum akhirnya memutuskan beli buah, saya kelalang-keliling cari alternatif lain. Rasanya hampir semua berkemasan plastik warna-warni. Tak bisa didaur ulang pula plastik macam itu. Ujungnya jadi sampah dan numpuk menuh-menuhin TPA. Nah, tapi satu bagian yang menarik yaitu snack-snack curah. Belum berkemasan dan dipajang dengan cantik.




Gorengan emang gak baik heheheh, tapi ini pikabitaeun. Tapi kemudian mikir lagi: Kira-kira bakal bisa ga ya, beli cemilan ini pakai wadah yang dibawa sendiri?

Dan hasilnya adalaaaahhhhhhhhhhh: BISA.


Wadah snack yang saya bawa sendiri. Misting tea geuning. Cuma lupa gak foto bagian isinya zzz


Hatur nuhun kepada mas-mas superindo yang mau bolak-balik ladenin pembeli bawel ini  :)
Saya beli 2 item snack yaitu jamur dan teri goreng tepung. Kuduna ngurangin gorengan, tapi sesekali mah gapapa lah (ngeles).

Pertamanya saya minta si mas timbang mistingnya dan lalu di-nol-in. Lalu saya minta si mas isi setengah bagian misting dengan jamur goreng. Lalu masnya nimbang jamurnya + kasi label harga. Dan di-nol-ini lagi. Kemudian minta lagi si mas isi setengah bagian misting dengan teri goreng dan masnya nimbang lagi dan kasi label harga.Kenapa harus di-nol-in? Biar berat mistingnya terkurangi.


Timbangan elektrik yang dimaksud

Timbangan elektrik ini biasanya juga dipakai untuk nimbang daging dan kawan-kawannya. Area buah punya timbangan lagi tersendiri. Sama-sama elektrik juga. Sebenarnya di pasar tradisional dan toko-toko kecil sudah banyak yang menggunakan timbangan elektrik ini. Tapi saat diminta untuk memberikan layanan timbang menggunakan wadah milih pembeli, gak cukup banyak yang paham dan mau ngeladenin. Mungkin asa ribet atau emang teu biasaeun weh makenya. Yang mana, kalaupun "dibimbing" dan dikasi tutorial secara baik-baik, responnya gak selalu positif. Malahan ngeluarin pernyataan-pernyataan aneh semacem:

1) "pokonya pembelian minimal 1 ons" --> har, kan tinggal tulis aja harga sekilonya berapa. Mau beli segimanapun, penjual gausah mikir lagi atau pegang kalkulator untuk hitung harganya karena langsung tertulis di display timbangannya.
2) "gak bisa neng kalo gitu" --> ituteh padahal udah dikasi tutorial tapi keukeuh. Mungkin alasan lainya terkait dengan banyaknya antrian di belakang saya si mamangnya males ladenin pembeli dengan "rikues khusus"
3) dll , sila boleh ditambahkan oleh teman-teman yang pernah berada pada kondisi serupa.

Sip, berkat kerja sama dengan si mas tukang timbang maka visi beli "sarapan" cemilan yang tanpa sampah TERLAKSANA!
Beli cemilan #ZeroWaste ? Bisa dongggggggg


Follow @1mg1cerita