Saturday 17 September 2016

Sabatical Year

Sejak mulai jadi partimer YPBB, saya tanpa sadar, mulai membuat diversifikasi aktivitas. Mulai ikut dan mengerjakan beberapa kegiatan baru dan mulai cari lingkar pertemanan baru juga. Kondisi itu makin menguat saat akhirnya saya memutuskan untuk akan resign akhir tahun ini (2016). Makin gelo deui jumlah "ekskul" yang diikuti dan dikelola. Ekskul tanda kutip maksudnya adalah aneka aktivitas dan hal-hal baru yang sedang saya jalankan. Hal baru bisa berarti beneran kegiatan/kebiasaan yang baru banget dijalankan tahun ini, bisa juga berarti kegiatan yang sudah mulai dijalankan 2-3 tahun terakhir dan tahun ini kegiatan tersebut makin cihuyy seperti si #1minggu1cerita.

Dampak dari banyaknya "ekskul" ini, saya mulai keteteran atur waktu. Puncak kegeloan itu berada di 2 minggu terakhir ini. Kegiatan padat dan saya ada di beberapa kota dalam rentang waktu tersebut. Ampuunn dah! Seru mah seru, tapi ada kerjaan yang jadinya keteteran. Lalu ujungnya setres, lalu ngahuleng gatau harus kerjain apa dulu dan berakhir dengan bikin tulisan curhat ini wkwkkw. Daripada ditagih mulu juga di grup #1minggu1cerita pleus buat manasin tangan juga untuk mulai ngoprek keyboard laptop lagi.

Jadi, banyaknya "ekskul" yang dijalani harusnya gak berujung dengan setres dan ngahuleng. Tapiii kondisi ini teh pasti ada kaitannya dengan buruknya manajemen waktu saya. Teuing seblah mananya, tapi lalu kepikir untuk cari video TED.com yang isunya berkaitan erat dengan isu manajemen waktu.

Daaaannn, sebagai orang yang cenderung perceiving (cenah hasil tes psikologi), saya lalu tersesat di belantara hasil searching. Malahan dapet video-video lain yang juga menarik. Terus ditontonin satu-satu. Terus makin ga digarap kerjaan hahahha. Tapi video yang spesifik cerita tentang manajemen waktu malah belum nemu.

Di dalam tulisan ini, saya mau menyuplik cerita menarik tentang sabatical year yang dipresentasikan oleh Stefan Sagmeister. Tulisan ini tentunya ada kaitan dengan manajemen waktu, tapi dalam perspektif yang lebih luas. Ceritanya begini: Stefan punya studio seni yang tanpa ragu dia tutup setiap tujuh tahun sekali. Mengapa? Karena dia memang sengaja menginvest 1 tahun full untuk melakukan hal yang berbeda sebagai penyegaran untuk 7 tahun selanjutnya. Waktu pensiunnya disebar. KEREN KANNNNNNNNN???



Pengen banget deh bisa kaya gitu. Kalo dikaitkan dengan kondisi saya, rasanya saya juga dulu mulai rada turun grafik semangat kerja di sekitar tahun ke 7. Sesudah itu mulai banyak terjadi drama dalam hidup. Mungkin karena gak punya kesempatan menjalankan sabatical year ini (hahahha, alasan).


Kenapa saya pengen bisa jalankan sabatical year? Karena mungkin itu bisa jadi penangkal segala "tantangan baru" yang saya rasakan 3 tahun belakangan ini. Saat kondisi dan tantangan mulai berubah, sayanya justru mungkin belum terupgrade untuk bisa menghadapi aneka tantangan tersebut. Mungkin kalo dulu pas 7 tahun kerja dan kemudian melakukan sabatical year di tahun ke 8, akan lain jalan cerita hidup saya hari ini. Meureun. Tapi tenanglah, setiap orang akan menjalani cerita hidup yang berbeda dan juga (harusnya) bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa hidup yang dijalaninya.

Balik lagi ke cerita Steffan. Dia sempat cerita tentang 2 kegiatan sabatical yang telah dilaksanakannya. Salah satu yang diceritakan panjang adalah saat di setahun di Bali. Iya Bali! Bali Indonesia. Dari aktivitas tersebut, dia melakukan hal-hal yang di luar pekerjaan rutinnya dan bukan hanya golar-goler berjemur di tepi pantai tentunya. Tapi menghasilkan karya nyata yang bisa bermanfaat bagi warga lokal dan terutama refresh hati dan pikirannya untuk menghadapi 7 tahun mendatang.

Seruuuuu!
Silakan tengok videonya di sini ya. Tentunya ada terjemahan Indonesia bila dilihat di website ted.com -nya.

Kalau sesuai standarnya Stefan, berarti saya udah kelewat 3 tahun yang lalu. Tapi tentunya tak mengapa kalau sabatical year ini saya baru jalankan di tahun ke 11. Ok, jadi siapa yang bakal sponsorin sabatival year saya tahun depan? 



follow: @1mg1cerita dan like page facebook

4 comments:

  1. Sayangnya di Indonesia blom ada kebiasaan semacem sabbatical leave. Di kantorku (sblm kutinggal) ada cuti sabbatical selama tiga bulan, kalo udah kerja lima tahun. Tampaknya memang perlu ya pause sejenak untuk merenungkan perjalanan yang telah dilakukan, biar kembali fit menghadapi masa depan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setaun mah emang mewah pisan, kudu nabung pula. durasi mah meureun bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

      keren pisssuun kalo bisa kaya gitu. kapankah di endonesia ada? mari kita ciptakan!

      Delete
  2. memang perlu ya sabbatical year begini.. karena manusia pasti berhadapan dengan jenuh..
    tapi kalo ibu rumah tangga nampak absurd sabbatical year mo me time an aja akuh sulit *curcol

    ReplyDelete
    Replies
    1. sabatical day aja udah mayan sigana eboebo mah~

      Delete