Thursday 28 January 2016

Hari 27: Beda atau Sama?

Mengapa di dunia ini ada perbedaan? Kalau sama semuanya gak rame lah. Gaya becandaan akan sama, ide-ide akan seragam, gaya pake baju bakal sama, bentuk rumah akan sama, gakan ada konflik-konflik yang berfungsi untuk mendewasakan, makanan gakan ada variasi baik jenis maupun bentuk. Zzzz. Males kan?

Tapi sebesar apakah perbedaan bisa ditoleransi? Kalau ada cukup banyak perpotongan kesamaan diantara perbedaan yang ada, mungkin antar orang itu bisa barengan secara intensif. Bahkan ada yang terpisah jarak dan waktu tapi punya banyak  persamaan ya bisa nyambung oge. Ada yang jelas-jelas beda, gada persamaan, mereka secara alamiah gak ada dalam satu lingkar.




Tapi sebenernya, kalau mau ngobrol lebih dalem, sedikit-sedikit akan mulai ditemukan beberapa kesamaan. Da hidup mah gini-gini aja atuh. Semua manusia pengen bahagia. Gada yang gasuka bahagia kan?

Jadi kuncinya adalah kepandaian kita untuk mencari kesamaan-kesamaan yang ada. Meng-ignore orang-orang yang sekiranya lebih banyak nyusahin. Sisanya adalah perbanyak ngobrol seru untuk mengetahui kesamaan dan keasyikan yang ada.


Tuesday 26 January 2016

Hari 26: Keanehan Wina

Jadi ceritanya kita punya geng percibloan. Berawal dari mensyenan berjamaah yang brisik dan juga untuk menyelamatkan image di dunia maya, maka sekawanan anak-anak cewe singel ini (dulu Shelly belum nikah sama Reza) dimasukin 1 taman bermain yang aman, yaitu di grup wasap.

Dari interaksi intens di grup yang trang-trung tersebut makin ketauanlah kalakuan dan ciri khas masing-masing. 
Araneh yang jelas sih. Tapi tetep yang paling juara anehnya adalah Perswina Allaili alias Wina! Moal aya dua nu kitu mah :)


Foto: Sri Wulandari


Cerdas pasti (lulusan S2 kampus icalan teh botol tea atuh manya). Asal cuma senyum-senyum manis, penampakannya kaya akhwat sholehah. Asal tong mangap atau tau akun medsosnya. Soalnya doi suka posting yang aneh2 + seleb di medsos, dibuktikan dengan: posting apapun loba nu komen.

Di dunia nyata juga bisa jadi temen yang asik. Diajak ngapa2in oge rame. Cocok buat diajak seseruan.

Eits tapi nanti dulu, ada 1 syarat yang perlu dipenuhi yaituuuuu: siap dengan segala keanehannya. Apa aja emang keanehannya? Terlalu absurd buat diceritain.Coba aja amati foto yang saya posting: lagi ngapain coba dia di pingggir jalan gitu sorangan hahaha. Keanehan lain, coba tengok di testinya @asmauliyah @selly dan @indriguli deh

Wahai para lelaki pemuja wina : pikir berjuta-juta kali >> apakah cukup kuat menghadapi segala keanehan wina?



*tulisan spesial untuk menjawab tantangan #temaWina dari grup samawa dalam rangka #30haribercerita

Friday 22 January 2016

Hari 22: Katering #zerowaste

Mau bikin acara ramean dan tetep bisa #bebassampah , #zerowaste / teu ngaruntah?  Solusinya beragam! Tapi yang paling gampang tengtunya adalah pesan makanan ke teh Dian. Siapakah teh Dian? Begini ceritanya barudakkk..

Untuk kami-kami yang (sok) sibuk, gak biasa masak dalam jumlah banyak dan teu gaduh seueur parabot, solusi praktik kalau mau bikin acara makan-makan tentunya pesen.

Bisa pesen nasi box (kemasan bisa dipilih mau pakai kardus atau styrofoam) atau katering parasmanan. Parasmanan biasanya lebih mahal karena perlu ada penyajian khusus (ada piring, sendok, gelas dkk + tenaga buat nyuci perabot) dan perlu ada porsi tambahan. Tau sendirilah, (beberapa) orang endonesya, kalo ada acara makan-makan, suka mampang-meumpeung ambil banyak-banyak bari kemudian ga diabisin. Zzz.

Sejauh ini, karena punya tekad untuk mengurangi sampah dari awal, biasanya kami akan pesan ke teh Dian sebagai katering zerowaste. Dia kerjaan sehari-harinya memang nerima pesanan masakan dan snack. Kita sering pesen sama teh Dian dan tak bosan-bosannya disertai beberapa pesan sponsor terkait pengurangan sampah, maka sampai saat ini kami menyebut teh Dian sebagai katering #zerowaste: katering yang dapat mendukung kami semua untuk mengurangi sampah dari awal tanpa harus bawel lagi minta ga pake ini itu.  

Layanan apa yang diberikan oleh teh Dian? Semua makanan dikemas menggunakan misting-misting besar. Jadi kita tak perlu repot menyediaan lodor-lodor besar untuk penyajian. Pada kondisi tempat yang terbatas, bahkan sampai bisa minta pinjeman sendok-sendok sayurnya. Harga relative murah dibanding katering-katering lain. Kalau gak punya piring kaca yang banyak, asalkan punya piring-piring lidi tea, bisa nitip pangbeliin daun pisang pas si teteh balanja buat masak. Makanan Diantar ke lokasi, hanya kena biaya kalau tempatnya rada jauh. Deket-deket doang mah, haratisan. Bisa dibayar via transfer ataupun pas pesanan datang (tanpa DP kalau saya sih)


            Contoh pengemasan untuk 50 orang (1x makan dan 2x snack)

                                                         Beberapa contoh makananya.


Dengan catatan: aneka layanan ini diberikan berdasarkan tingkat kedekatan dengan teh Dian, semakin dekat dan terpercaya, layanan yang diberikan makin pleus-pleus *dari pengalaman sih begitu*

Sampah yang dihasilkan dari acara makan-makan bila pesan ke teh Dian hanyalah: daun pisang (yang bisa dikompos dengan cara dikubur), sisa makanan yang bisa dikompos pakai takakura dan biopori ataupun masukin lobang. Kadang ada 1 plastic sekali pakai kalau pesanan cukup banyak, untuk wadah kerupuk. Itu disebabkan keterbatasan wawadahan yang dimiliki oleh teh Dian. Sisanya: tanpa plastic apapun (keberadaan plastic selembar itu jarang: kecuali pas saya pesan lebih dari 50 porsi)

Setelah acara selesai, PR selanjutnya adalah cuci piring wawadahan gede-gede tersebut. Karena teh Dian biasanya tidak langsung mengambil peralatannya pada hari yang sama. Cuci – keringkan – tunggu sampai teh Dian datang mengambil.

Jadi, siapakah mitra katering #zerowaste mu?




Thursday 21 January 2016

Hari 20: Kisah Roti di Pagi Buta

Pernah pada sebuah pelatihan yang melibatkan banyak ibu-ibu, saya disuguhi aneka jenis makanan enak. Salah satu yang fresh from the oven adalah roti lejatttt. Bikinan tuan rumah yang masih anget, manis-manis empuk. Slurupppp.




Saat makan roti itu, saya kemudian teringat pada suatu masa. Masa dimana malem-malem uplek ngadonan roti, bikin isi roti aneka rasa seperti coklat, keju dan sosis dan nyetak jadi berbagai bentuk. Berloyang-loyang. Lalu sebelum subuh udah bangun. Nyalain kompor dan mulai dengan telaten bakar roti. Lalu sebelum kuliah mulai, roti aneka rasa homemade siap tersaji untuk muka-muka laper yang belum sarapan. Dalam misting besar dan tanpa kemasan. Tinggal pilih roti yang menggoda hati dan selera perut, ambil dan bayar dengan sistem kepercayaan. Sejauh ngitung kasar uang hasil penjualan, kayanya gada yang pake mode darmaji (dahar lima ngaku hiji) hehehe.

Keuntungan dagang roti jaman kuliah paling tidak cukup untuk bayar angkot dan makan. Sisanya dibelanjain lagi bahan roti. Dan terulanglah ritme malem ngadonan – pagi dioven. Tanpa bisnis model canvas ataupun perencanaan keuangan karena memang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan harian.

Lalu jadi bayangin juga, dulu kok bisa ya punya usaha sampingan kaya gitu? Bela-belain bangun pagi buta buat ngoven roti-roti aneka rasa. Padahal saya paling hobi tidurrrr. Mungkin ya karena terdesak tea, segala bisa jadi mungkin.

Jangan bayangkan saya adalah seorang jagoan masak di masa tersebut. Bahkan masak tumis aja gak pernah karena peranan spesifik saya di rumah pada masa itu adalah tukang cuci piring dan maksimal bantu rorompes (mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak). Tapi khusus untuk bikin roti, dengan resep yang sekarang entah dimana catetannya, minimal bisa dinikmati rame-rame bareng temen dan punya daya jual ternyata.

Auoooo, roti homemade adalah juara! Kapan-kapan coba bikin lagi ah. Oven mana oveeeenn??? Loyang mana loyanggggg??



Tuesday 19 January 2016

Hari 18: Deudeuyen, Pecin dan Makanan Sehat

Banyak makanan yang bikin kita deudeuyeun. Itu istilah dalam bahasa Sunda. Dalam bahasa Indonesia berarti sesuatu yang bikin pengen lagi daaaan lagi. KETAGIHAN, itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkannya. Tapi bahasa tuh punya rasa. Saya lebih kebayang saat disebut “deudeuyeun”. Kata ketagihan malah bikin saya bayangin orang yang ketagihan obat-obatan dan mabu-mabuan.

Salah satu yang bikin makanan itu diinginkan lagi dan lagi adalah rasanya. Makin jagoan yang masak dan makin segar bahannya, biasanya makin enak. Sayangnya gak semua orang jago masak dan bisa ngutak-ngatik rasa masakan supaya enak. Ditambah lagi dengan perkara sempat mahalnya harga bumbu-bumbu (warung seblah kosan saya sempat menjual bawang merah 1 biji maratus perak zzz), juga berbagai alasan kepraktisan, maka terciptalah berbagai produk penyedap yang tinggal tabur-tabur secepat kilat.


Salah satu makanan "enak" yang bikin ketagihan. Ampuuunnnn 


Enak? Untuk yang terbiasa makan dengan polesan bahan aditif ini, mereka biasanya sampai pada tahapan merasa: gak enak makan kalau gak dipecinin (pecin tuh nama samaran dari royco, masako, vetsin, dan penyedap buatan lainnya). Mengapa demikian, karena lidah sudah terbiasa terpapar dengan rasa yang mencolok. Kalau hanya dikasi makanan yang tawar-tawar saja, rasanya kaya ada yang kurang. Jadi penggunaan zat aditif ini sudah membuat orang jadi adiksi alias ketagihan. Ya ga sampe sakau, tapi rasa “kaya ada yang kurang” itulah yang disebut ketagihan.

Jadi kumaha? Untuk yang udah bertahun-tahun terpapar dengan aneka penyedap buatan (kaya saya juga), sekarang saatnya belajar masak enak dengan mengandalkan aneka bumbu nusantara yang kaya raya ini. Jadi lebih mahal? Hoream? Ribet? Ya itu adalah “harga” belajar yang diperlukan untuk hidup lebih sehat.

Atau pilihan lain, sebenarnya makin dekat bentuk makanan yang kita konsumsi ke bentuk makanan aslinya maka akan makin baik. Jadi makan makanan dengan rasa yang tawar-tawar saja dan minim proses memasak adalah pilihan yang lebih baik.


Yuk, belajar masak dan ngolah makanan yang sehat ! 

Monday 18 January 2016

Hari 17: Pecel dan Makanan Sehat

Salah satu yang saya pelajari dari adegan masak-memasak belakangan ini adalah, ada bahan-bahan tertentu yang bisa distok di kulkas kita sehingga tetap bisa makan enak dan sehat walau waktu mepet.

Bumbu pecel! Itu salah satu stok penting yang bisa dibuat kala waktu yang tersedia rada banyak. Beli juga bisa sih, tapi rasanya lebih mantep kalau bikin sendiri. Dan lebih banyak hehehehe. Jadi bisa bebas siram-siram bumbu ke sayuran. Bahannya sederhana aja: kacang goreng, cabe merah, gula merah, bawang putih, garam dan bumbunya yang khas adalah daun jeruk dan kencur. Tinggal sangrai bawang putih, kencur, daun jeruk yang udah diiris tipis dan cabe. Lalu hancurkan (bisa pakai blender ataupun chopper) bumbu + gula + kacang. 




Aneka sayur direbus-rebus dulu dan bisa dipilih tergantung dari sayur kesukaan. Akan lebih baik dipilih dari sayur yang saat itu sedang melimpah di pasar, warung ataupun di mang sayur. 

Saat dari kebon (soreang) melimpah selada aneka jenis, saya sempat berhari-hari sarapan pecel selada. Anggep weh itu salad. Enak dan praktis. Tinggal buka kulkas, cuci dan potong-potong selada, ambil bumbu pecel secukupnya, cairkan dan siram ke atas potongan selada. Nyam-nyam.

Mari perbanyak makan sayurrrrr!


Sunday 17 January 2016

Hari 16: Syukuran dan Makan-Makan

Mengapa banyak kejadian penting dalam dunia ini yang dirayakan dengan makan-makan? Coba deh kita inget-inget berbagai momen penting dari peristiwa kelahiran sampai meninggal.

-          Lahiran diwarnai dengan peristiwa ekahan yang ada makan-makannya.
-          Ulang tahun, belum afdol kalau tanpa makan-makan. Tradisi di banyak keluarga diwarnai dengan makan nasi kuning, tradisi dengan teman biasanya traktiran.
-          Lulus sekolah (kuliah biasanya sih) diwarnai lagi makan-makan.
-          Dari peristiwa jadian juga dikenal istilah pajak jadian. Ujungnya makan-makan bareng.
-          Putus juga makan-makan untuk menyenangkan hati. Mabuk makan sampai kenyangs
-          Tunangan atau lamaran juga makan-makan.  
-          Nikahan komo makan-makan edun. Bahkan sampai stand makanannya penuh segedungeun.
-          Diterima kerja di tempat idaman, makan-makan lagi.
-          Promosi atau naik jabatan juga makan-makan.
-          Pernikahan perak emas makan-makan oge.
-          Meninggal tetep makan-makan (walaupun saya sih memahaminya saat datang ke yang meninggal, kita tidak boleh merepotkan keluarganya, tapi kenyataannya banyak yang menyediakannya).




Rupanya aneka peristiwa penting dalam hidup diwarnai dengan rasa syukur yang ditandai dengan berbagi kebahagiaan tersebut dengan menjamu orang di sekitar. Dan yang terpenting lagi: acara makan-makan dapat menjadi ajang untuk meningkatkan keakraban dan silaturahmi diantara kita (apalagi kalau ditambah adegan masak bareng).

Apa syukuran (makan-makan) terdekatmu? Jangan lupa ondang-ondang ya!
-           
-           



Saturday 16 January 2016

Hari 15: Jatuh Cinta pada Orang Asing?


Orang yang kita kenal, ada di lingkungan yang sama, sering berinteraksi bersama tentunya potensial menjadi orang yang disayang dan dicintai. Kalau ungkapan bahasa Jawanya: witing tresno jalaran soko kulino alias: cinta tumbuh karena terbiasa.




Yang asalnya teu bogoh bisa jadi bogoh, yang bogoh bisa makin bogoh karena sering bareng. Pada intinya mah cinta bisa bertumbuh dan perlu ditumbuhkan terus.

Namun ada kalanya kemudian, karena suatu perubahan pemikiran ataupun keadaan, orang yang kita cinta ujug-ujug bisa berubah dan menjadi asing.

Perubahan tersebut, bila bisa diatasi bersama akan mendewasakan cinta, tapi kalau gak berhasil diatasi atau memang tak mau mengatasinya, mungkin malah membuat konfigurasi rasa yang ada menjadi asing karena keasingan tersebut.


Friday 15 January 2016

Hari 14: Jalan Kaki Yuk!

Katanya, orang jaman dulu banget gak kenal istilah olahraga dan rekreasi. Mengapa? Karena bahkan untuk bisa makan pun, mereka mengambil dari hutan sebagai sumber makanannya. Itu yang disebut dengan budaya berburu dan meramu tea.

Gak mungkin jaman dulu ke hutannya pakai motor atau mobil pan? Ya ditempuh dengan jalan kaki (bisa sampai berkilo-kilo) ataupun lari jika perlu untuk mengejar calon makannya. Artinya tanpa sadar orang jaman dulu udah olahraga tanpa perlu dibikinin mata pelajaran/kuliah olahraga, ekskul olahraga, gak perlu bayar biaya nge-gym ataupun ngayoga.

Dan sambil cari buruan binatang atau nyari sumber makanan, tentunya kemana-mana mata fresh liat yang ijo-ijo. Alam masih bagus dimana-mana, jadi ga perlu ribut #kurangPiknik ataupun harus rekreasi mamacetan ke suatu tempat wisata kaya kita jaman ayeuna.


Perubahan cara memperoleh makanan dari masa ke masa (Slide Sesi Manusia dan Alam: YPBB)

Karena perbedaan cara memperoleh makanan tersebut, yang mana orang jaman sekarang sih biasanya cukup memperoleh bahan pasakannya di pasar dan bahkan cukup banyak juga sekarang yang sudah mulai meninggalkan budaya masak dan cukup nangkring di tempat makan untuk memenuhi perut yang keroncongannya, maka wayahna kita perlu bikin agenda olahraga dan supaya tetap sehat, fit dan fresh.

Olahraga termurah meriah bisa dipilih berjalan kaki. Manfaatnya banyak!




Salah satu tempuh: Jalak ke kosan 


Belakangan ini, saya coba beberapa jalan kaki saat pulang dari kantor jalak ke kosan. Lumayan lah, sekitar 45 menitan. Berat badan terjaga kayanya belum hehehhe. Karena sesudahnya pun angger makan banyak wkwkw. Tapi malemnya lumayan pules tidur. Mungkin frekuensinya perlu ditingkatkan. Mari kitaaa!

Wednesday 13 January 2016

Hari 13: Rumah yang Yahud

“Bangunlah sebuah rumah yang yahud. Di mana kita kan dapat bersama”  
(Naif)

Rumah yahud yang kebayang adalah beneran sebuah bangunan fisik tapi peran yang terpentingnya adalah tempat pulang, tempat dimana kita merasa nyaman dan bahkan bisa melepaskan segala kelieuran yang ada di luar sana. Rumah beserta isinya baik benda matinya dan makhluk hidupnya.

Terinspirasi dari sebuah rumah yang kadang saya lewati saat berjalan kaki, saya pengen pisan punya rumah yang cukup rimbun dengan aneka tanaman sehingga pas masuk langsung terasa lebih segar hawanya. Tanamannya mix antara tanaman pangan dan non pangan. Jadi sebagian besar kebutuhan masak-memasak bisa disupport dari kebon sendiri.




Hal lain yang kepikiran lagi adalah saya pengen rumah yang letaknya relative ngota, cukup mudah dijangkau kendaraan umum dan dekat dengan pasar. Mengapa? Supaya orang gampang kalau kunjung ke rumah dan supaya rumah tersebut bisa hangat dan meriah dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat dan jadi tempat kongkow sesekali. Sehingga punya manfaat yang besar juga bagi orang lain dan bikin ga harus selalu keluar rumah untuk bertemu teman-teman :)  dan mendapat aura keyahudan.

Maka menjadi syarat penting bagi rumah itu untuk punya ruang publik yang bisa dipake rame-rame dan ada pojok nongkrongnya dengan tetap ada beberapa ruang privat.

Begitu sekilas cerita ide rumah yang yahud menurut saya. Kamu?



Tuesday 12 January 2016

Hari 12: Masa Tua - Masa Membahagiakan

Di Bandung saat ini, lagi muncul banyak taman kekinian. Kekinian dalam arti taman yang beneran dibikin dari awal ataupun taman yang direnovasi. Baik direnov total ataupun diperbaiki sedikit-sedikit. Ada yang diperbaharui temanya maupun tetap di tema awal taman tapi diperkuat perannya.

Salah satu taman yang saya kunjungi hari ini adalah taman Lansia atau taman Cilaki. Taman ini sudah ada sejak lama. Buat saya sendiri, taman Cilaki adalah salah satu taman yang punya kesan mendalam. Dari taman Cilaki inilah perjalanan aktivitas saya dimulai. Dimulai dari kumpul perdana untuk jadi relawan Festival Hari Bumi YPBB. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan terkait kampanye gaya hidup organis selanjutnya. Dll dst sampai akhirnya gak kerasa udah sekitar 10 tahun ada lingkar ini.

Hari ini saya kepikiran untuk duduk-duduk di meja piknik. Mejanya cukup panjang. Bisa menampung sekitar 10 orang sepertinya.


Meja piknik di taman Lansia yang bisa menampung sekitar 10 orang 


Karena ada 1 piknik yang penuh diisi ibu-ibu dan bapa-bapa yang makan rame-rame, maka saya cari meja piknik lainnya. Ada 1 meja yang agak kosong, tapi tetap perlu bertetangga dengan beberapa pengunjung taman lainnya. Sambil nunggu temen datang, saya isi dengan aktivitas mewarnai dan tentunya sambil nguping pembicaraan orang-orang di sisi kanan dan kiri. Bukan kepo-kepo amat sih, ya emang kedengeran weh.

Sisi  kanan saya awalnya duduk seorang bapak-bapak yang baca koran dengan santai. Lalu berganti dengan dua ibu-ibu yang bawa makanan, lalu pada ngerumpi. Isi rumpiannya seputar anak-anak dan cucu. Sudah disana-sini, sudah kerja ini itu dan pengalaman nengok cucu. Sisi kiri saya isinya 2 bapak-bapak. Satunya dulu pejabat, tepatnya kepala dinas di sebuah kota di luar Jawa. Yang baru pensiun 1 tahun. Keduanya tampak ngobrol seru. Sepintas, beberapa orang tua ini tampak bahagia dengan aktivitas nongkrong di taman. Mungkin karena nemu tempat dan teman ngobrol yang pas. 


2 bapak yang lagi ngobrol seru :) 


Dari obrolan kanan kiri tersebut, saya lalu jadi mikir (lagi) bahwa kehidupan pas tua tuh perlu diisi dengan aneka hal yang membahagiakan. Jalan-jalan, olahraga dan ngadem di taman bisa jadi salah satunya. Dan hal-hal membahagiakan tersebut bisa dan atau perlu direncanakan dari sekarang.

Dan saya jadi teringat dengan tulisannya Tarlen tentang Rumah Senja sebagai bentuk alternative “rumah jompo”. Rumah jompo yang banyak dimaknai negatif itu dimaknai berbeda oleh Tarlen sebagai seorang crafter di kota Bandung yang selama ini banyak membuat ruang-ruang beraktivitas. Khas Tarlen lah. Cuma kalau Tobucil dikonsep untuk kondisi  saat ini, Rumah Senja versi lansianya. Lengkapnya tentang Rumah Senja bisa dilihat di sini

Jadi, hal membahagiakan apa yang bakal kamu kerjakan di hari tua nanti? Mulailah dengan melakukan hal-hal membahagiakan di masa sekarang J



Monday 11 January 2016

Hari 11: Teruntuk Teman-Temanku

Setelah penantian panjang selama 3 bulan, akhirnya ditayangkan juga cerita tentang aktivitas saya bersama temen-teman di YPBB di Kompas TV! Dan beberapa saat kemudian, sampailah CD ini di kantor YPBB. Terimakasih Yessi dkk dari tim Cerita Indonesia :) 




Cerita siarannya berkisar tentang aneka gaya hidup ramah lingkungan dan dikemas dalam acara buka puasa bersama. Buka puasa bersamanya beneran ada makan-makan dan dibiayai oleh tim Cerita Indonesia! 


Snack buka puasa pas syuting (1)


Snack buka puasa pas syuting (2)


Foto: Tim Cerita Indonesia Kompas


Tentunya bukan hanya makan snack dan es buah aja, tapi sekalian diborong @garasimerdesa alias tukang kopinya juga ke acara syuting tersebut. Walaupun harga borongannya harga temen (temen yang gak tau diri hahahhaah), tapi mereka mau bawa segala pernak perniknya ke Sidomulyo 21 sebagai lokasi syuting. 


Satu set pernak-pernik seduh @garasimerdesa :) 


Acara syuting ini menghabiskan waktu hampir seharian. Totalnya waktu persiapan dan syuting sekitar 10 jam. Dari siang-sore, tim dibagi ke 2 lokasi. Ada yang di kantor dan ada yang keluar kantor untuk jadi model pembeli yang ramah lingkungan. Bahkan sampai bajak staf-staf kantor yang lagi rapat heheh..


Tim yang syuting sebagai pembeli ramah lingkungan (Foto: Tim Cerita Indonesia Kompas TV)

Tim yang syuting di kantor  (Foto: Tim Cerita Indonesia Kompas TV)

Tim yang syuting di kantor (2)

Ketika menjelang waktu berbuka, sekitar jam 5, kita mulai berkumpul di ruang tengah untuk syuting acara buka bersama. Deg-degannya udah ga karuan, karena teman-teman yang mau bantu jadi pemeran peserta buka puasa datang sedikit demi sedikit. Tapi akhirnya kami sampai pada formasi cukup banyakan. 
 

Adegan berbuka puasa di ruang tengah (Foto: Tim Cerita Indonesia Kompas TV)

Adegannya jadi asli beneran banyakan dan acara syuting selesai bersamaan pula dengan terdengarnya adzan magrib. HOREEEE mari kita makaaaann :) 

Rasanya pengen peluk satu-satu semua teman yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mensukseskan acara syuting ini :) Semua datang dengan sukarela dan bahkan beberapa diantaranya ikut sumbang makanan juga! 

Dari lingkar teman-teman surveyor ada: Dina dan adiknya, Fadil, Yudha, Trisna, Herlan
Dari lingkar staf ada: Euis, Gundala, Tiwi, Yosa, Iwut, Arif, Gio, David, Aang
Dari lingkar saudara seperkopian ada: Wina, Agung, Ery, Dody, Dolly, Nana, Kiki, Mang Ayut, Iso,
(kalau ada yang sampai luput belum tertulis namanya, mohon dimaafkan). 

Teruntuk semua teman-temankuh, hatur nuhun pisannnn :) Tong karapok kalau kapan-kapan diajak syuting bareng lagi!

Setelah acara makan-makan dan minum-minum selesai, satu-persatu mulai pulang. Dan si sayah mulai melanjutkan adegan syuting bagian akhir sabari mulai rada tunduh sampai jam 10 malam. 










Hari 10: Teman dan Creativenet

Sekeloa = kampus Unpad ilmu lingkungan. Anggapan ini saya dapatkan karena saya mengenal pertama kali area Sekeloa ketika ada pertemuan tentang lingkungan (lupa tepatnya pertemuan apa).



Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2015, saya kemudian rutin datang ke Sekeloa. Tepatnya ke Jl. Sekeloa no 2 Kubang Selatan, kantor Risetindie. Seminggu paling tidak saya datang ke sana 2 kali untuk koordinasi rutin. Ya, karena di tahun 2015 saya berani mencoba mempartime-kan diri pada kerjaan di luar YPBB. Setelah bertahun-tahun beraktifitas fulltime di YPBB. Tepatnya di di Program Creativenet yang digarap rame-rame di Risetindie.

Banyak hal seru yang didapat dalam durasi 8 bulan bersama-sama tim Risetindie. Selain pengalaman kerja baru yang didapat, tentu saja yang menarik perhatian saya adalah jalinan pertemanan yang terjadi di dalamnya. Teman satu tim, teman-teman dampingan dan relasi-relasi baru yang terkandung di dalamnya membuat saya menemukan “dunia baru”. Mereka yang baru berarti tantangan baru, pengalaman baru, cerita baru, cara baru dalam bekerja dan cara baru untuk bersenang-senang.


Kiri ke kanan: Dini, Melinda, Shendi, Kandi, Anil, Mita, Saska, Wulan, Awang, Evan  + Debby (Foto: Creativenet)

Entah mengapa, dari jaman sekolah dulu, rasanya memang teman-teman dan jalinan pertemanan lah yang selalu membuat saya semangat saat bangun tidur untuk berangkat beraktivitas setiap harinya.

MARI SEMANGAT!




Sunday 10 January 2016

Hari 9: Baso dan Diet

Kemarin sore, hujan-hujan dan tiris-tiris ada acara makan baso yang haneut dan ladaaaaa!


Basyoooo (Foto: Jessisca Fam)

Sambil makan baso, tentunya sambil ngerumpi sama temen-temen cewe. Ngobrol ngaler ngidul tentang kehidupan. Tapi kemudian saya jadi kepikiran bahwa, ada masanya saya sempat menyetop kegiatan baso membaso ini beberapa bulan di tahun 2014.

Kala itu, dengan motivasi yang tinggi untuk menormalkan berat badan, saya datang ke puskesmas untuk minta saran dari dokter tentang cara diet yang baik dan benar. Dokternya sampai heran karena tampang saya gak nampak kaya orang yang sakit alias segar bugar. Tapi karena memang tujuannya pengen ngurusin badan, maka langkah awal yang ditempuh adalah periksa dulu kadar gula darah, kolestrol dan asam urat. Gula darah aman (sempat khawatir ada sesuatu karena di keluarga ada riwayat penyakit diabetes). Asam urat aman. Nah yang rada mengkhawatirkan adalah kolesterol. Gak parah banget sih, tapi lewat batas aman sedikit. Dan dideteksi obesitas. Sampai ditimbang bolak-balik pakai 3 timbangan yang ada di puskesmas. Jeng jrengggggggg!

Dari dokter umum dan periksa darah, saya kemudian dirujuk ke ahli gizi. Kata ahli gizi, saya diminta kurangi ini itu. Langsung lieurrr karena selama ini, saya pemakan segala alias sagala beuki, tukang ngabisin makanan cewe-cewe yang makan dikit doang aja ngerasa kenyang, tukang nyikat makanan di kantor pula. Yang saya inget banget untuk dikurangi: daging merah lebih baik sangat dikurangi (artinya baso engga lah pasti), ayam dan telor hanya  seminggu 2 kali, kurangi sangat gorengan dan snack-snack. Sayur dan buah perlu diperbanyak. Makan terakhir diupayakan sedapat mungkin sebelum jam 6 malam dan porsi nasi dikurangi sampai setengahnya.Ahli gizi ini tau banget euy kalau si saya rakus luar biasa. Ampuuuunnn!

Perjuangan warbiyasak! Malem pertama pas mau tidur rasanya lapeeeeeerrrrr banget. Tapi karena niat kuat, ya ditahan dan dipaksain tidur ajasih. Dan besok-besoknya aman lancar. Dan juga jadi rajin masak. Pagi-pagi biasanya langsung masak untuk 3 kali makan. Bekel sampai bermisiting-misting. Dijaga banget karena kalau beli, relatif susah juga dan segala digoreng. Taat banget untuk sekitar 2.5 bulan. Setelah itu jeboooooool dan mulai bandel lagi. Tapi setidaknya habis itu apa yang masuk ke dalam mulut lebih terkontrol. Dan hasil yang membahagiakan: dalam waktu sekitar 3 bulan, SAYA SEMPAT TURUN BERAT BADAN 5 KILOAN. Tanpa obat-obatan dan ini salah satu prestasi luar biasa di tahun 2014.Sekitar 4 bulan yang lalu timbang badan ternyata TURUN 7 KILO dari berat awal di tahun 2014. WOW!

Bagaimana dengan saat ini? Saya mulai pemakan segala lagi tapi gak separah dulu. Saat ini masih gamau timbang badan lagi karena kerasa mulai meral lagi. Hayulah mari kita mulai hidup sehat dan mengatur pola makan lagi :)

Friday 8 January 2016

Hari 8: Pencegahan Food Waste!

Beberapa saat yang lalu, saya diundang datang ke sebuah acara yang aneh bin ajaib. Tak usah disebut judul acaranya maupun penyelenggaranya deh. Yang pasti di acara tersebut, saya dapat 2 istilah baru yaitu food waste dan food loss. 2 istilah tersebut terjadi karena ada ke-tidak-efisiensi-an aneka kegiatan pengeloaan makanan. Mulai dari tahap produksi, distribusi sampai akhirnya ke konsumsi dan juga pembuangan akhir.

Kalau mau bongkar-bongkar kebiasaan lama, ternyata kita-kita ini orang Endonesya punya banyak cara untuk meminimalisir masalah dalam limbah makanan tersebut. Pada suka makan nangka kan? Nangka enak buat dimakan dalam keadaan matang maupun mentah.

Kemarin sore, saya bareng temen-temen makan nangka yang udah mateng. Diambil langsung dari kebon Soreang. Enak! Nyam-nyam. Ceritanya sebagai snack rapat. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba datanglah biji nangka yang sudah direbus. Nyam-nyam deui wae. Enak! (selain doyan, emang mulut kita para peserta rapat ga brenti ngunyah snack dari pagi sampe sore rapatnya beres heheheh)




Jadi teringat kebiasaan dulu di rumah Cimahi juga gitu. Biji-bijinya wajib dikumpul di suatu wadah dan biasanya bisa jadi camilan lagi dengan direbus. Dulu mah ga kepikiran bahwa kebiasaan jadul ini bisa berguna juga untuk mengurangi tumpukan sampah di akhir. Selain direbus begitu saja (biasanya dikasi garam dikit supaya ada citarasa asin), dari hasil googling sekilas, ternyata bisa diolah juga jadi minuman (sejenis susu) dan juga keripik biji nangka.

Kebiasaan lain juga yang saya inget jaman dulu adalah: di rumah pernah bikin tumis kulit singkong. Saya gak pernah ikut makan sih. Asa males aja liatnya. Singkongnya sih doyan, baik yang direbus apalagi yang digoreng. Tapi kulitnya gak minat. Kepikiranya teh, asa segitu-gitunya amat, kuatka kulit oge diolah jadi bahan makanan. Memang istilah tumisnya itu disebut kadedemes dalam bahasa sunda. Kurang lebih kalau di-Indonesia-kan artinya sesuatu yang dimanfaatkan segitunya banget lah. Katanya yang enak itu, kulit singkong yang warna pink. Direbus, lalu dipotongin dan dimasak kaya tumis aja seperti biasa. Kalau dulu udah punya konsep tentang pengurangan sampah dari awal, mungkin saya mau mencoba masakan kadedemes itu, atau kalau rasanya kurang beres (makanan di rumah dulu suka kurang kuat citarasa bumbu asin manisnya), mungkin saya lebih niat untuk belajar masaknya.

Hayo didata-didataaaaa, cara apalagikah yang bisa membantu kita untuk mengurangi limbah makanan dari awal?





Thursday 7 January 2016

Hari 7: Tahun Baru, Barang Baru?

Tahun baru seringkali diidentikkan dengan hal-hal baru. Di awal tahun ini, saya "terpaksa" beli payung baru. Saya tulis kata terpaksa dengan tanda petik karena sebenarnya saya tak ada niatan untuk ujug-ujug punya barang baru di awal tahun 2016 ini.




Salah satu masalah besar dalam diri saya adalah ceroboh. Simpen barang seringkali sembarangan dan berujung dengan susah kalau mau cari. Dan dampak lain yang timbul dari sifat ceroboh adalah suka ketinggalan barang. Contoh paling parah ketinggalan barang adalah di angkot. Dengan perjalanan panjang dari rumah ke kantor (sekitar 1.5 jam) biasanya aktivitas yang dilakukan adalah syare. Payung yang basah biasanya disimpen di bawah. Pas bangun, buru-buru mau turun dan payung jadi korban barang ketinggalan. Payung yang saya pakai jarang sampai rusak. Sebelum rusak, udah keburu ilang duluan karena sifat ceroboh tersebut. Tapi karena payung memang dibutuhkan, akhirnya terpaksa beli baru lagi.

Barang lain yang sering hilang juga adalah gunting kuku. Padahal saya selalu berusaha simpen gunting kuku di tempat yang sama. Tapi masalah timbul biasanya kalau gunting kuku dipinjamkan ke orang lain. Minjeminnya gak masalah, tapi suka lupa nagih, trus teuing weh ilang.

Flashdisk juga ilang melulu. Masih belum tau gimana caranya supaya gak ilang-ilangan wae. Jadi kesimpulannya, masih ada PR besar bagi saya untuk memperbaiki sifat ceroboh ini, supaya benda-benda gak sering ganti yang baru dan bisa dipakai selama mungkin.

Wednesday 6 January 2016

Hari 6: Kebahagiaan?

Tulisan ini mengutip dan terinspirasi dari salah satu video TED tentang kebahagiaan yang dibawakan oleh seorang psikolog bernama Dan Gilbert. Ada 3 video presentasi yang dibawakan oleh Dan, videoinilah yang paling saya suka. 





Kebahagiaan adalah sebuah kata yang seringkali menjadi tujuan dari segala hal yang kita lakukan. Coba kita ingat-ingat,  Seberapa seringkah kita merasa bahagia? Sering? Jarang? Kadang-kadang? Atau hidup kita begitu menyebalkan?

Saat kita mendapatkan apa yang kita inginkan, biasanya kita lantas merasa bahagia. Dapet setengah dari apa yang kita mau, ya cukup bahagia tapi ga bahagia banget. Kebahagiaan itulah yang disebut kebahagiaan natural.





Tapi, kadang kala, kita ga dapet apa yang kita mau. Entah karena keinginan yang diset terlalu tinggi dan tidak realistis ataupun  karena memang hal tersebut (biasanya baru kita sadari sesudahnya) malah ga bagus buat kita. Gimana menyikapi kondisi ini? Kondisi di saat gap antara keinginan dan kenyataan begitu berjarak?

Untungnya ada satu jenis lagi kebahagiaan yang disebut dengan kebahagiaan sintetis. Rasa bahagianya bisa sama dengan kebahagiaan natural. Jadi, kebahagiaan sintetis itu cenah adalah kebahagiaan yang kita karang begitu kita tidak dapat apa yang kita mau.




Ada beberapa eksperimen yang menunjukkan bahwa kebahagiaan sintesis itu begitu nyata. Panjang kalau diceritain. Intip langsung di videonya ya. Buat yang bahasa inggrisnya kurang lihai, tinggal pilih setingan tarjamah Indonesia pada video yang ada di webnya-TED.

Di dalam video tersebut, ada sebuah ungkapan yang begitu begitu berkesan bagi saya




"Tidak ada yang baik dan buruk. Berpikirlah yang membuatnya begitu." Rupanya kekuatan pikiranlah yang akan menentukan tingkat kebahagiaan kita. Suatu ungkapan yang saya setujui dengan cepat dan sebagai pengingat akan potensi kecerdasan pikiran sebagai manusia yang perlu dimanfaatkan secara maksimal. Tetapi di satu sisi, saya masih berusaha menyaring makna dari ungkapan tersebut.

Mari berproses!



Tuesday 5 January 2016

Hari 5: Piknik ke Baksil Yuk (Episode 2)

Beberapa minggu belakangan ini, saya bersama teman-teman asik piknik di Baksil. 
Dulu banget, ternyata saya pernah nulis tentang piknik di Baksil. Tapi edun lah itu mah piknikna ge, kuatka masak bareng heula dan bawa perabot lengkap pleus sekeluarga besar YPBB. Niat pisan lah. Lengkapnya simak di sini

Piknik edisi Baksil akhir 2015 dan awal 2016, gak gitu-gitu amet seriusnya hehehe. Tapi paling enggak, dicoba dirutinkan sebulan sekali wae mah sehingga kami gak terkena sindrom #kurangPiknik karena tekanan hidup yang makin menantang dari hari ke hari.

Baksil ini ada area hutannya, lalu ada area adu domba dan ada area jembatan kayunya. 
Piknik niat tahun 2014 itu lokasinya di dekat area adu domba. Piknik yang sekarang-sekarang ini seringnya di jembatan kayu. Asik tempatnya dan akses angkot beneran langsung ke TKP. Bisa dipake buat nangkring doang, ngobrol, baca buku, tidur-tiduran juga boleh, piknik bari ngampar, termasuk popotoan. 

Ketika kita masuk ke TKP, akan terlihat tangga-tangga.



Tangga-tangga Baksil (Foto: Jessisca Fam)

Di tangga-tangga itu ada beberapa spot yang bisa dipake ngampar. Yang selama ini kita rasa paling enakeun, yang menghadap ke hutannya langsung karena areanya cukup luas untuk banyakan. 



Spot favorit di Jembatan Baksil yang biasa dipake piknik (Foto: Jessisca Fam)

Di tempat tersebut, bisa dipakai duduk dan makan-makan tentunya. Pastikan tidak meninggalkan sampah apapun deh di tempat seru macem ini. Apalagi dilempar-lembar ke bawah jembatan. Di bawah jembatan itu, soalnya udah mulai ada sampah-sampah plastik. Atulah, meni teu seru pisan piknik teh, ko malah meningggalkan jejak. Cara termudah, bekel makanan yang sama sekali gada kemasannya. Cara kedua, bekel makanan dan minuman pake wadah yang bisa dipakai ulang. Maenya weh atuh tumbler dan misting rek dialung-alung ka handap 



Ini salah satu contoh bekal kami (Foto: Jessisca Fam)

Kegiatan lain yang bisa dilakukan, bisa sambil melakukan aktivitas hobi seperti membaca, mewarnai dan lain-lain. 



Hayu mewarnai! (Foto: Jessisca Fam)

Ataupun fofotoan! Selain foto-foto narsis, saya juga sempat melihat beberapa kali ada pemotretan untuk produk ataupun pra-wedding. Katanya sih cukup sering jadi lokasi pemotretan.




Foto narsis heula (Foto: Jessisca Fam)

Kalaupun hanya mau duduk-duduk ataupun gogoleran menikmati menikmati sejuknya udara di Baksil, pemandangannya seruuuu. Bila beruntung, akan ditemukan tupai yang sedang jalan-jalan di pohon. 



Surai-surai akar pohon dan rumpun bambu! Lejaaatttt 


Jadi, kapankah kita piknik lagi? Mariiii :) 


Monday 4 January 2016

Hari 4: Pake Lungsuran?!? SIAPA TAKUTTT

Waktu kecil, saya punya satu anggapan bahwa: memakai barang bekas orang lain adalah hina. Panjang ceritanya sih sehingga akhirnya saya bisa punya anggapan seperti itu.

Tapi dengan seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman dan juga pemikiran-pemikiran baru yang didapat dari teman, pelatihan, film dan juga diskusi-diskusi, akhirnya saya saat ini punya 1 cara pandang baru terhadap barang lungsuran. Jangankan saya anggap hina, justru sekarang malah jadi doyans.

Bahkan saya bekerja di yayasan pengumpul barang bekas. Hahahha, itu plesetan kepanjangan dari YPBB alias tempat saya beraktivitas saat ini. Aslinya bukan itu tapi. Lengkapnya simak di ypbbblog.blogspot.com ya. Yang pasti, menggunakan barang lungsuran adalah salah satu hal yang kami promosikan sebagai upaya pengurangan sampah untuk prinsip REUSE.


#barangLungsuran hatur lumayan: Panci kandel, 1 piring stainles dan 1 kaca + 2 gelas

Foto yang saya upload adalah barang lungsuran dari seorang teman yang katanya mau balik ke rumah setelah bertahun-tahun ngekos. Panci, piring dan gelas adalah barang yang malah ribet dibawa-bawa lagi ke rumah dan juga barang-barang tersebut jelas-jelas ada di rumah. Ngapain dibawa lagi cenah.

Punya barang-barang bekas yang masih bisa digunakan oleh orang lain? Mari lungsurkan!

Hari 3: KADAEK? Itulah yang Akan Menggerakkan

Salah satu pemecahan masalah sampah adalah mengubah gaya hidup di tingkatan individu. Namun, yamemang banyak pisan tantangannya.

Yang paling sering disebut-sebut adalah terkait peraturan pemerintah. Kalau sampai ke bagian itu, biasanya kata-kata yang muncul adalah: sulitnya penegakan aturan. Sebenarnya undang-undang terkait persampahan sudah bagus (kalau yang penasaran bisa digoogling UU no 18 tahun 2008). Yang masih belum bener-bener beres adalah penjabarannya menjadi peraturan yang lebih detil dan juga bagaimana itu bisa derrrrr dijalankan di dalam keseharian di seluruh daerah di Indonesia. Maka hal-hal  tersebutlah yang sedang terus diperjuangkan.

Hal lain yang sering disebut-sebut juga adalah: karena memang sumber sampah itu memang diproduksi terus-menerus. "Makanya tutup aja pabrik-pabrik plasik dan makanan berkemasan", itu salah satu ungkapan yang beberapa kali saya dengar. Apakah sesederhana itu? Nyatanya pelik juga masalahnya dan tak sesederhana menutup pabrik. (walaupun, penutupan pabrik bisya wae sih dilakukan hehehe)

Ditambah dengan masih sedikitnya (atau kurang pengetahuan kita) akan tempat-tempat yang bisa menjadi solusi dari masalah persampahan. Itu yang sedang coba dipetakan secara partisipatif dalam bebassampah.id

Yatapikak, gakan ada selesainya kalau terus-menerus membicarakan faktor tantangan perubahan gaya hidup. Kabar gembiranya adalah: kita sebagai manusia diberikan kemampuan untuk berpikir dan memilih! Dalam kondisi seburuk apapun, kita bisa memilih untuk mengurangi sampah dari awal.


1 paket bekal saat #piknikImpulsip


Gambar di atas adalah salah satu contoh "keriweuhan" perubahan gaya hidup untuk pengurangan sampah tersebut. Perlu waktu untuk balanjanya, perlu waktu untuk masaknya, perlu skil untuk masaknya, perlu peralatan masak yang memadai, perlu perabot penunjang (misting, tas kain, tumbler), dan nu paling penting adalah perlu KADAEK. Riweuh, tapi saya sadar betul bahwa itu perlu dilakukan. Tah yang paling mahal mah si KADAEK! Tapi itulah energi terbesar yang bisa menggerakkan kita-kita dari tingkatan individu maupun untuk menghadang tantangan lain yang lebih besar yang saya sebut di awal.

Yuk, kurangi sampah dari awal dengan tekad dan niat yang konsisten untuk melakukannya.

Saturday 2 January 2016

Hari 2: Piknik Edisi Impulsif KRD

Bermula dari obrolan pagi pas bangun tidur terkait keinginan naik kereta dan kemudian akhirnya ujug-ujug pergi weh naik KRD! Sehingga judul acaranya adalah Piknik Edisi Impulsif KRD sebagai hiburan murah meriah di awal tahun 2016!

(KRD = Kereta Rel Diesel, kereta ekonomi jalur Padarang - Cicalengka)

Setelah bak-bik-bek masak nyiapin bekel piknik, supaya hemat gak jajan + gak nyampah, akhirnya sampailah ke stasiun selatan Bandung sebagai meeting poin kita bertiga.


Peserta hari ini! Anil, Selly dan Wina (Koleksi Foto: Selly Agustina)

Dan ternyata kita salah pilih hari piknik! Penuh pisan stasiun selatan...Kayanya sih mau pada liburan. Secara ini tanggal 1 Januari sebagai tanggal merah.


Suasana di Stasiun Selatan Bandung yang padats

Setelah melalui proses ngantri lama (bahkan kita harus ngantri sebelum loket dibuka. Sejenis kaya mau nongton bioskop film hitz) dan juga pasesedek, akhirnya kita bertiga masuk ke dalam stasiun. Kereta api sepertinya jadi pilihan banyak orang di hari libur kayanya karena unik (maksudnya gak setiap hari dinaiki) dan murah! 4000 rupiah aja dari Bandung ke Padalarang. Kalau naik angkot, mungkin sekarang ada di kisaran 10ribuan.





Jam keberangkatan tentunya telat. Sekitar setengah jam dari jadwal yang tertera di karcis. Wayahna weh kalo ekonomi mah. Soalnya emang kadang lambat, kadang cepet. Entah mengapa begitu. Bahkan kereta ekonomi ini harus ngalah kalau ada kereta eksekutif lewat.

Tapi walau begitu, semuanya tetap riang dan gembira hehehehe


Riang gembira dengan 8000 rupiah (Koleksi Foto: Selly Agustina)


Beneran banyak keluarga yang liburan dengan memanfaatkan jasa kereta apa ini!
4000 dengan fasilitas colokan dimana-mana sehingga bisa nge-cas dan AC sehingga udara lebih sejuk udah paling asik untuk dicoba babarengan sekeluarga.


Sepanjang gerbong kereta, dipenuhi keluarga yang bawa anak kecil

Selain itu, ada petugas kebersihan yang lalu lalang menyapu sepanjang gerbong. Tapi angger weh ya, ada aja orang yang masih buang sampah di kolong-kolong tempat duduk. Heran ya, padahal udah diseting supaya nyaman dan bersih.

Singkat kata singkat cerita, sampailah kita di Padalarang.

(koleksi foto: Selly Agustina)


Lalu sampailah kita ke Padalarang. Beberapa stasiun yang dilewati adalah Ciroyom - Cimindi - Cimahi dan Gadobangkong. Dan lalu botramlah kita. Asalnya mau cari semacam taman yang deket stasiun. Tapi jigana gada. Akhirnya kita gelar kain di salah satu pojokan stasiun Padalarang. Rada aneh sih tempatnya karena satu ruang kosong melompong gitu samping lapak roti O.


Mari kita pikniiikkkk :-)

Udah kenyang dan ngobrol-ngobrol, maka pulanglah kitaaaa. Sampai ketemu di Piknik Edisi Impulsif lainnya :-)



Foto deui sebelum pulang! (Koleksi foto: Selly Agustina)