Nih saya suguhi temen-temen dengan secangkir teh hangat dulu sebelum tulisan pagi ini dimulai
gambar dari sini |
Gimana rasanyaaaa?
*daya imajinasinya perlu tinggi untuk menjawab pertanyaan barusan karena susah euy ngirim teh hangat beneran pake media blog hehehe.
Teh hangat dan manis seringkali menjadi media yang pas untuk menemani kegiatan ngawangkong atopun membuka hari. Kalau kita bertamu pun, teh hangat menggambarkan keramahan tuan rumah. Kenapa kehangatan? Tuan rumah mulai dengan proses menyediakan air hangat. Kalau jaman sekarang tinggal cuuuuurr dari dispenser.
gambar dari sini |
Tapi kalau kita mundur beberapa tahun ke belakang, masih banyak tuan rumah yang memang nyetok air hangat di dalam termos. Pastinya melalui proses pemanasan air sebelumnya (pakai kompor gas/minyak tanah). Harapannya, kapanpun tamu datang, selalu tersedia air hangat untuk menyuguhinya. Kurang niat gimana coba? heheh
termos jadul |
Akan bener-bener kerasa kehangatan tuan rumahnya juga bila teh dibikin oleh tuan rumah dan bukan atas jasa pembantu.
Heheheh, jadi pengen disuguhi teh hangat full service beneran deh jadinya.
Nah, ini kenapa saya tiba-tiba ngabulatuk tentang teh hangat dan juga sebagai sajian buat tamu? Saya balik tanya dulu nih:
Kapankan terakhir temen-temen bertamu dan diberi sajian teh manis hangat dalam cangkir?
Kalau saya sih sudah cukup jarang. Yang paling sering (dan rupanya sedang trend) saat ini di ruang tamu sudah tersedia A-Em-De-Ka.
Tujuannya mungkin masih sama. Ingin tamu yang datang ke rumah dapat terlayani dengan baik. Prosesnya jadi sangat praktis. Gak perlu masak air, gak perlu punya termos air hangat, kompor maupun dispenser. Gak perlu repot-repot melangkah ke dapur dan gak perlu cape-cape cuci piring. Itu kalau bicara keuntungannya.
Apakah ada dampak negatifnya?
Sebelum ngobrol ke bagian itu, mau share dulu data bahwa konsumsi AMDK di Indonesia yang ternyata memang meningkat dari tahun ke tahun.
dari sini |
Dampaknya apa? Pastinya jadi banyak sampah dari kebiasaan baru ini. Saya sebut baru karena kalau dari pengalaman, jaman dulu kecil sih belum umum dilakukan. Kalau biasanya cangkir untuk menyuguhi tamu dapat dipakai ulang (dicuci-dikeringkan-dipakai lagi-berulang-ulang), gelas AMDK ini akhirnya berakhir di tempat sampah. Bisa dipakai ulang dulu sih, tapi ujung-ujungnya kalau sudah tidak bisa dipakai, akhirnya berakhir di tempat sampah juga. Bisa didaur ulang juga sih, karena memang kemasan ini diterima di banyak lapak.
Sehingga kebanyakan orang akan bilang begini: "Tapi kan gelas plastiknya bisa didaur ulang dan juga bisa dibuat aneka kerajian."
Ya ya ya..pendapat tersebut sah-sah saja.
Tapi reduce (alias mengurangi dari awal) merupakan prioritas pertama dalam upaya pengurangan sampah sebelum reuse dan recycle. Dan kalau teman-teman sempat nonton film Addicted to Plastik/Story of Stuff/The Age Of Stupid, mungkin temen-temen akan berpikir beberapa kali untuk (akhirnya) menyuguhi tamu menggunakan AMDK. Jangankan sampai proses daur ulangnya, saat pengambilan bahan baku plastikpun sudah menimbulkan banyak masalah. Minyak bumi. Iya itulah bahan baku plastik.
Mudah-mudahan penasaran dengan film-film tersebut :) Sedikit ulasan filmnya bisa diintip di sini dan sana.
Oke, selamat cari/download filmnya dan juga silakan memilih apakah mau menyuguhi tamu dengan Cangkir atau A-Em-De-Ka.
*jangan lupa sambil sruput teh hangat khayalan hadiah dari saya :)
No comments:
Post a Comment