Sunday, 19 January 2014

Hari 13: "Pura-pura" #ZeroWaste !

Ada yang senang minum teh? Apa merk spesifik teh favoritmu?

Saya punya temen yang sangat suka minuman teh kotak.
Disebut merknya secara spesifik karena memang  dia sukanya itu. 

Ini dia orangnya :) 

Dea, Nadya (anak), Nenden (istri) (ki-ka)

Ada sebuah cerita unik beberapa tahun yang lalu tentang Dea dan teh kotak. 

Ceritanya adalah: 
Si Dea beberapa kali terlihat membawa bekal teh kotak ke kegiatan YPBB. 
Kurang lebih yang seperti ini penampakannya:


Kemasan teh kotak ini, masih jarang yang mendaur ulang. Karena prosesnya cukup rumit dan biayanya cenderung mahal. Mengapa demikian? Karena kemasannya (yang biasa disebut sebagai kemasan aseptik) terdiri dari 6 lapisan yang bahan dasarnya berbeda-beda.




Lanjutan ceritanya adalah (mungkin) karena: 
  • Dea mulai mengenal isu #ZeroWaste, yang mana prinsip dasarnya adalah mengurangi sebanyak mungkin sampah-sampah yang sulit didaur ulang dan menggunakan sebanyak mungkin bahan yang bisa dipakai ulang 
  • Ada proses reminder oleh teman-teman YPBB lain tentang pentingnya pengurangan kemasan tersebut 
  • Dea tahu area YPBB dan juga lingkar gaul YPBB berisi orang-orang yang sama-sama ingin berubah menjadi lebih #ZeroWaste
Maka, pada suatu hari dia membawa bekal teh manis menggunakan tumbler. Si tumblernya nyempul di sudut tasnya dan itu langsung menarik perhatian mata saya. 

Si saya otomatis langsung memuji "kemajuan" yang sudah terjadi. Karena selama ini Dea bilang bahwa, "Rasa teh kotak itu berbeda bila dibanding dengan teh yang diaduk dan diseduh sendiri. Lebih enak". 

Dan ternyataaaaa. Wek wewwwwwww....
Dengan polosnya dia bilang (kurang lebih, karena saya juga sudah lupa saking lamanya kejadian ini): "Sebenarnya ini tetap teh kotak. Dari 2 kemasan teh kotak, kemudian dimasukkan ke dalam tumbler. Minimal supaya tidak membawa sampah ke acara YPBB."

Hahahhaah, padahal udah muji tea asalnya. 
Inilah peristiwa yang saya juduli sebagai "Pura-pura" #ZeroWaste !
Ini bukan kejahatan! Justru tahap ini menjadi tahap yang penting dalam perubahan perilaku. 

Berawal dari: 
  • mulai sadar akan adanya masalah di sekitar (dalam hal ini isu sulitnya proses mendaur ulang kemasan aseptik dan lebih baik menguranginya dari awal)
  • namun kemudian belum tahu solusi untuk menggantikan "kenikmatan" nyampah (dalam hal ini, yang dinikmati adalah isi dari teh kotak dan konsekuensinya ada kemasan aseptik yang entah perlu diapakan)
  • tapi kemudian muncul akal untuk, "Minimal saya berusaha mulai mengurangi sampah di acara yang orang-orangnya punya kepedulian terhadap isu, tanpa mengurangi tingkat kenyamanan saya"
Kesimpulan pada kasus Dea dan teh kotak ini: sebenarnya kesadaran sudah mulai muncul. Kesadaran akan adanya masalah. Namun Dea (saat itu, mungkin sekarang sih sudah insyaf karena sudah menemukan substitusi dari kenyamanan mengkonsumsi teh kotak ) sedang mensugesti dirinya untuk mulai mengurangi sampah, minimal saat datang ke acara-acara yang mempertemukan dirinya dengan orang-orang yang peduli akan isu sampah. 

Dan biasanya sih (dari pengalaman saya dan juga beberapa teman lainnya), lama-lama tahap "Pura-pura" #ZeroWaste akan berubah menjadi tahap "Benar-benar" #ZeroWaste seiring dengan berjalannya waktu dan juga seiring dengan proses pencarian pola yang paling cocok untuk berproses. 

Hampura Dea yang dijadikan contoh kasus "Pura-pura" #ZeroWaste ini, sesungguhnya saya pun dulu pernah mengalami tahap yang sama, "Jangan bawa ini itu ah ke YPBB, nanti suka dibilangin macem-macem"

Masihkah anda berada pada tahap "Pura-pura" #ZeroWaste ? Yuk bareng-bareng untuk meningkatkan level ke-ZeroWaste-an kita :) 




No comments:

Post a Comment