Saturday 30 April 2016

Make Over? Berbahagialah :)

Tadi pagi saya melihat beberapa video TED. Entah mengapa, video TED yang saya tonton durasinya panjang-panjang. Dan temanya beragam. Mulai dari ngomongin musik, kantong kresek, email spam, kenapa harus google, sepatu sebagai komoditas, membaca, cara membelajarkan sains sampai ke ngomongin penjara rahasia. Pagi yang semarak!

Dari nonton dan mengamati beberapa video tersebut, seperti biasa saya sangat tertarik dengan kemampuan public speaking dari para pembicaranya. Kemampuan ngocoblak depan umum dengan durasi yang relatif singkat, menggunakan bahasa yang (relatif) sederhana dan persuasif.

Dari beberapa video tersebut, saya cukup terkesan dengan video ini. Mari intip duluuu




Yang saya inget banget: suara alam tuh keren bangetttt. Dan sangat bisa banget jadi inspirasi saat ngarang lagu dan melodi. Kebayangnya suara-suara alam gitu kan ya asalnya. Tapi yang diambil contohnya adalah suara burung yang diperlambat. Jadi mirip yang lagi latihan (pemanasan) nyanyi.

Trus yang saya ingat lagi: inspirasi buat bikin musik itu bahkan bisa berasal dari berbagai aktivitas sehari-hari. Dari suara-suara yang sepertinya biasa, tapi dengan sense musik yang bagus, bisa jadi sumber inspirasi banget ternyata. Yang dicontohin adalah bunyi mindahin tutup panci. Jadi keren setelah diaransemen.

Kondisi yang dihadapi bisa sama, bunyi yang didenger bisa sama, tapi kemudian hasil olahan pikiran dan rasa yang dihasilkan bisa beda di tangan pemusik mah.

Kontennya sendiri tentang permusikan, silakan diliat di video ya. Tersedia juga terjemah bahasa indonesia di web TEDnya.

Saya sebenernya cukup tertarik dengan gaya bahasa, ekspresi dan bahasa tubuh dari Meklit Hadero dalam video tersebut. Apa ya? Susah bilangnya. Tapi secara keseluruhan menarik. Cantik mah ya ga gitu-gitu amat. Tapi saat membicarakan hal yang dia minati (dalam hal ini permusikan), bikin aura kerennya keluar. Jiwanya kaya ikut bicara.  Bahasa tubuhnya selaras sama yang lagi dia omongin. Tampak sangat nyaman dengan dirinya. Asik dan seneng aja ngeliatnya. Mungkin itulah yang disebut inner beauty.

Apakah dia dandan abis-abisan dan sekelas miss universe? Enggak lah. Kebahagiaan dan kecintaan terhadap tema yang sedang dia bicarakanlah yang membuatnya jadi keren.

Saya jadi teringat sama teman saya yang bernama Wulan. Dia juga sejenis orang yang bahagia dengan dirinya. Bermula dari kenyamanan sama dirinya sendiri, membuat orang yang berada di sekitarnya juga merasa nyaman. Padalah dari segi berat badan, dia keitungnya gemuk. Dengan image cantik ala iklan, yang biasanya diidentikkan dengan rambut lurus, hitam dan panjang, lansing, putih dkk tea, tentunya Wulan gak masuk itungan cantik secara mainsterm. Tapi kalau kapan-kapan temen-temen ketemu Wulan, maka bisa langsung ngerasa bahwa dia pribadi yang asik dan menarik.

Jago moto (foto yang dibelakangnya itu banyakan foto dia untuk program Creativenet)

Bisa banget menikmati hidup, Hobinya traveling dan gampang banget ngebland sama orang baru yang asik-asik

Nah, keliatan kan bukan gadis yang lansing? Tapi itu bahkan ga pernah jadi masalah buatnya. 


Berbagai kelebihan dan kebahagian yang seperti itulah yang bikin dia menarik secara alamiah.

Jadi, make over itu bisa nyulap penampilan. Tapi apa yang terpancar dari dalam diri, termasuk kebahagiaan dan rasa sayang terhadap diri sendiri, akan lebih mendominasi tingkat kemenarikan dan keasyikan seseorang.

Make Over? Berbahagialah :)


*foto Wulan bersumber dari instagram @wwulantr


follow @1mg1cerita



Sunday 17 April 2016

Apa Makna dari Hadiah?

Hari ini ulang tahunnya Mega. Tidak ada acara khusus untuk momen tersebut. Yang terjadi hanyalah kumpul-kumpul: ngopi, makan-makan seadanya dan nongkrong sambil gapleh. Bagian yang menarik dari ulang tahun Mega kali ini adalah, ada seorang teman yang memberinya hadiah.


Lego. Foto: Mega

Hadiah ini cukup disenangi oleh Mega karena pada dasarnya dia senang dengan aktivitas menyusun sesuatu yang sudah ada gambar modelnya. Katanya, keasyikan itu ada pada saat menyusun dan saat sudah jadi.

Keasyikan menyusun tersebut, bisa sampai menyihir Mega untuk anteng berjam-jam. Beberapa temannya cukup tahu "keantengan" Mega tersebut. Kakapalan ini adalah salah satu karya yang telah dibuatnya. Bukan lego, tapi cara kerjanya kurang lebih sama. Namanya mokit.


Mokit Mega

Hadiah buat Mega ini mengingatkan saya bahwa hadiah yang disukai adalah biasanya hadiah tersebut adalah hadiah yang disukai dan yang "gue banget". Bukan urusan harga, murah atau mahalnya hadiah tersebut. Coba bayangkan adegan saat temannya Mega ini mulai memikirkan, "hadiah apa yang cocok ya?". Mulai dari mikir dan nginget-nginget "dia senengnya apa ya? warna favoritnya apa ya?" Lalu proses tersebut dilanjut dengan pergi ke toko dan milih-milih hadiah yang paling yang cocok.

Dengan profesi saya (dulu) sebagai tukang pencari kado untuk kado udunan, saya bisa bayangin proses muter-muter toko tersebut. Bahkan, pada kondisi yang sulit karena "belum nemu yang sreg tapi pengen kasi hadiah yang membahagiakan", kadang saya perlu keluar masuk beberapa toko. Toko bahkan bisa sampai berada di beberapa daerah yang berbeda. Kebayang kan? Makaning pake angkot. Jaman dulu kan belum musim motor seliweran kaya sekarang.

Satu lagi yang berkesan dari urusan perkadoan ini adalah bila kadonya "gue banget", warnanya warna favorit dan HANDMADE yang beneran dibuat oleh pemberi kadonya. Proses awal mikir dia, kurang lebih sama dengan hadiah yang beli di toko. Bedanya dia ga muter-muter toko, tapi ngutek bikin bisa sampai berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Edun pan? Segitunya. Dulu saya pernah bikinkan hadiah semacam itu untuk teman. Gada barbuk fotonya euy tapi. Dulu ngasih diary tapi sampulnya yang niat banget. Pake kain strimin dan dikasi tusuk silang yang dirangkai namanya. Sampai beli buku pola huruf tusuk silang.

Ada juga hadiah yang saya berikan tanpa biaya sama sekali tapi waktu yang diperlukan banyak (pisan). Dulu saya membuatkan kolase foto sebagai poster ucapan selamat ulang tahun di media sosial. Jangan bayangkan kemudahan pendokumentasian saat ini yang hampir semua orang punya smartphone untuk foto. Dulu kamera masih jarang dimiliki. Masih untung, saat itu sudah masuk era kamera digital, jadi dokumentasinya berbentuk softcopy yang bisa berada di 1 tempat. Tapi dampaknya, karena dulu kegiatan yang didokumentasikan lebih banyak pada kegiatan tertentu saja maka foto narsis yang bisa dipilih tak sebanyak sekarang. Jadi yang dilakukan adalah ngubek-ngubek foto banyak kegiatan. Gak butuh uang, tapi butuh waktu yang banyak. Dan buat saya, waktu adalah sesuatu yang cukup berharga untuk "dikadokan".


Etapi, hadiah itu bukan hanya pas ulang tahun loh. Ada orang-orang tertentu yang punya kebiasaan memberikan perhatian pada orang yang disayanginya (disayangi teh ga selalu berarti pacar/pasangan ya) dengan memberikan hadiah-hadiah kecil. Kapan wehhh. Salah satu yang sering dilakukan adalah membawakan oleh-oleh saat baru pulang dari tempat jauh. Itu sepertinya standar kan ya? Tapi sentuhan kecil yang personal bisa membuat hadiah tersebut meninggalkan kesan tersendiri. Beberapa saat lalu, saya mendapat hadiah coklat pala. Enak, kecil, 1 buah. Namun dipermanis dengan ucapan selamat menikmati dan diiket-iket pake pita lucu. Niyat bangettttt.


So sweet kan? 

Dan juga kadang ada yang ngasi hadiah ke kita, tapi sebenarnya bukan benda yang kita banget. Contohnya saat saya dikasi hadiah kalung. Kapan coba saya pakai kalung? Tara pernah. Tapi saat dia bercerita tentang "kenapa dia pilihkan hadiah itu", baru terasa betapa bermaknanya hadiah tersebut. Ini juga jenis hadiah yang so sweet karena kata-kata yang tercantum sebagai makna dari liontin kalung tersebut merupakan harapan untuk saya yang (saat itu) sedang galau berat.


New Beginnings :) 


Begitulah seputaran makna dari hadiah. Saat saya membayangkan makna yang terkandung dalam aneka hadiah yang pernah diterima membuat saya bahagia :)

Hadiah kaya gimana sih, yang menurutmu bermakna dan membahagiakan? Mari berbagi!


follow @1mg1cerita



Wednesday 13 April 2016

Tempat Apakah Ini?

Budi bermimpi, ia dan ibunya pergi ke sebuah tempat yang isinya ribuan galon dan ribuan keler kaca. Tempat apakah ini? Rasanya asing tapi tampak akrab. 

Ibu Budi menggandeng tangan Budi. Tangan sebelahnya membawa tas kain yang berisi botol selai kosong, wadah shampo kosong dan kotak makanan kosong. Mereka berdua keliling-keliling sambil mengincar aneka barang yang ada. Ibu Budi langsung tak tahan ingin membeli aneka sabun mandi, sampo dan minuman literan yang ada di dalam galon. Wah, ternyata aneka selai pun tersedia dalam keler-keler kaca. Gentong-gentong berisi aneka tepung lokal juga tersedia! Aneka buah favorit ayah pun tersaji tanpa kemasan styrofoam. Mata Budi jelalatan melihat banyaknya permen, sereal dan kue-kue kiloan yang terpajang di keler kaca. Banyak makanan favoritnya! Tapi semua tersaji tanpa kemasan plastik. Kemasan plastik warna-warni, tak satupun mereka temui. 


Sumber foto: https://www.instagram.com/p/BDn0LCZJqRA/

Tanpa terasa seluruh lampu tempat tersebut telah mati. Mereka berdua terkunci di dalam. Tak ada orang lain yang menyadari bahwa masih ada Budi dan ibunya. Ibu Budi segera menelpon ayah Budi. Budi pun berusaha menghubungi ayahnya. Tapi tak bisa karena kehabisan pulsa. 

Di pagi harinya akhirnya Budi dan ibunya baru bisa keluar toko setelah ada petugas cleaning service yang datang di pagi buta. Manajer segera mendatangi mereka berdua dan berjanji untuk memberikan voucher belanja seumur hidup bagi keluarga Budi. 



follow; @1mg1cerita
  

Friday 1 April 2016

Yakin, Zero Waste itu Bisa?

Tanpa sampah? Zero Waste? Nol Sampah?

Banyak orang yang bilang itu tak mungkin. Sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, memang kadang sulit dibayangkan sehingga sulit dipahami.

Dampak negatif dari masalah sampah, sebegitu seringnya kita lihat. 
Ada yang berbentuk film serem pisan kaya film ini..




Atau ini



Ada bagian solusinya juga sih di film itu teh. Tapi pasti weh da ada yang "protes" dan bilang bahwa: contoh positif itu kan di luar negeri! Kalau contohnya belum jleg depan mata, memang biasanya cukup sulit ditiru di area kita sendiri. 

Ada juga tentang bahaya ini itu yang divisulisasikan dalam poster.  


Poster tentang proses kembalinya racun dari plastik ke konsumen 

Infografis tentang masalah sampah di Bali

Bahkan yang digambarkan adalah parahnya masalah sampah di lautan. Foto ini adalah foto yang malu-maluin Indonesia. Foto ini dulu tenar banget pada masanya.

Dasyatnya berselancar di Endonesya! Lihat itu sampahnya. Buset daaahh!

Hal-hal "negatif" terkait sampah memang perlu diketahui dengan cukup detil. Termasuk kemungkinan terburuknya. Itu diperlukan supaya kita mengetahui kemungkinan yang terburuk yang akan terjadi dan juga untuk bikin kita ingin melakukan perubahan. 

Tapi begitu kita sudah penuhi tangki niat kita sampai 100%, kadang ada aja hambatannya untuk melakukan perubahan tersebut. Salah satu yang saya identifikasi sebagai salah satu penyebab adalah sulitnya mencari contoh yang ideal dan sudah mulai kelihatan bentuknya. 

Ideal itu seperti apa?
Dari yang saya pahami, konsep pengelolaan sampah (atau lebih tepatnya material) itu perlu dilakukan di setiap titik. Baik dari proses ekstraksi (pengambilan sumber daya daya seperti penambangan dll), proses produksi, distribusi, konsumsi (di rumah dll) dan pembuangan. 



lengkapnya silakan lihat di sini

Sekarang saya lagi pengen soroti tentang apa yang perlu dilakukan di rumah sebagai salah satu titik konsumsi. Coba perhatikan lebih detil bagian berikut: 




Kita bisa lihat bahwa ada panah masuk ke arah rumah dan ada panah keluar yang keluar dari arah rumah. Artinya, bila kita ingin melakukan intervensi di area konsumsi (dalam hal ini rumah) kita perlu pertimbangkan 2 aspek: 
1) apa yang masuk ke area rumah (maksudnya sumber daya yang dikonsumsi)
2) apa yang keluar ke area rumah (maksudnya limbah yang dihasilkan)

Mari perhatikan piramida pengelolaan sampah berikut:


diambil dari slide pelatihan Zero Waste Lifestyle YPBB

Kondisi real saat ini (dan dimana-mana), lapis bagian bawah (pembuangan) justru paling banyak dilakukan. Karena memang sudah kebiasaan dari lama bahwa "buanglah sampah pada tempatnya" adalah yang terbaik dan urusan kita dengan si sampah itu sudah selesai. BHAY! (kata anak mudah jaman sekarang mah) Padahal tingginya tingkat pembuangan sampah dari rumah mengakibatkan jumlah sampah di TPS dan TPA terus meningkat. Sampah itu kebanyakan gak diapa-apain loh. Ditumpuk wehhhh kitu. 

Udah pernah ke TPA? Pasti tau lah gimana nambrunya si sampah-sampah dari kota tersebut. Buat yang belum pernah, simak dulu nih yaa..





Dengan kondisi seperti ini, apa dong bisa dilakukan? 

Mari penuhi pikiran kita dengan aneka contoh baik (dan berhasil) dalam level hirarki yang lebih tinggi lagi derajat "membuang sampah".

Mulai banyak bermunculan contoh-contoh baik dan berhasil tersebut (di luar pentingnya kita tahu kemungkinan terburuk bila tak melakukan apapun). 

Beberapa saat yang lalu saya diundang oleh tim Lab Tanya (atas nama YPBB) di area Bintaro untuk berbagi tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Di komunitas ini, justru saya melihat contoh nyata (walaupun hanya lewat cerita dalam beberapa jam karena keterbatasan waktu) tentang arah kegiatan yang lebih mengarah ke level pengurangan sampah. Mereka menyebutnya dengan Strategi Pintu Masuk. Mengapa strategi itu penting? Sampah itu gak ujug-ujug ada di tempat sampah loh. Tapi pasti ada perilaku kita yang membuat mereka ada di tempat sampah. Itu salah satu paradigma yang penting pisan!


Nampang dulu bentar :) 


Dengan Strategi Pintu Masuk tersebut dan juga dengan model simulasi 7 hari saja, ternyata jumlah sampah beberapa warga bisa berkurang secara signifikan. Bisa sampai 80% nya loh. Hebats pisan kan ya? 


Contoh penguranan sampah yang dilakukan oleh salah satu warga

Salah satu lagi poin penting yang tim Lab Tanya bersama warga Bintaro adalah pendokumentasikan proses simulasi. Sebentar proses yang tampak tapi pendokumentasian bagus (dan pasti di baliknya ada proses pembelajaran yang panjang di tim kerja Lab Tanya)
Pertemuan yang sebentar dengan warga Bintaro tersebut kemudian membuat saya ingin tergabung di grup wasap warga. Ceritanya mau belajar proses pendampingannya. Eta grup gada matinya pisan. Sampai ga kekejar bacanya juga (tapi kalau baca grup wasap horehore keburu hahhaha). Lewat skimming di grup, beberapa kali terdengar kabar bahwa ada warga baru yang berminat untuk mencoba simulasi pengurangan sampah tersebut. 

Seperti apa simulasi 7 hari tersebut? Selamat menyimak :) 




*karena contoh perubahan nyata dan keteladanan adalah kekuatan terbesar untuk sebuah perubahan*


follow @1mg1cerita