Di kelompok Coblong
ini, rasanya saya seperti bertemu dengan 1 keluarga baru. Kita hanya bertemu
muka hanya sekitar 1 jam di pertemuan briefing, 5 jam saat survey dan sekitar 9
jam di hari H (total 15 jam tatap muka ditambah dengan komunikasi-komunikasi tidak
langsung (sms/whatsapp/twiter/email dll), tapi sekarang saya merasa memiliki
keluarga baru!
Inisiasi awal
komunikasi di luar pertemuan tatap muka dimulai dari pa ketuanya duluan. Kita
dibuatkan grup di whatsapp sehingga bisa komunikasi dengan lebih efisien. Dari
grup itulah semuanya bermula. Ada kontak lewat email juga sih untuk hal yang
lebih formal, tapi sebenarnya yang benar-benar mendekatkan kita adalah si grup
itu (ditambah dengan kombinasi mention-mention di twiter dan sejenisnya).
Kemudian dilanjut
dengan kumpul perdana. Yang mana itu lokasinya di Mc D simpang. Dipilih tempat
itu (mungkin) karena dianggap tempat yang cukup nyaman dan strategis (dan bisa
sarapan dulu juga). Jreng jrengggg. Waktu kumpul di saung angklung udjo,
sebenarnya belum terlihat gambaran umum dari setiap anggota tim. Jadi inilah
saat perdana kita mulai membentuk tim kecil dan (nanti akhirnya) kita jadi
seperti keluarga baru yang bahagia.
Balik lagi ke dongeng
briefing. Saat itulah, saat saling menunggu, menjadi saat orang saling
men-scaning satu sama lain. Dan mencoba mencari bentuk komunikasi yang paling
pas. Diskusi pun berjalan mengalir begitu saja tapi tetap tercapai tujuan dalam
pembuatan kesepakatan-kesepakatan. Saat survey berjalan pun, sebenarnya saya
merasa belum benar-benar mengenal lokasi mengajar nanti. Selain
karena kelasnya pun tidak berjudul (tidak ada tulisan kelasnya loh), dan kita
juga lupa-lupa ingat kebagian kelas apa sebenarnya heheeh. Ya begitulah, tapi
paling tidak, masing-masing dari kita mulai merasakan kesan dari tempat
tersebut dan itu cukup berguna untuk membantu dalam memikirkan strategi di hari
H. Acara survey secara resmi ditutup dengan makan siang bersama di tempat makan
yang cukup sederhana. Obrolan demi obrolan kami lewati. Secara umum, dalam
pandangan saya, selain konten diskusi dan survey, rasanya mulai membangun
chemistry diantara anggota tim menjadi hal yang cukup (kalau buat saya sangat sih eheh) penting saat pertemuan
pertama tersebut.
Kedekatan itu mulai
dirasakan ketika akhirnya beberapa “anak nakal” akhirnya dibujuk rayu untuk
ikut ke Goethe institut. Bukan hal serius yang kami lakukan dan juga bukan hal
yang terkait persiapan kelas inspirasi. Tapi..jreng jreng jreng..kami main
aneka permainan meja. Nah, marketingnya satu orang yang mana provokatornya
hehehe yaitu Aji. Terjebaklah (tapi bahagia) 3 orang anggota tim ke TKP.
Letaknya dekat starbak alias skolah taruna bakti. Proses main-main yang seru
itu, mulailah proses pamer-memamer terjadi. Beberapa proses bermain dan juga
media permainan diupload untuk ngabibita anggota tim lainnya. Dan rupanya strategi
pamer itulah yang juga menjadi pemicu keakraban si keluarga baru ini. Bahkan
anggota tim yang jauh disana alias pa Hafzal yang notabene sudah cukup senior
umurnya, masih ikut memantau aktifitas “gak penting tapi seru” tersebut.
Setelah itu yang
terjadi adalaaaaahh, masih aktifitas saling pamer media persiapan ngajar.
Tujuannya sih supaya saling menyemangati. Dan kehangatan dan keakraban mulai
terasa saat itu. Anggota tim yang belum mulai menyiapkan properti mulai panik
dan aktivitas saling pamer rupanya mulai meningkatkan energi positif seluruh
anggota tim. Bahkan kita kirimkan wuzzz
juga untuk anggota tim yang mulai terserang sakit. Harapannya supaya hari H
bisa sehat dan ikut berbagi juga.
Kehadiran Christy yang
baru muncul dan langsung jadi ice breaker, itu juga merupakan salah satu
kejutan. Bayangkan, tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi tiba-tiba dia bisa
mengisi celah yang kosong di dalam tim. Luar biasa kan? Bahkan diapun pulang
duluan karena perlu balik lagi ke pekerjaannya (di luar kota bahkah di luar
pulau jawa). Selama proses mengajar
tersebut ada koordinasi-koordinasi yang dilakukan. Memang sebetulnya kurang
bagus manajemen timnya karena memang tidak ada 1 orang yang khusus bertugas
menjadi time keeper dan juga khusus memikirkan strategi kelas yang kosong
(karena ada yang tidak datang, karena ada inspirator yang ngajar 2x di tempat
yang sama dll). Tapi secara umum proses koordinasi berjalan lancar. Bahkan
dengan teman-teman fotografer juga. Padahal tidak ada koordinasi yang terlalu
detail di awal. Alhamdulillah. Rupanya
kekuatan tujuan yang samalah yang bisa membantu terlaksananya proses pada hari
H.
Saat proses kepulangan
pun keluarga baru ini mulai saling membantu. Ada yang mau bersedia memberi
tebengan, ada juga yang siap nebeng :) Ada yang bawa motor dan ketemu langsung di
TKP, ada juga yang memang perlu pulang dulu dan ketemu di TKP, ada yang langsung
ngampus dan kerja lagi. Demikianlah kekompakan mulai terjalin. Kemudian akhirnya
proses makan siang bersama dan istirahat (termasuk ada yang main ayun-ayunan bareng)
rupanya kembali menambah deretan panjang keeratan tim. Ngobrol dan
bercakap-cakap menjadi sarana kami untuk saling mengenal satu sama lain.
Pastinya belum dalam, tapi ini modal penting untuk proses komunikasi di
kemudian hari. Kami (atau paling tidak saya sendiri) ingin supaya ini bukan merupakan
perjumpaan pertama. Dan ada perjumpaan selanjut dan selanjutnya lagi untuk
proses kolaboratif selanjutnya.
Singkat kata,
menujulah kami ke tempat debriefing. Nah, inilah saatnya kita “pamer lagi”
Tiba-tiba tim ini memiliki yel-yel yang cukup heboh dan kita teriakkan dengan
bangga: Coblong, Coblong, Coblong Yessss! Itu muncul begitu saja heheh. Ada
proses pembagian kelompok baru di proses debriefing itu, tapi rupanya itu tidak
menghalangi tim ini untuk saling mencari saat akan berpisah. Proses foto
bersama memang paket kegiatan dari panitia, tapi setelah itu ada proses
foto-foto kreatif yang tim bikin sebelum pulang. Saat itu mulai terasa berat
untuk berpisah dan itu ditandai dengan inginnya kita kumpul lagi di acara
selanjutnya. Mungkin ada rasa yang sama yang dirasakan. Entahlah apa itu
namanya. Akhirnya kami membubarkan diri dan kembali ke aktivitas masing-masing.
Semoga bisa lahir kolaborasi-kolaborasi baru setelahnya di dalam keluarga baru
ini.
Eits, ceritanya belum
usai (dan memang jangan usai sampai di sini)
Sepertinya beberapa orang memiliki relasi lanjutan dari proses 15 jam ini. Saya sendiri bisa mencapai salah satu (dan tujuan terbesar) mengikuti program ini yaitu: mendapatkan teman dan jejaring baru. Saya merasa punya keluarga baru :) Ini terasa (mungkin) karena masih ada proses kontak-kontak selanjutnya dan beberapa ikatan emosional yang telah terjadi. Moga kita menjadi keluarga baru yang bahagia dan bisa saling bersinergi. We are Happy Family :)
*tulisan ini dulu ditulis sebagai PR untuk bahan e-book. Foto kolase seluruhnya didapat dari jepretan tim foto Coblong.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete